Pembelajaran Konvensional Landasan Teoritis

mengeluarkan pendapat, mengerjakan tugas dan mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas Penilaian ini dilakukan secara terus menerus pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan banyak digunakan oleh guru-guru di sekolah. Dalam proses pembelajarannya ditandai dengan pemaparan suatu konsep atau materi yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan dari awal sampai akhir pembelajaran. Oleh karena itu dalam prakteknya metode mengajar yang lebih banyak digunakan oleh guru adalah metode ekspositori dimana guru lebih banyak bicara atau ceramah di dalam kelas sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru. Menurut Ruseffendi metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa tradisional kita pakai pada pengajaran matematika”. 18 Umumnya pembelajaran seperti ini lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, metode ini hanya menekankan siswa untuk menghafal rumus-rumus tanpa mengetahui darimana rumus tersebut diperoleh. Sehingga penguasaan siswa terhadap konsep matematika hanya bersumber dari hafalan daripada pemahaman. Pada metode ekspositori ini sistematikanya guru menjelaskan suatu konsep atau materi, kemudian menanyakan siswa mengenai pembahasan yang belum dimengerti. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan contoh soal disertai penyelesaiannya, kemudian memberikan soal-soal latihan kepada siswa dan siswa disuruh untuk mengerjakannya. Sehingga peran guru sangat dominan dalam proses pembelajarannya. 18 ” Pembelajaran Konvensional”, http:xpresiriau.comterokaartikel-tulisan- pendidikanpembelajaran-konvensional.[17 maret 2010, 13.52 WIB] Langkah-langkah pembelajaran dengan metode ekspositori dapat dirinci sebagai berikut 19 : a. Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan bahan yang akan diajarkan secara rapi dan sistemik. b. Apersepsi, dalam tahap ini guru menautkan materi sebelumnya atau materi prasyarat dengan materi yang akan dibahas, bisa dengan bertanya atau memberikan ulasan secara singkat. c. Penyajian, dalam tahap ini guru memberikan penjelasan materi, bisa dengan ceramah atau menugaskan siswa membaca buku sumbermodul. d. Evaluasi, dalam tahap ini guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah diajarkan. Tujuan pembelajaran pada intinya bukan sekedar akumulasi pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan yang telah diperoleh siswa dalam proses pembelajaran tersebut mampu diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu metode ekspositori yang lebih menekankan pada pengumpulan fakta atau konsep tidak lagi relevan untuk diterapkan karena banyak kelemahan- kelemahan yang terdapat didalamnya antara lain; proses pembelajaran bersifat statis dan komunikasi berjalan searah, siswa menjadi pasif dan tidak dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis sehingga pembelajaran terkesan kurang bermakna. Oleh karena itu hal ini akan berdampak pada kualitas hasil pembelajaran. 19 Zulfiani,dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet.I, h. 94. Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Konvensional No. Pendekatan Kontekstual Pendekatan Konvensional 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator Siswa aktif dalam proses pembelajaran Pengetahuan diperoleh melalui pengkonstruksian dan penemuan oleh siswa Sumber belajar tidak hanya dari buku tetapi juga dari lingkungan disekitar Siswa tidak hanya belajar secara individual tetapi juga melalui kerja kelompok dan diskusi Pembelajaran tidak hanya bersifat teoritis, tetapi dikaitkan dengan kehidupan nyata Pembelajaran didasarkan pada pemahaman Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting Hasil belajar diukur dengan berbagai cara proses bekerja hasil karya, penampilan, kuis, rekaman tes, dll Guru sebagai pemberi informasi transmission of knowledge Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran Pengetahuan diperoleh dari guru sebagai sumber informasi Sumber belajar hanya dari buku pelajaran Pembelajaran cenderung dilakukan secara individual Pembelajaran bersifat abstrak dan teoritis Pembelajaran didasarkan pada hafalan Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas Hasil belajar hanya diukur dengan tes hasil belajar

3. Kemampuan Komunikasi Matematik

Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi pembelajaran PQ4R terhadap kemampuan koneksi Matematika siswa

6 45 149

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

1 4 202

Pengaruh pembelajaran konstektual terhadap kemampuan koneksi Matematika siswa : studi eksperimen di Kelas X SMK Negeri 11 Jakarta

0 12 182

Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa

0 14 231

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika SMP AL-ISLAM 1 Surakarta Ta

0 2 11

PENGARUH PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN SIKAP POSITIF SISWA TERHADAP MATEMATIKA.

0 1 38

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT (PTK Pembelajaran Matem

0 0 16

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 28

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP | Karya Tulis Ilmiah

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

0 0 6