Terdapat persamaan dan perbedaan antara fitur struktur naratif dengan penceritaan ulang. Persamaannya adalah baik naratif dan penceritaan ulang
pada awal paragraf terdapat orientasi berupa pengenalan tokoh, tempat, waktu, dan peristiwa apa yang terjadi, lalu diikuti dengan plot, komentar personal jika
diperlukan pada akhir paragraf. Perbedaan antara keduanya yakni konflik yang yang menimbulkan klimaks cerita dan antiklimaks pada naratif tidak terdapat
dalam karangan penceritaan ulang. Narasi dan penceritaan ulang sama-sama menceritakan masa lalu atau sebuah peristiwa, tetapi narasi dapat berupa fiksi
cerita rekaan atau pun peristiwa yang benar-benar terjadi, sedangkan penceritaan ulang merupakan penggambaran peristiwa pengalaman yang
sudah terjadi. Hal yang terpenting dari penceritaan ulang adalah pembaca dapat
membentuk citra dan imajinasi ketika membaca karangan tersebut sehingga menimbulkan sebuah kesan senang, kecewa, atau sedih kepada pembaca.
Selain itu, tujuan utama karangan penceritaan ulang hanya untuk menghibur dan memberikan informasi kepada pembaca. Dengan kata lain, karangan penceritaan
ulang merupakan jenis karangan yang menceritakan pengalaman masa lalu yang bertujuan memberikan hiburan dan informasi kepada pembaca tanpa adanya
konflik yang menimbulkan klimaks cerita dan antiklimaks.
B. Pemerolehan Bahasa Kedua
Pemerolehan bahasa atau akusisi bahasa merupakan proses penerimaan bahasa oleh anak sejak kecil sampai dewasa. Proses ini ditempuh dan dialami
dalam waktu yang panjang dan kompleks proses bawah sadar. Pemerolehan bahasa adalah proses manusia untuk mendapatkan kemampuan menangkap,
memahami, dan memproduksi bahasa. Kemampuan tersebut didapat secara bertahap menggunakan alat wicara yang sudah dimiliki manusia secara alami.
Rod Ellis 2003:3 mendefinisikan pemerolehan bahasa kedua sebagai cara seseorang mempelajari bahasa selain bahasa Ibu baik dipelajari di wilayah
tempat bahasa itu berasal maupun di sekolah .
Pemerolehan bahasa kedua mengacu pada belajar bahasa secara klasikal yang antarsesama pemeroleh
mengalami interaksi responsif Tarigan, 1988:125. Dengan kata lain, pemerolehan bahasa kedua yang merupakan bahasa asing atau bahasa
nasional akan berkaitan dengan kesadaran belajar bahasa, menyadari kaidah- kaidah bahasa, dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah tersebut
.
Antara pemerolehan bahasa pertama B1 dan bahasa kedua B2 terdapat perbedaan. Di samping berdasarkan urutan pemerolehan bahasa
pertama lebih dulu diperoleh daripada bahasa kedua, menurut Titone dalam Hamied, 1989:247 perbedaannya adalah 1 B1 bersifat spontan, sedangkan B2
diniatkan dan dirancang; 2 B1 dilalui dari nol mengenal bahasa, sedangkan B2 memiliki aset yakni B1 yang dapat ditransferkan ketika belajar B2; 3
pembelajaran B2 memiliki pandangan tertentu dan juga sikap terhadap bahasa sasaran. Ketiga pembeda ini akan mempengaruhi anak dalam mempelajari B2,
baik B2 merupakan bahasa asing maupun bahasa nasional. Menurut Chaer dan Agustina 2004:215 B2 di Indonesia dapat berupa
bahasa nasional atau bahasa kenegaraan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia memakai bahasa daerah sebagai bahasa pertamabahasa
ibu. Oleh sebab itu, dengan munculnya bilingualmultilingual pada masyarakat Indonesia diperlukan pengajaran tentang B2, B3, dst. Pengajaran B2 secara
formal baru dimulai ketika anak memasuki pendidikan dasar rata-rata usia 6