oleh Sagala, menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
8
Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yaitu terwujudnya perubahan perilaku, pengetahuan dan keterampilan.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi dan
komunikasi yang bersifat fungsional antara berbagai komponen pembelajaran seperti pendidik, peserta didik, dan sumber belajar sehingga dapat terjadi
perubahan perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir peserta didik.
b. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Dalam suatu proses pembelajaran keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat urgen. Salah satu bentuk keterlibatan siswa di kelas yakni siswa
aktif dalam mempelajari, menemukan dan membangun suatu konsep materi yang dipelajari. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
salah satunya adalah pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning.
Menurut Rohman dalam bukunya Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan mengemukakan bahwa :
Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari konteks pribadi, sosial dan kultural, sehingga siswa memiliki pengetahuanketerampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan ditransfer dari satu permasalahankonteks ke permasalahankonteks lainnya.
9
8
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna……, h.62.
9
Arif Rohman, Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : LaksBang Mediatama Yogyakarta, 2009, Cet.I, h.184.
Hal senada juga diungkapkan oleh US. Departement of Education the National School-to-Work Office yang dikutip oleh Trianto, bahwa pengajaran
dan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.
10
Selain itu menurut Sanjaya, Contextual Teaching and Learning CTL adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
11
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu siswa untuk dapat melihat
makna dari materi pelajaran yang dipelajari dengan cara mengaitkan materi pelajaran tersebut dengan situasi kehidupan nyata dan mendorong siswa
untuk aktif dalam menemukan materi dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dari konsep tersebut terdapat tiga hal yang terkandung
dalam pembelajaran kontekstual yaitu menekankan kepada keterlibatan siswa, mendorong siswa untuk dapat mengaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk dapat menerapkan materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya siswa didorong untuk beraktivitas
dalam mempelajari materi pelajaran dengan cara mengkonstruk dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui pengalaman secara langsung.
Pengalaman merupakan suatu hal yang penting dalam proses pembelajaran.
10
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007, Cet.I, h. 101.
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2008, Cer.V, h.255.
Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh tidak hanya dari aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan
psikomotor. Pengalaman siswa terbentuk manakala dalam proses pembelajaran
siswa mampu menangkap hubungan antara materi pelajaran yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab proses
pembelajaran akan menjadi lebih bermakna secara fungsional. Selain itu menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam yang akan tertanam
erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran kontekstual bukan hanya mendorong siswa untuk dapat
memahami materi yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi yang diperoleh tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari
baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan demikian siswa diharapkan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual
12
: 1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
Penerapan pembelajaran kontekstual dimulai dengan mengajukan masalah soal yang bersifat ”riil” yang dapat menantang siswa untuk
berpikir kritis dalam memecahkannya sehingga pembelajaran terlihat lebih bermakna.
2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks. Dalam hal ini konteksnya bisa di dalam maupun di luar lingkungan
sekolah. Hal ini sebagai upaya agar makna yang diperoleh siswa menjadi semakin luas dan berkualitas.
3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual hanya memantau dan mengarahkan setiap aktivitas siswa sehingga siswa dapat belajar secara
12
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL http:ipotes.wordpress.com20080513pendekatan-kontekstual-atau-contextual-teaching-and-
learning-ctl, [ 6 juli 2010, 11.03 WIB ]
mandiri. Untuk itu siswa perlu dilatih berpikir kritis dan kreatif dalam menganalisa suatu permasalahan dengan sedikit bantuan atau lebih secara
mandiri. 4. Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau
secara mandiri. Belajar melalui kolaborasi kelompok dapat membiasakan siswa untuk
berbagi pengetahuan sehingga dapat saling melengkapi dan mengklarifikasi satu sama lain. Dalam hal ini peran guru lebih berperan
sebagai fasilitator. 5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
Menyadari akan kebhinekaan siswa, maka guru perlu mengayomi setiap individu siswa dan menjadikan perbedaan individual tersebut sebagai alat
untuk saling menghormati sehingga mampu menciptakan keterampilan interpersonal siswa.
6. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik dalam pembelajaran kontekstual terfokus pada
penilaian individual yang tidak hanya diperoleh dari hasil tes tetapi juga dari aktivitas yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka pembelajaran kontekstual dapat juga dikatakan sebagai pembelajaran aktif. Hal ini dikarenakan dalam
prosesnya berpusat pada keaktifan siswa. Belajar merupakan aktivitas penerapan pengetahuan, bukan menghafal. Siswa acting sedangkan guru
mengarahkan. Pembelajaran kontekstual bisa dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dalam kolaborasi kelompok mendorong
siswa untuk bekerjasama dalam mengkonstruk dan menemukan sendiri materi pelajaran. Selain itu siswa bekerja keras untuk dapat memecahkan
berbagai permasalahan yang diajukan. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan mediator yang bertugas mengarahkan setiap aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
setiap guru dalam proses pembelajaran kontekstual diantaranya : siswa dalam
pembelajaran kontekstual harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang dan memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru
dan penuh tantangan, belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui dan proses
menyempurnakan skema yang telah ada asimilasi atau proses pembentukan skema baru akomodasi
13
Siswa dalam pembelajaran kontekstual harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Artinya karena kemampuan belajar siswa
lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya, maka peran guru terbatas sebagai pembimbing
agar siswa bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu dikatakan bahwa setiap siswa memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal
yang baru dan penuh tantangan, untuk itu guru perlu mendesain proses pembelajaran yang membuat siswa merasa tertantang untuk mencoba
memecahkan persoalan yang terkandung dalam materi yang dipelajari tersebut.
Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan modal pengetahuan
awal yang dimiliki oleh masing-masing siswa maka akan mempermudah siswa dalam mempelajari pengetahuan baru. Dengan demikian peran guru
adalah menjembatani siswa dalam menemukan keterkaitan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan
kata lain belajar bagi siswa adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada asimilasi atau proses pembentukan skema baru akomodasi, sehingga
tugas guru dalam hal ini adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual yaitu : activating knowledge, acquiring
13
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran… , h.263.
knowledge, understanding knowledge, applying knowledge, dan reflecting knowledge.
14
Activating knowledge pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari. Untuk itu pengetahuan yang akan diperoleh siswa memiliki keterkaitan satu sama lain dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa
sebelumnya. Acquiring knowledge pemerolehan pengetahuan baru. Pada dasarnya
pembelajaran dilakukan dalam rangka menambah pengetahuan baru tidak terkecuali dalam pembelajaran kontekstual. Untuk itu pengetahuan baru
tersebut dapat diperoleh salah satunya dengan cara mempelajari secara keseluruhan dahulu kemudian memperhatikan detailnya.
Understanding knowledge pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara bertahap yaitu dengan menyusun konsep sementara hipotesis kemudian melakukan sharing kepada orang lain agar
mendapat tanggapan dan berdasarkan tanggapan yang menjadi masukan tersebut baru konsep tersebut dapat direvisi dan dikembangkan.
Applying knowledge mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku siswa dan terasa kebermaknaan dari apa yang dipelajarinya tersebut.
Sedangkan Reflecting knowledge refleksi pengetahuan yakni melakukan refeleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Hal ini
dilakukan sebagai umpan balik dalam rangka proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
14
Yatim Riyanto, Paradigma Baru......., h.167.
c. Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual