Rumusan Masalah PERKEMBANGAN SINTAKSIS SISWA KELAS RENDAH SD KANISIUS KLEPU, SLEMAN, YOGYAKARTDALAM KARANGAN PENCERITAAN ULANG.
memahami, dan memproduksi bahasa. Kemampuan tersebut didapat secara bertahap menggunakan alat wicara yang sudah dimiliki manusia secara alami.
Rod Ellis 2003:3 mendefinisikan pemerolehan bahasa kedua sebagai cara seseorang mempelajari bahasa selain bahasa Ibu baik dipelajari di wilayah
tempat bahasa itu berasal maupun di sekolah .
Pemerolehan bahasa kedua mengacu pada belajar bahasa secara klasikal yang antarsesama pemeroleh
mengalami interaksi responsif Tarigan, 1988:125. Dengan kata lain, pemerolehan bahasa kedua yang merupakan bahasa asing atau bahasa
nasional akan berkaitan dengan kesadaran belajar bahasa, menyadari kaidah- kaidah bahasa, dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah tersebut
.
Antara pemerolehan bahasa pertama B1 dan bahasa kedua B2 terdapat perbedaan. Di samping berdasarkan urutan pemerolehan bahasa
pertama lebih dulu diperoleh daripada bahasa kedua, menurut Titone dalam Hamied, 1989:247 perbedaannya adalah 1 B1 bersifat spontan, sedangkan B2
diniatkan dan dirancang; 2 B1 dilalui dari nol mengenal bahasa, sedangkan B2 memiliki aset yakni B1 yang dapat ditransferkan ketika belajar B2; 3
pembelajaran B2 memiliki pandangan tertentu dan juga sikap terhadap bahasa sasaran. Ketiga pembeda ini akan mempengaruhi anak dalam mempelajari B2,
baik B2 merupakan bahasa asing maupun bahasa nasional. Menurut Chaer dan Agustina 2004:215 B2 di Indonesia dapat berupa
bahasa nasional atau bahasa kenegaraan. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia memakai bahasa daerah sebagai bahasa pertamabahasa
ibu. Oleh sebab itu, dengan munculnya bilingualmultilingual pada masyarakat Indonesia diperlukan pengajaran tentang B2, B3, dst. Pengajaran B2 secara
formal baru dimulai ketika anak memasuki pendidikan dasar rata-rata usia 6
tahun. Proses pemerolehan pengetahuan bahasa dilakukan secara bertahap pada B2, seperti pengenalan terhadap kaidah bahasa dan pengurutan unsur
sintaksis. B1 yang merupakan sumber pengetahuan yang akan dipakai dalam belajar B2 untuk menyaring data B2 dalam masukan dan menampilkan sebaik-
baiknya dalam B2 Tarigan, 1988:109. B1 yang merupakan aset yang dapat ditransferkan pada waktu belajar B2 ini akan mempengaruhi cara bicara
pemeroleh bahasa ketika menggunakan B2, terlebih dari segi fonologi. Dalam buku Sri Hastuti “Sekitar Analisis Kesalahan Bebahasa Indonesia”
2003:67 diterangkan tiga metode yang dikenal dengan sebutan metode IKP Imitasi, Komprehensi, Produksi. Metode ini merupakan dasar pembelajaran
bahasa di sekolah-sekolah yang sangat dimungkinkan pada tingkat pertama di sekolah dasar, seperti pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Metode Dasar Pembelajaran Bahasa
Tahap Imitasi Anak disuruh menirukan kalimat yang telah disediakan oleh guru.
Tahap Komprehensi Anak diharuskan mengerti makna suatu kalimat bagaimana pun
caranya. Tahap Produksi
Anak disuruh menghasilkan kalimat secara terarah.
Berdasarkan penelitian van Gaer melalui Hastuti, 2003:68 mengenai perbedaan antara komprehensi dan produksi, bahwa produksi kalimat yang
paling sukar adalah kalimat pasif dan kalimat majemuk, sedangkan komprehensi terjadi kendala pada kalimat ingkar. Oleh karena kalimat pasif bentuk
transformasi dari kalimat aktif, aktorpelaku kalimat pasif berada setelah predikat. Pembalikan struktur inilah yang menjadi kendala dalam memproduksi kalimat
pasif. Siswa lebih mudah membuat satu kalimat dengan satu klausa daripada satu kalimat dengan dua atau lebih klausa karena pada kalimat majemuk terjadi
penambahan proposisi yang harus memiliki kepaduan makna dengan proposisi