III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kabupaten Simalungun dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan sentra produksi padi utama di Provinsi Sumatera Utara. Memiliki luas lahan
irigasi teknis 41.694 Ha dari total luas baku sawah Propinsi Sumatera Utara 329.254 Ha. Lokasi percobaan untuk budidaya padi intensif dilaksanakan di
NagoriDesa Purbaganda, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun. Peta Kabupaten Simalungun. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan
sawah irigasi teknis yang mempunyai persediaan air selama 11-12 bulan dalamsatu tahun sebagai syarat utama penerapan Indeks pertanaman Padi 400
Analisis contoh tanah dan kualitas air dilakukan di Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Sumatera Utara dan laboratorium
Balai Lingkungan Hidup BLH Propinsi Sumatera Utara, untuk analisis emisi metan di lakukan di Laboratorium Gas rumah Kaca Balai Penelitian Lingkungan
Pertanian BALINGTAN, Jakenan Pati, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dimulai pada Januari 2011-Desember 2012 atau selama 24 bulan.
3.2. Pendekatan Penelitian
Pengelolaan lahan sawah irigasi teknis untuk intensitas budidaya padi IP 400 diperlukan perencanaan dan kehati-hatian, karena kompleksitas akibat yang
ditimbulkan dan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kesisteman yang melibatkan berbagai pemangku kebijakan, stakeholder. Pendekatan sistem dalam
penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan kerja yang jelas dan sistemik, dimulai dari analisis kebutuhan, identifikasi dan formulasi masalah, identifikasi sistem,
pemodelan, validasi model, implementasi dan evaluasi.
3.3. Metode Pengumpulan Data
3.3.1. Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: benih padi varietas unggul baru berumur genjah Inpari 13 Lampiran 1, Urea, SP 36, KCl,
MOD 71, pupuk probiotik, pestisida, timbangan, tiang kayu, ajir, tali rafia, jaring burung, plastik hitam, meteran, buku dan alat tulis. Rancangan percobaan yang
digunakan pada penelitian di lapangan mulai Juli 2011 sampai dengan Juli 2012 adalah rancangan petak terbagi split plot yang disusun secara kelompok.
Pengelompokan ini didasarkan pada sulitnya memperoleh keseragaman lingkungan yang ideal di lapangan. Perlakuan sistem pengairan sebagai faktor
petak utama A dan pemupukan sebagai faktor anak petak atau B dengan 3 ulangan. Perlakuan penggunaan sistem pengairan terputus intermittent dan
sistem mengalir secara terus menerus penggenangan pada petak utama dilakukan untuk melihat emisi metan pada setiap musim tanam. Sedangkan perlakukan pada
anak petak perlakukan pemupukan yaitu rekomedasi pemupukan berdasarkan analisis tanah di Laboratorium, rekomendasi pemupukan berdasarkan SK Mentan
No 40PermentanOT.1402007. Kemudian pemberian pemupukan berdasarkan rekomendasi analisis Laboratorium dan berdasarkan SK Mentan dikombinasikan
dengan pemberian pupuk probiotik.
Universitas Sumatera Utara
Adapun perlakuan yang dilakukan sebagai berikut:
Petak Utama A dengan Sistem Pengairan A
1
A = Mengalir
2
Anak Petak B dengan 8 perlakuan pemupukan = Intermittent pengairan berselangterputus
B
1
B =Rekomendasi Pemupukan Permentan 40
2
B =Rekomendasi Pemupukan dgn Analisis Laboratorium
3
B =Permentan 40 100 dosis + probiotik
4
B =Permentan 40 70 dosis + probiotik
5
B =Permentan 40 40 dosis + probiotik
6
B =Analisis Lab 100 dosis + probiotik
7
B =Analisis Lab 70 dosis + probiotik
8
Perlakuan sebanyak 16 diulang dengan 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 48 plot percobaan. Persamaan linier dari rancangan percobaan menurut Gomez dan Gomez 1994.
