7
BAB II KAJIAN TEORI
Penelitian ini menggunakan pendekatan teori linguistik sistemik fungsional LSF. Teori tersebut yakni skala peringkat, transitivitas, Peranti
kohesi, dan tema-rema. Selain itu, penulis menggunakan teori pengantar sebagai pemahaman tentang karya tulis anak, yakni karangan penceritaan ulang dan
pemerolehan bahasa kedua. Beberapa teori yang akan dipaparkan merupakan ancangan yang tentunya membantu penulis dalam menganalisis data agar
mencapai hasil yang absolut.
A. Penceritaan Ulang Recount Text
David Butt, dkk. 1996:142 mendeskripsikan penceritaan ulang sebagai jenis teks yang menyusun pengalaman-pengalaman masa lalu dengan
menceritakan kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi saat itu. Penceritaan ulang dapat diisi dengan kesan penulis terhadap peristiwa yang diceritakannya.
Struktur penceritaan ulang berfokus pada urutan temporal peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam karangan.
Struktur generik teks penceritaan ulang ada tiga, yakni orientasi, urutan peristiwa, dan reorientasi. Pada orientasi penulis memberi pembaca informasi
awal yang akan diceritakan seperti tokoh, waktu, tempat, kejadian, dan situasi. Urutan peristiwa berupa daftar kejadian-kejadian berdasarkan urutan
kejadiannya yang ditandai dengan munculnya konjungsi temporal seperti setelah itu, kemudian, lalu, akhirnya, dan sebagainya. Reorientasi opsional berisi
ringkasan dari semua peristiwa yang telah diceritakan atau penilaian pribadi penulis atas peristiwa yang terjadi.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara fitur struktur naratif dengan penceritaan ulang. Persamaannya adalah baik naratif dan penceritaan ulang
pada awal paragraf terdapat orientasi berupa pengenalan tokoh, tempat, waktu, dan peristiwa apa yang terjadi, lalu diikuti dengan plot, komentar personal jika
diperlukan pada akhir paragraf. Perbedaan antara keduanya yakni konflik yang yang menimbulkan klimaks cerita dan antiklimaks pada naratif tidak terdapat
dalam karangan penceritaan ulang. Narasi dan penceritaan ulang sama-sama menceritakan masa lalu atau sebuah peristiwa, tetapi narasi dapat berupa fiksi
cerita rekaan atau pun peristiwa yang benar-benar terjadi, sedangkan penceritaan ulang merupakan penggambaran peristiwa pengalaman yang
sudah terjadi. Hal yang terpenting dari penceritaan ulang adalah pembaca dapat
membentuk citra dan imajinasi ketika membaca karangan tersebut sehingga menimbulkan sebuah kesan senang, kecewa, atau sedih kepada pembaca.
Selain itu, tujuan utama karangan penceritaan ulang hanya untuk menghibur dan memberikan informasi kepada pembaca. Dengan kata lain, karangan penceritaan
ulang merupakan jenis karangan yang menceritakan pengalaman masa lalu yang bertujuan memberikan hiburan dan informasi kepada pembaca tanpa adanya
konflik yang menimbulkan klimaks cerita dan antiklimaks.
B. Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa atau akusisi bahasa merupakan proses penerimaan bahasa oleh anak sejak kecil sampai dewasa. Proses ini ditempuh dan dialami
dalam waktu yang panjang dan kompleks proses bawah sadar. Pemerolehan bahasa adalah proses manusia untuk mendapatkan kemampuan menangkap,