Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual

c. Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika di dalam proses pembelajarannya menerapkan ketujuh komponen yang mendasari pembelajaran kontekstual yaitu : konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata. 15 1. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 16 Menurut Piaget pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari melihat objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu dalam menangkap setiap objek yang diamatinya yang terdapat di sekitarnya. Dengan demikian terjadi feedback yakni mendapatkan suatu pengetahuan baru sebagai hasil dari pengamatannya. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses pembelajaran. Dalam prakteknya di kelas khususnya dalam pembelajaran matematika siswa diarahkan dan dibimbing untuk dapat membangun suatu konsep matematika berdasarkan pola pikir yang sistematis. Dalam hal ini pembelajaran harus lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Oleh karena itu sebagian besar waktu proses pembelajaran berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. 2. Inkuiri Inkuiri merupakan salah satu bagian inti dalam pembelajaran kontekstual. Inkuiri merupakan kegiatan penemuan yang melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, konsep, dan kaidah tetapi hasil dari menemukan sendiri atau memverifikasi pengetahuan lama. Untuk itu siswa perlu dibiasakan belajar menemukan 15 Trianto, Model-Model Pembelajaran..., h.106-114. 16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., h.264. materi pelajaran. Terutama dalam pembelajaran matematika. Dalam praktek pembelajaran matematika berbasis inkuiri, siswa didorong agar dapat menemukan sendiri suatu konsep atau rumus-rumus matematika dan menghindari kebiasaan menghafal rumus-rumus. Dengan demikian melalui kegiatan penemuan tersebut diharapkan konsep yang telah diperoleh akan tertanam erat dalam memori siswa. 3. Bertanya Dalam proses pembelajaran kontekstual, bertanya berkaitan erat dengan aktivitas inkuiri. Oleh karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk dapat menemukan setiap materi yang dipelajari serta dapat menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran matematika banyak bagian-bagian materi yang tidak sepenuhnya dapat dipahami oleh siswa. Oleh karena itu guru menjelaskan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa. Dalam proses pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : 1 menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; 2 mengecek pemahaman siswa; 3 membangkitkan respon kepada siswa; 4 mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; 5 mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6 memfokuskan perhatian siswa pada saat yang dikehendaki guru; 7 membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan 8 menyegarkan kembali pengetahuan siswa. 17 4. Masyarakat Belajar Learning Community Learning community merupakan suatu konsep belajar dimana setiap anggota masyarakat kelas saling belajar dan membelajarkan. Siswa memperoleh informasi atau pengetahuan bukan hanya dari guru saja tetapi juga bisa dari siswa lainnya. Dengan kata lain setiap anggota masyarakat kelas bisa menjadi sumber belajar. Konsep Learning community mendukung terjadinya proses interaksi dan komunikasi dari berbagai arah multi arah. Oleh karena itu penerapannya dapat dilakukan salah satunya dengan pembentukan kelompok kecil yang anggotanya heterogen. 17 Trianto, Model-Model Pembelajaran ....., h.110. Dalam pembelajaran matematika, dapat diterapkan konsep Learning community. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar terjadi komunikasi antar anggota dalam satu kelompok maupun antar kelompok sehingga dapat saling melengkapi dan mengklarifikasi satu sama lain. 5. Pemodelan Modeling Modeling dalam pembelajaran kontekstual yakni dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran matematika misalnya guru memberikan contoh bagaimana menyelesaikan soal, mengoperasikan rumus-rumus matematika berdasarkan urutan langkah-langkahnya, atau menghadirkan suatu model atau objek yang berhubungan dengan konsep matematika yang dipelajari. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran kontekstual, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 6. Refleksi Reflection Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian- kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap berakhir proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya kemudian mengungkapkan kembali untuk ditarik kesimpulan. 7. Penilaian Nyata Authentic Assessment Dalam pembelajaran kontekstual penilaian tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh karena itu penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, tetapi juga proses belajar melalui data yang dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa. Misalnya dalam proses pembelajaran matematika, siswa aktif dalam bertanya, mengeluarkan pendapat, mengerjakan tugas dan mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas Penilaian ini dilakukan secara terus menerus pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Pembelajaran Konvensional

Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi pembelajaran PQ4R terhadap kemampuan koneksi Matematika siswa

6 45 149

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

1 4 202

Pengaruh pembelajaran konstektual terhadap kemampuan koneksi Matematika siswa : studi eksperimen di Kelas X SMK Negeri 11 Jakarta

0 12 182

Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

0 14 231

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika SMP AL-ISLAM 1 Surakarta Ta

0 2 11

PENGARUH PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN SIKAP POSITIF SISWA TERHADAP MATEMATIKA.

0 1 38

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT (PTK Pembelajaran Matem

0 0 16

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 28

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP | Karya Tulis Ilmiah

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

0 0 6