=Analisis Lab 40 dosis + probiotik
Y
ijk
=µ + τ
i
+ ε
1i
+ βi + τβ
ij
+ ε
2ijk
Dimana :
, 1
Y =
ijk
Pengamatan percobaan pada perlakuan petak utama sistem pengairan ke-i, anak petak pemupukan ke-j, dan ulangan ke-k
µ =
Pengaruh rata- rata umum Ti
= Pengaruh sistem pengairan ke-i
ε =
1i
Galat pengaruh sistem pengairan β
=
j
Pengaruh pemupukan ke-j τβ
=
ij
Pengaruh interaksi sistem pengairan ke i dan pemupukan ke-j ε
2ijk
= ,
Galat interaksi perlakuan petak utama sistem pengairan ke-i, anak petak pemupukan ke-j, dan ulangan ke-k
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 . Jenis dan Sumber data
Data yang dikumpulkan meliputi data biofisik dan sosial ekonomi masyarakat, dilakukan dengan cara pengamatan langsung maupun studi pustaka,
pengumpulan laporan dan data pengukuran lembaga penelitian. Sumber data berasal dari responden yang terpilih untuk diwawancarai secara mendalam untuk
memperoleh data dan informasi status sosial ekonomi. Data biofisik diperoleh dengan cara observasi, percobaan dan pengukuran secara insitu, data dari
laboratotium terutama data hasil pengolahan bahan atau sampel lapangan diolah atau diproses di laboratorium.
Pengamatan dan pengumpulan data awal dilakukan dengan mengukur sifat fisik dan kimia tanah dan air pada kondisi awal sebelum kegiatan perlakuan di
petakan plot dilakukan. Pengamatan pada kondisi di plot penelitian dilakukan terhadap beberapa parameter berikut:1 Kualitas tanah sawah sifat kimia tanah
selama empat musim tanam meliputi pH tanah, N, P, K, dan C Organik, sesuai dengan kriteria sifat kimia tanah dari Pusat Penelitian Tanah Bogor Lampiran 2;
2 Kualitas Air sawah di saluran air masuk inlet, dipetakan dan di saluran air keluar outlet selama empat musim tanam meliputi pH air, suhu, EC, N Total, P,
K, Ca, Mg, Na dan Fe, mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Lampiran 3, tanggal 14 Desember 2001 tentang pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. ; 3 Pengukuran emisi metan selama empat musim tanam dan dilakukan selama 12 bulan ; 4 Efisiensi Agronomis dan 5
Data pendukung meliputi keragaan agronomis tanaman: data vegetatif terdiri dari tinggi tanaman, jumlah anakan produktif maksimum, biomas tanaman dan berat
Universitas Sumatera Utara
kering brangkasan, data generatif terdiri dari hasil gabah kering panen GKP dan hasil gabah kering giling GKG dengan kadar air setara 14. Komponen hasil
meliputi jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa, persentase gabah berisi, jumlah bobot 1000 butir dan
Harvest Indek HI; 7 Data sekunder untuk penyusunan model; 8 data ekonomi yang dihitung meliputi data input dan out put selama empat musim tanam.Data
yang di kumpulkan pada plot penelitian di lapangan dengan perlakuan tertera pada Lampiran 4 dan denah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.3.3. Metode Pengambilan Contoh
a. Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan untuk mengetahui kualitas tanah sebagai bahan rekomendasi pemupukan pada musim tanam berikutnya.
