B. Kerangka Berpikir
Sebagaimana yang termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP proses pembelajaran hendaknya lebih menekankan pada aspek kinerja
siswa sehingga siswa lebih aktif dan kreatif. Selain itu berdasarkan pula pada teori konstruktivistik yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya
siswa sendiri aktif secara fisik dan mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Dalam hal ini pendidik
lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Sebagai implikasi dari diterapkannya KTSP di Indonesia proses
pembelajaran haruslah diarahkan pada upaya untuk mengembangkan kemampuan- kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang termuat dalam setiap mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah. Sesuai dengan KTSP kemampuan- kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah belajar matematika di sekolah
diantaranya; kemampuan pemecahan masalah problem solving, kemampuan berargumentasi reasonning, kemampuan representasi representation,
kemampuan membuat koneksi connection dan kemampuan berkomunikasi communication.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antar berbagai komponen yang terlibat di dalamnya baik antara guru dengan siswa,
siswa dengan siswa atau siswa dengan lingkungan sebagai salah satu sumber belajarnya. Oleh karena itu dalam prakteknya dapat dilakukan dengan mengaitkan
materi yang dipelajari dengan lingkungan atau situasi nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kemampuan siswa dalam mengaitkan
materi pelajaran dengan lingkungan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari di luar konteks sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pola pembelajaran yang dapat mengeksplorasi kemampuan komunikasi matematik siswa. Salah satu pola
pembelajaran yang dapat mengungkapkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah pendekatan pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Pembelajaran seperti ini dapat mendorong siswa untuk dapat menginterpretasikan dan mengekspresikan berbagai fenomena yang terjadi
di dunia luar ke dalam bentukmodel matematika sehingga dapat menghubungkan konsep pembelajaran matematika yang bersifat abstrak kepada yang konkret.
Selain itu di dalam pembelajaran kontekstual siswa didorong untuk aktif bekerjasama dan melakukan sharing atau berdiskusi untuk menemukan dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan. Semua hal tersebut merupakan beberapa bentuk aktivitas yang dapat mengungkapkan kemampuan komunikasi matematik
siswa baik lisan maupun tertulis. Di dalam matematika, kualitas interpretasi seringkali menjadi masalah
istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang bersifat abstrak dan penuh dengan istilah dan simbol sehingga
kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus. Pendekatan pembelajaran kontekstual ini memberikan banyak kesempatan kepada
siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematiknya. Oleh karena itu, berdasarkan paparan yang telah dikemukakan diduga bahwa penerapan
pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa.
Bagan 2.2 Hubungan Antara Pembelajaran Kontekstual Dengan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Proses belajar Guru
Konsep matematika
Pembelajaran Kontekstual Relasi dan Fungsi
Kemampuan matematika
Komunikasi
Written Text Drawing
Mathematical Expression
Mengaitkan materi pelajaran
matematika dengan kehidupan sehari-
hari Masalah-masalah
kontekstual Kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat
C. Pengajuan Hipotesis