tentang kegiatan bersekolah dan menolong seorang neneh sehingga kalimat yang dihasilkan mengandung proses material. selain itu, perkembangan yang
dapat dilihat adalah proses eksistensional dan relasional yang tidak terdapat pada kelas 1 ditemukan pada kelas 2 dan 3. Hal ini menandakan adanya
peningkatan kognisi berbahasa siswa kelas rendah.
c. Peranti Kohesi
Berdasarkan hasil peranti wacana pada karangan penceritaan ulang siswa kelas rendah baik kelas 1, 2, dan 3 lebih dominan menggunakan peranti
kohesi repetisi dan referensi. Hanya saja persentase ketiga kelas memang berbeda sesuai dengan perkembangan kognisi berbahasa siswa yang setiap
kelasnya mengalami peningkatan jumlah kalimat yang dihasilkan. Peranti repetisi diasumsikan mudah digunakan karena siswa hanya perlu mengulang
sesuatu seperti subjek yang sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Begitu juga dengan referensi, menggunakan deisis sebagai pengganti
anteseden. Dari beberapa kohesi yang ada, terdapat kohesi yang tidak muncul dalam
karangan siswa baik kelas 1, maupun kelas 2 dan 3 yakni sinonim, antonim, kolokasi, komparatif. Keempat kohesi tersebut dianggap sulit digunakan oleh
siswa kelas satu, terlebih kohesi konjungsi komparatif yang menghubungkan dua proposisi yang bersifat membandingkan. Akan tetapi, pemahaman siswa
dalam menggunakan peranti kohesi yang ada seperti referensi dan repetisi sudah cukup baik.
d. Pengembangan Tema-Rema
Pada karangan penceritaan ulang siswa kelas rendah ditemukan tipe 1 dan 2 lebih mudah digunakan oleh siswa kelas rendah dalam pengembangan
paragraf yang ditunjukkan dengan paling tingginya frekuensi kemunculannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas rendah cenderung mengulang informasi
yang sama dari kalimat yang telah mereka buat sebelumnya. Pengembangan tema-rema tipe ketiga yang merupakan pengembangan tema baru dari sesuatu
yang berhubungan dengan tema sebelumnya tidak muncul pada kelas 1. Sedangkan untuk tipe 4 yang merupakan pengembangan rema pada kalimat
pertama menjadi tema pada kalimat selanjutnya tidak ditemukan pada kelas 1, 2 , da 3. Hal ini diasumsikan bahwa tipe 4 cukup sulit digunakan karena adanya
sebuah pengembangan yang mengharuskan siswa lebih memahami tentang sesuatu dengan berbagai pandangan.
123
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis sintaksis pada karangan penceritaan ulang siswa kelas rendah SD Kanisius Klepu,
Sleman, Yogyakarta dapat disimpulkan: 1. Jenis dan tipe kalimat yang digunakan pada karangan penceritaan ulang
siswa rendah adalah: a. Kelas 1
Jenis kalimat yang mendominasi adalah kalimat simpleks dengan struktur dasar SPC, lalu disusul kalimat kompleks koordinatif. Kalimat
struktur lengkap atau konstituen inti hadir dalam kalimat ditemukan lebih banyak daripada kalimat yang tidak menghadirkan konstituen inti dalam
kalimat. Kalimat minor yang ditemukan hanya satu kalimat dengan tipe struktur P, tanpa hadirnya unsur S. Kalimat lengkap atau mayor ditemukan
dengan struktur runtun atau S mendahului P paling banyak, sedangkan struktur inversi hanya ditemukan pada satu kalimat. Selain itu, tiga tipe
kalimat komplek juga ditemukan pada karangan siswa kelas 1. Kalimat kompleks koordinatif ditemukan lebih banyak daripada kalimat kompleks
subordinatif dan ganda koordinatif-subordinatif. Dalam beberapa kalimat ditemukan adjunk yang tidak menyisipkan konjungsi, sehingga kalimat
tersebut tampak seperti memunculkan proposisi baru membentuk kalimat kompleks.