Pengamatan perubahan sifat-sifat kimia tanah dari cuplikan komposit tanah composit soil sample dilakukan selama empat musim tanam atau lima kali
pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah dilakukan sebanyak lima kali, yaitu :1 setelah olah tanah sebelum tanam Musim Tanam MT 1; 2 setelah
panen MT 1 sebelum tanam MT 2; 3 setelah panen MT 2 sebelum tanam MT 3; 4 setelah panen MT 3 dan sebelum tanam MT 4 dan 5 setelah panen MT 4,
diulang sebanyak 3 kali, sehingga jumlah contoh tanah berjumlah 195 selanjutnya dilakukan analisis fraksi tanah di laboratorium Tabel 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel3.1. Parameter kualitas fisika dan kimia tanah No
Parameter Metode
1. pH H
2
Elektrometry O
2. C-Organik Spectrophotometry
3. N-Total Kjeldahl
4. P-Bray I ppm Spectrophotometry
5. K-dd Cmol +kg
-1
AAS 6. Mg Cmol + kg
-1
AAS 7. Na Cmol + kg
-1
AAS 8. KTK Cmol + kg
-1
AAS 9. Al-dd Cmol + kg
-1
Titimetry 10. Cu ppm
AAS 11. Mn ppm
AAS 12. Fe ppm
AAS 13. B ppm
Spectrophotometry 14. S ppm
Spectrophotometry 15. P
2
O Spectrophotometry
5
16. K
2
AAS O
17. Textur - Pasir Hydrometer
- Debu Hydrometer
- Liat Hydrometer
b. Air
Pengamatan kualitas air dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat fisik dan kimia air dengan cara mengukur in situ dan mengambil contoh air masuk dan
keluar petak pengamatan untuk selanjutnya dianalisis di Laboratorium Kualitas Air. Pola intermittent contoh air diambil mengikuti waktu dan pola pengambilan
contoh tanah sementara teknis pengambilan dan penanganan dilakukan sesuai prosedur baku pada masing-masing parameter. Untuk mendapatkan sifat fisik dan
kimia air kondisi awal diambil 23 parameter Tabel 3.2
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Parameter kualitas fisika dan kimia air, metode dan alat ukur No.
Parameter Satuan
Metode Fisika
1. Suhu
Pemuaian C
2. TDS
mglt Gravimetric
3. TSS
mglt Grafimetric
4. Conduktivity
µsm EC
Potensiometric Kimia
5. pH
mglt Potensiometric
6. BOD
mglt Potensiometric
7. COD
mglt Potensiometric
8. DO
mglt Potensiometric
9. N Total
mglt JIS K0102-45.2
10. P
mglt Spectrophotometric
11. K
mglt Atomisasi
12. Ca
mglt Spectrophotometric
13. Mg
mglt Titrimetric
14. Fe
mglt Spectrophotometric
15. NO3-N
mglt Spectrophotometric
16. NH3-N
mglt Titrimetric:pembentukan
azodye 17.
Chlorin mglt
Titrimetric 18.
Sianida CN mglt
Spectrophotometric 19.
Fluorida mglt
Titrimetric 20.
Nitrit sbg N mglt
Spectrophotometric 21.
Sulfat SO
4
mglt Spectrophotometric
22. CL2
mglt Spectrophotometric
23. Belerang sebagai H2S
mglt Spectrophotometric
c. Gas Metan CH
4
Pengamatan metan dilakukan dengan memerangkap gas dimaksud menggunakan alat yang disebut Fleksiglas. Metode untuk pengambilan contoh,
cara pengamatan dan perhitungan emisi metan sesuai dengan petunjuk teknis menghitung total emisi metan dengan pengambilan contoh terbatas Balingtan,
2008.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan contoh dilakukan 30 hari setelah tanam dengan satu bulan sekali. Emisi metan dari areal tanaman ditampung yaitu: boks penangkap metan
yang terbuat dari fleksiglas dengan berukuran 50 cm x 50 cm x 103 cm, alat injeksi dari polypropilen ukuran 10 ml yang digunakan sebagai penyedot gas dari
boks penangkap metan; termometer, pH meter yang dilengkapi dengan kalomel elektrode agar dapat berfungsi ganda untuk mengukur suhu dan kemasaman tanah
pH. Tinggi ruang boks head space dicatat setiap kali pengambilan gas untuk menentukan volume efektif boks. Contoh gas diambil interval waktu 6 menit
setelah peletakan boks. Pukul 06.00-07.00 diperkirakan mampu memiliki fluks metan dalam satu
hari yang digunakan untuk menentukan fluks metan harian mgm-2hari. Sedangkan pengambilan sampel gas diatas pukul 07.00 pagi akan menghasilkan
nilai emisi yang overestimate. Untuk mendapatkan linearitas peningkatan konsentrasi metan dalam setiap satuan waktu, maka dalam sekali pengambilan
contoh gas diperlukan empat kali pengambilan yaitu pada menit ke-6, 12, 18, 24. Selama satu musim tanam dilakukan pengambilan sampel gas sebanyak 3 kali per
fase yaitu fase-1 umur satu bulan hst, fase-2 umur dua bulan hst, dan fase-3 umur dua bulan hst, dan ini akan dilakukan selama empat musim tanam.
