Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas posttest kedua kelompok sampel penelitian yang berdistribusi normal, diperoleh harga F
hitung
= 1,30 sedangkan harga F
tabel
= 1,93 pada taraf signifikansi α = 5 dengan
derajat kebebasan pembilang adalah 36 dan derajat kebebasan penyebut adalah 37. Karena F
hitung
F
tabel
1,3 1,93, maka H
o
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Varians Taraf
Sign. Kesimpulan
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
204,56 266,19 0,05
1,30 1,93
Varians kedua kelompok
sampel homogen
2. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
a. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas kelompok sampel dan eksperimen, ternyata diperoleh hasil
bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan kehomogenan varians populasi ternyata terpenuhi. Pengujian selanjutnya yaitu pengujian
hipotesis statistik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata- rata kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelompok eksperimen
lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dengan kriteria pengujian yaitu, jika
, maka tolak H
o
dan
terima H
a
pada tingkat kepercayaan 95 dan taraf signifikansi α = 5 .
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t
hitung
sebesar 2,02 dan t
tabel
sebesar 1,67. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis
t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
2,02 1,99 Tolak
H
o
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 2,02 1,67, yang
artinya tolak Ho dan terima Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelompok
eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dari rata-rata kemampuan komunikasi matematik
siswa pada kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.
b. Pembahasan
Dari hasil uji-t menyatakan terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran
kontekstual dengan kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional. Terdapatnya perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa antar
kedua kelas tersebut ditunjukkan dengan rata-rata nilai kelompok eksperimen yang lebih tinggi daripada rata-rata nilai kelompok kontrol.
Konsep pembelajaran
kontekstual dalam
penelitian ini
menggunakan format pembelajaran secara berkelompok dan materi disajikan dalam bentuk LKS. Dalam hal ini siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk dapat menyelesaikan LKS yang
diberikan. Pembelajaran kelompok ini dilakukan guna membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar mengungkapkan ide-ide mereka baik
secara lisan maupun tertulis. Siswa dapat mengungkapkan pendapat
mereka kepada teman-teman mereka dengan penuh keyakinan. Apabila ada yang tidak mereka mengerti, mereka bisa berdiskusi dengan teman
sekelompoknya, sehingga siswa memiliki kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak untuk memberikan bantuan dan perhatian
kepada setiap temannya yang membutuhkan tanpa mengganggu dan melibatkan seluruh kelas.
Pembelajaran kontekstual memuat setting pembelajaran yang dapat mendorong siswa lebih aktif tidak hanya secara fisik tetapi juga secara
mental. Dalam hal ini siswa merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran karena didalamnnya terdapat beberapa aktifitas seperti aktifitas
menemukan sendiri suatu konsep matematika, mengkorelasikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penerapan
pembelajaran kontekstual dapat melatih siswa untuk dapat menganalisa suatu permasalahan sehari-hari dan menyelesaikannya dengan
menggunakan rumus matematika. Dengan demikian dapat melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematiknya.
Pada setiap langkah dalam proses pembelajaran kontekstual, siswa dilatih untuk dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
matematiknya sehingga siswa tidak hanya mengetahui suatu konsep matematika tetapi juga memahami makna dari konsep matematika yang
dipelajarinya tersebut. Siswa tidak hanya mengerti bagaimana langkah- langkah menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan tetapi juga
memahami apa yang mereka tulis di lembar jawaban sehingga dapat menjelaskan kembali kepada siswa lain tentang jawaban yang mereka
berikan. Berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol
dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Guru menerangkan pelajaran sambil menuliskannya di papan tulis sementara
siswa memperhatikan keterangan guru dan memindahkannya ke buku catatan mereka masing-masing. Setelah itu guru meberikan contoh soal
beserta penyelesaiannya kemudian memberikan beberapa latihan soal
kepada siswa untuk dikerjakan. Dalam hal ini pembelajaran menjadi kurang efektif karena komunikasi yang berjalan hanya satu arah yaitu dari
guru ke siswa. Hal ini mengakibatkan dalam proses pembelajarannya lebih cenderung terpaku pada guru sebagai pemberi informasi sehingga
mempersempit akses ruang gerak siswa untuk dapat menyalurkan pendapat atau ide-idenya mengenai konsepmateri pelajaran yang sedang
dipelajari baik secara lisan maupun tertulis. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik
siswa pada kelas eksperimen dengan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematik siswa pada
kelas kontrol dengan pendekatan konvensional. Siswa kelas eksperimen lebih aktif dan interaktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa
pada kelas kontrol cenderung pasif. Hal ini disebabkan pembelajaran konvensional tidak mendorong siswa semangat belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih
baik daripada yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini dapat diketahui dari hasil perolehan posttest masing-masing kelas
eksperimen dan kontrol. Nilai rata-rata kelas siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata
kelas siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam memilih variasi pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika di sekolah.
C. Keterbatasan Penelitian