Landform dan Bahan Induk

Pola drainase di daerah ini termasuk dendritik, dijumpai cukup banyak sungai atau selokan kecil dan saluran irigasi yang melalui desa. Kebutuhan air untuk tanaman padi dan ikan berasal dari saluran irigasi yang ada. Oleh karena itu, usaha perbenihanpembibitan ikan berkembang dengan baik. Sedangkan kebutuhan air penduduk sehari-hari diperoleh dari sumur yang dibuat warga secara bergotong-royong.

4.5. Landform dan Bahan Induk

Berdasarkan peta geologi lembar Tebing Tinggi skala 1.250.000 Cameron et al., 1981, desa Purbaganda tersusun oleh formasi utama yang berumur kuarter, yaitu formasi Toba Qvt. Formasi Toba tersusun oleh tufa dasit dan riolit, membentuk grup landform dataran volkan V.2.2, yang menempati seluruh daerah penelitian. Lahan pada dataran volkan terbagi ke dalam 3 tiga satuan peta dengan bentuk wilayah dan penggunaan lahan berbeda. Bentuk wilayah datar mempunyai kemiringan lahan 0-1, dan penggunaan lahannya sawah irigasi. Sedangkan landform dataran volkan lainnya mempunyai bentuk wilayah agak berombak lereng 3-5, dengan penggunaan lahan kebun karet dan kebun campuran. Bahan induk tanah di daerah ini dengan tuf volkan. Landform, relief, dan kemiringan lahan serta bahan induk tanah disajikan dalam Tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Landform, relief dan kemiringan lahan di Desa Purbaganda, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. No SP Landform Relief Leren Bahan Induk Luas Grup volkan V Ha 1 Dataran volkan V.3.1 Datar 0-1 Tuf volkan 199 74,4 2 Dataran volkan V.3.1 Berom 3-5 Tuf volkan 2 0,7 3 Dataran volkan V.3.1 Berom 3-5 Tuf volkan 24 8,9 Grup aneka X 4 Pemukiman Datar 0-3 - 42 16,0 Sumber: Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan Kabupaten Simalungun, BBSDLP, 2007 4.6. Tanah Berdasarkan hasil identifikasi dan karakterisasi tanah di lapangan menunjukkan bahwa tanah-tanah yang terbentuk di desa Purbaganda lokasi penelitian dan daerah sekitarnya umumnya berkembang dari bahan induk tufa volkan. Bahan tufa volkan didominasi oleh tufa masam, yang bervariasi dari bahan kasar sampai halus. Menurut Taksonomi Tanah Soil Survey Staf, 2003, tanah-tanah yang dijumpai di desa Purbaganda termasuk ordo Inceptisols dan Ultisols, yang menurutkan 3 tiga sub grup tanah Tabel 4.5. Tabel 4.5. Tanah-tanah yang dijumpai di Desa Purbaganda dan sekitarnya, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Ordo Subordo Great group Subgroup SSS, 2003 Inceptisols Aquepts Epiaquepts Typic Epiaquepts Dystrudepts Typic Dystrudepts Ultisols Udults Hapludu lts Typic Hapludults Universitas Sumatera Utara Inceptisols Inceptisols adalah tanah mineral dengan perkembangan tanah pada tahap awal dicirikan oleh terbentuknya karatan dan struktur tanah remah. Tanah yang terbentuk di desa Purbaganda berasal dari bahan induk tuf Toba. Kedalaman tanah pada umumnya sedang sampai dalam, mempunyai horizon A-Bw-C, dan berdrainase agak terhambat sampai baik. Inceptisols yang terbentuk dari bahan induk tuf Toba, dan digunakan sebagai sawah irigasi tidak membentuk horizon glei pada seluruh penampang. Warna glei hanya terdapat pada lapisan olah saja. Keadaan ini disebabkan oleh drainase pada lapisan bawah lebih baik dari pada lapisan olahnya, sehingga sifat aquik yang dijumpai hanya pada lapisan olah saja, dan tanahnya diklasifikasikan sebagai Typic Epiaquepts. Ultisols Tanah-tanah di daerah penelitian yang sudah mempunyai perkembangan lanjut dan dicirikan oleh adanya horizon iluviasi liat silikat, baik sebagai horizon argilik maupun kandik, diklasifikasikan sebagai Ultisols. Kejenuhan basa pada sub horizon tersebut 35 sebagian atau seluruhnya. Ultisols umumnya mempunyai warna mereah kekuningan, berpenampang dalam 100 cm, tekstur liat, konsistensi teguh, drainase baik, reaksi tanah masam pH 4,5-5,0. Ultisols di daerah penelitian menempati landform dataran volkan dengan ketinggian 400 m dpl. Penggunaan lahan umumnya tanaman tahunan atau kebun campuran. Ultisols di daerah penelitian hanya dijumpai satu subgroup tanah saja, yaitu Typic Hapludults. Universitas Sumatera Utara Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Simalungun terdiri dari jenis podsolik merah kuning 72. 485 Ha 16,25, podsolik coklat kekuningan regosol 63. 255 Ha 14.43, latosol 11. 254 Ha 2.57, andosol coklat 682.868 Ha 0.65 podsolik coklat kekuningan 164 781 Ha 33,46, podsolik kuning regosol 23 988 Ha 5.47, podsolik 112 287 Ha 25.60 dan latosol coklat 5.703 Ha 1.30. Jenis tanah berdasarkan besar kecilnya ukuran butir-butir tanah tekstur tanah di Kabupaten Simalungun dapat diklasifikasikan atas 3 kelompok Dinas pertanian Simalungun, 2012: 1. Tanah bertekstur halus : 53 604 Ha 12,22; 2. Tanah bertekstur sedang : 317 809 Ha 72,45 3. Tanah bertekstur kasar : 67 247 Ha 15.33 dengan jumlah : 438.660 Ha. Lahan yang tersedia bagi usahatani tanaman hortikultura di Kabupaten Simalungun terdiri dari lahan sawah serta lahan kering yang berupa lahan tegalankebun, ladanghuma. Lahan yang sementara diusahakan dan lahan pekarangan juga merupakan potensi lahan yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan dan pengembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura. Potensi lahan di kabupaten Simalungun masih tersedia cukup luas, tetapi pemanfaatan lahan-lahan tersebut masih kurang dimanfaatkan dengan usahatani tanaman pangan dan hortikultura secara optimal. Masih ada lahan sawah yang belum diusahatani yang merupakan lahan tidur terdapat di Kecamatan Dolok Silau, Ujung Padang dan yang terluas di Kecamatan Bandar Masilam Dinas Pertanian Simalungun, 2011. Dari hasil wawancara dengan penyuluh di Kabupaten Simalungun kualitas tanah di lokasi penelitian mengalami penurunan, akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebih sehingga Universitas Sumatera Utara tanah menjadi lebih keras. Secara umum jenis tanah yang dikelola untuk usahatani hortikultura termasuk sayuran adalah jenis tanah podsolik merah kuning PMK. Universitas Sumatera Utara V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Pola Perubahan Kualitas Tanah, Kualitas Air dan Gas Metan CH