Konsentrasi metan dianalisis dalam setiap satuan waktu diukur dengan menggunakan kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor ionisasi pijar
flame ionization detector dengan kolom menggunakan porapak N. Suhu injektor 110
C dan suhu kolom 92 C, diulang tiga kali. Sebagai pembanding, dilakukan
analisis metan standar 10 ppm. Untuk menghindari terjadinya difusi metan akibat
Universitas Sumatera Utara
pengaruh tekanan pada permukaan tanah saat dilakukan pemasangan boks penampung gas, setiap petak percobaan dilengkapi dengan papan titian menuju
contoh tanaman yang telah ditentukan. Selama pengambilan contoh gas, permukaan tanah tempat boks diletakkan dibuat sedemikian rata sehingga saat
dilakukan penyungkupan boks tidak terjadi kebocoran gas Data untuk menyusun Indeks keberlanjutan.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperlukan untuk identifikasi sistem diperoleh dari FGD dan wawancara dengan
responden. Responden terdiri dari stakeholder, tokoh masyarakat PPL penyuluh pertanian lapang sejumlah 20 orang dan 30 orang petani.
3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis contoh tanah untuk parameter kualitas tanah
Data sifat kimia dan fisika tanah didasarkan pada 240 contoh tanah yang dianalisis di Laboratorium Tanah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP
Sumatera Utara. Keragaman variabel kimia dan fisika tanah pada berbagai perlakuan dilakukan dengan analisis sidik ragam ANOVA.
3.4.2. Analisis contoh air untuk parameter kualitas air
Analisis kualitas air dilakukan terhadap sifat fisika dan kimia air dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Balai Lingkungan Hidup BLH Provinsi Sumatera
Utara. Keragaman fisika dan kimia air pada berbagai perlakuan dianalisis
menggunakan analisis sidik ragam ANOVA.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Analisis Gas Metan CH
4
Contoh gas metan dianalisis di Laboratorium Gas Rumah Kaca Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Balingtan Jakenan Pati Jawa Tengah. Hasil
analisis dengan menggunakan kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor ionisasi pijar flame ionization detector dengan kolom menggunakan porapak N.
Fluks F dari gas metan yang terlepas dari satu luasan tanah sawah dihitung berdasarkan persamaan yang diadopsi dari IAEA 1993 sebagai berikut:
Rumus :
F : Fluks gas metan CH
Keterangan
4
mgm
2
dcdt : Perbedaan konsentrasi metan hari
Vch : Volume boks m
per waktu ppmmenit
3
Ach : Luas boks m
2
mW : Berat molekul metan g
mV : Volume molekul metan 22,411
T : Suhu rata-rata selama pengambilan sampel
o
Nilai 273,2: Tetapan suhu kelvin. C
Data emisi metan dan parameter tanaman dianalisis menggunakan ANOVA analysis of varians, dan untuk melihat perbedaan antar perlakuan
menggunakan Duncan Multiple Range Test DMRT. Software yang digunakan untuk uji statistik adalah Sytem Analysis Statistic SAS. Analisis regresi
Universitas Sumatera Utara
dilakukan untuk melihat hubungan antar parameter tanaman dengan emisi metan. Analisis regresi ini menggunakan Microsoft excel 2007.
3.4.4. Efisiensi Agronomis
Efisiensi agronomis adalah untuk melihat peningkatan hasil gabah per kilogram pupuk yang diberikan Singh et al., 1988, dengan rumus sebagai
berikut: Aex = Ynpk-YoxFx
Aex = Peningkatan hasil gabah kgha
Ynpk = Hasil gabah dengan pemupukan kgha
Yox = Hasil gabah tanpa pemberian pupuk kgha
Fx = Takaran pupuk yang digunakan kgha
3.4.5. Analisis Usaha Tani Padi Sawah.
Usaha tani padi sawah dianggap layak secara finansial maupun secara ekonomi jika nilai Gross BC lebih dari satu. Formulasi dari Gross BC adalah
Kasijadi dan Suwono, 2001; Samuelson dan Nordhaus, 1995; Debertin, 1986; Malian et al., 1987: Gross BC = PxQBi , dimana P = Harga Produksi Rpkg,
Q = Jumlah Produksi kgha, Bi = Biaya produksi ke i Rpha. Nilai BC 1 berarti usaha tani padi sawah layak.
Selama penelitian juga diambil data iklim seperti curah hujan, suhu, kelembaban dan radiasi matahari dari stasion klimatologi terdekat.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Analisis Keberlanjutan Budidaya Padi Intensif
Analisis keberlanjutan Indeks Pertanaman Padi 400 di Kabupaten Simalungun digunakan modifikasi RAPFISH. RAPFISH Rapid Assessment
Techniques for Fisheries yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia, Kanada Kavanagh, 2001; Fauzi dan Anna, 2002.
Selanjutnya modifikasi RAPFISH ini dinamakan Rapfarm Rapid Appraisal for Farming dengan menggunakan metode MDS.
Analisis ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : penentuan atribut atau deskripsi budidaya Padi Intensif secara berkelanjutan mencakup lima dimensi
ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan kelembagaan, penilaian atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi berbasis metode
multidimensional scaling MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan budidaya padi intensif yang dikaji secara umum dan tiap dimensi. Atribut dan
dasar penentuan skoring seluruh atribut dari lima dimensi ekologi, ekonomi, teknologi, sosial dan kelembagaan tertera pada Lampiran 6.
Setiap atribut diberikan nilai atau skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dari setiap dimensi berdasarkan data hasil pengamatan atau data
skunder. Skor menunjukkan nilai buruk atau baik. Nilai buruk menggambarkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi keberlanjutan budidaya Padi
Intensif IP 400, sebaliknya nilai baik adalah gambaran kondisi yang paling menguntungkan. Diantara dua kondisi nilai ekstrim tersebut terdapat satu atau
lebih nilai antara, bergantung pada jumlah peringkat pada tiap atribut. Jumlah peringkat ditiap atribut ditentukan oleh tersedianya informasi atau literatur yang
Universitas Sumatera Utara
dapat digunakan untuk menentukan jumlah peringkat. Atribut dan skor yang akan digunakan dalam menilai keberlanjutan budidaya padi intensif secara optimum
pada sawah irigasi teknis di Kabupaten Simalungun pada tiap dimensi. Selanjutnya nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis multi dimensi untuk
menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan budidaya padi secara intensif hingga mencapai IP padi 400 yang dikaji relatif
terhadap dua titik acuan yaitu titik “baik” “good” dan titik “buruk” “bad”. Untuk memudahkan visualisasi posisi ini digunakan analisis ordinasi.
Proses ordinasi Rapfish modifikasi ini menggunakan perangkat lunak modifikasi Rapfish Kavanagh, 2001; Fauzi dan Anna, 2002 . Melalui MDS ini
maka posisi titik keberlanjutan tersebut dapat divisualisasikan dalam dua dimensi sumbu horizontal dan vertikal. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada
garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrem “buruk” diberi nilai skor 0 dan titik ekstrem “baik” diberi skor nilai 100. Posisi keberlanjutan
sistem yang dikaji akan berada diantara dua titik ekstrem tersebut. Analisis ordinasi ini juga dapat digunakan hanya untuk satu dimensi saja
dengan memasukkan semua atribut dari dimensi yang dimaksud. Hasil analisis akan mencerminkan seberapa jauh status keberlanjutan dimensi tersebut, misalnya
dimensi ekologi. Jika analisis setiap dimensi telah dilakukan maka analisis perbandingan keberlanjutan antar dimensi dapat dilakukan dan divisualisasikan
dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti disajikan pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Ilustrasi indeks setiap dimensi keberlanjutan model optimum
budidaya padi intensif pada sawah irigasi teknis di Kabupaten Simalungun
Skala indeks keberlanjutan budidaya Padi Intensif secara optimum pada Sawah Irigasi Teknis di Kabupaten Simalungun mempunyai selang 0 - 100.
Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 50 maka sistem tersebut sustainable, dan sebaliknya jika kurang dari 50 maka sistem tersebut
tidak berkelanjutan. Dalam penelitian ini penulis mencoba membuat empat kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar tersebut tertera pada Tabel
3.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Kategori status keberlanjutan model optimum budidaya padi intensif pada sawah irigasi teknis di Kabupaten Simalungun berdasarkan nilai
indeks hasil analisis rapfish modifikasi.
NilaiIndeks Kategori
0 – 25 Buruk
26 – 50 Kurang
51 – 75 Cukup
76 – 100 Baik
Selanjutnya indeks keberlanjutan budidaya Padi Intensif IP 400 padaSawah irigasi Teknis ini akan disebut INLASIT-IP400, sebagai singkatan dari
Indeks Keberlanjutan Sawah Irigasi Teknis. Analisis sensitivitas untuk melihat atribut yang paling sensitive berkontribusi terhadap INLASIT-IP400. Pengaruh
dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root mean square” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu-x atau skala sustainabilitas. Semakin besar nilai
perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai INLASIT-IP400 pada skala
sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitive atribut tersebut dalam keberlanjutan system budidaya padi intensif di sawah irigasi teknis di lokasi
penelitian. Untuk mengevaluasi pengaruh galat error acak pada proses pendugaan
nilai ordinasi keberlanjutan IP Padi 400 pada Sawahirigasi Teknis di Kabupaten Simalungun digunakan analisis “Monte Carlo”. Menurut Kavanagh 2001 dan
Fauzi dan Anna 2002 analisis “Monte Carlo” juga berguna untuk mempelajari hal-hal berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman
kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut;
2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh
peneliti yang berbeda; 3.
Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang iterasi; 4.
Kesalahan pemasukan data atauadanya data yang hilang missing data; 5.
Tingginya nilai “stress” hasil analisis Rapfish Modifikasi, nilai “stress” dapat diterima jika 25.
Secara lengkap tahapan analisis Rapfish Modifikasi menggunakan metode MDS dengan aplikasi Rapfish disajikan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Tahapan analisis rapfish modifikasi menggunakan MDS.
Kondisi Sistem Pengelolaan dan Pengembangan IP 400
Penentuan Atribut sebagai Kriteria Penilaian
Mulai
Penilaian skor setiapAtribut
MDS ordinasi setiap atribut Analisis Monte Carlo
Analisis Sensitivitas
ANALISIS KEBERLANJUTAN
Universitas Sumatera Utara
3.6. Pendekatan Sistem 3.6.1. Analisis Kebutuhan