Kehadiran Jamur Kehadiran Lendir
                                                                                Gambar 7.2 Proses penggumpalan protein susu oleh papain Ming et al. 2002 Proses pembuatan dangke meliputi pemanasan susu, penggumpalan protein
susu  oleh  papain,  penyaringan  curd  menggunakan  tempurung  kelapa,  dan membungkus curd dengan daun pisang.  Susu sebagian besar terdiri  atas  molekul
kasein.  Kasein  susu  terdiri  atas  kappa-kasein  yang  memiliki  N-terminal  dan bersifat hidrofobik. Kappa-
kasein berikatan dengan molekul lipofilik yaitu α dan -kasein. Bagian lain dari kasein susu adalah wilayah C-terminal yang bermuatan
negatif  dan  berikatan  dengan  air  hidrofilik.  Bagian  tersebut  merupakan makroglikopeptida. Kedua wilayah dihubungkan oleh ikatan peptida yang bersifat
labil  pada  residu  fenilalanina  105  dan  metionina  106.  Saat  proses  pembentukan curd  terjadi  penggumpalan  protein  Gambar  7.2.  Papain  menghidrolisis  kasein
susu  pada  ikatan  peptida  yang  terletak  di  antara  fenilalanina  dan  metionina. Hidrolisis ikatan peptida menyebabkan lepasnya wilayah hidrofilik dengan kappa-
kasein,  menghasilkan  para  kappa-kasein  dan  makroglikopeptida.  Selanjutnya molekul-molekul  kappa-kasein  beragregasi  membentuk  curd  sedangkan
makroglikopeptida berdifusi ke dalam air membentuk whey.
Nilai  nutrisi  dangke  sangat  dipengaruhi  oleh  teknik  dan  bahan  yang digunakan  dalam  pembuatan  dangke.  Dangke  digolongkan  ke  dalam  keju  lunak
soft  cheese  karena  memiliki  kadar  air  lebih  dari  40.  Kadar  air  yang  tinggi dapat  menyebabkan:  1  meningkatnya  penyimpanan  laktosa  yang  menyebabkan
pH  dangke  rendah,  2  meningkatnya  jumlah  mikrob  secara  cepat  sehingga berpotensi terjadi fermentasi yang tidak diharapkan, 3 matinya mikrob yang baik
sehingga  menyebabkan  rasa  dangke  menjadi  pahit,  4  meningkatnya  perubahan enzimatik  seperti  proteolisis  menyebabkan  dangke  menjadi  lebih  lunak  dan
membentuk pasta, 5 pendeknya masa simpan dangke.
Dangke  kaya  akan  nutrisi  terutama  protein  dan  lemak.  Penambahan  lemak susu ke dalam dangke  meningkatkan kandungan lemak di dalamnya. Kandungan
nutrisi tersebut mempengaruhi kualitas organoleptik dangke. Dangke yang berasal dari  susu  kerbau  memiliki  kualitas  organoleptik  warna,  tekstur,  dan  rasa  yang
lebih  disukai  dibandingkan  dengan  dangke  susu  sapi.  Hal  tersebut  disebabkan kandungan lemak dan protein susu kerbau lebih tinggi dibandingkan dengan susu
sapi.  Penambahan  lemak  susu  1  dan  2  belum  mampu  meningkatkan  kualitas nutrisi dangke susu sapi agar setara dengan dangke susu kerbau. Beberapa faktor
yang  menyebabkan  dangke  susu  sapi  sulit  memiliki  kualitas  yang  setara  dengan dangke susu kerbau, antara lain:
1.
Ukuran globul lemak dan misel kasein susu kerbau lebih besar dibandingkan dengan susu sapi, masing-masing 5.05
m dan 3.55 m; 190 m dan 180 m Hussain  et  al.  2012.  Hal  tersebut  menyebabkan  tipe  curd  susu  kerbau  yang
terbentuk  lebih  banyak  dan  rapat  Gambar  7.3.  Ukuran  globul  lemak mempengaruhi  tekstur  dangke.  Tekstur  dangke  susu  kerbau  lebih  kenyal,
lembut, dan butirannya terlihat lebih halus.
Gambar 7.3  Mikrografik  tipe  curd  keju mozzarella  pada  skala  10  μm  dan
pembesaran 63X, A. curd susu kerbau; B. curd susu sapi Hussain et al. 2012.
2. Kandungan lemak, protein, dan kalsium susu kerbau lebih tinggi dibandingkan
dengan  susu  sapi.  Hal  tersebut  menyebabkan  dangke  yang  terbentuk  pun memiliki  nutrisi  yang  lebih  tinggi.  Kandungan  protein  dan  kalsium  yang
terlarut  dalam  bentuk  kasein  kaseinat    memantulkan  semua  warna  sehingga dangke  terlihat  berwarna  putih.  Dangke  susu  kerbau  berwarna  lebih  putih
bersih  dibandingkan  dengan  dangke  susu  sapi  karena  kasein  kaseinat  susu
kerbau lebih tinggi. Selain itu, susu sapi memiliki kandungan  -karoten yang lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  susu  kerbau.  Beta  karoten  memberi  efek
warna  susu  agak  kekuningan,  sehingga  dangke  susu  sapi  terlihat  lebih kekuningan  dibandingkan  dengan  dangke  susu  kerbau.  Beta  karoten
merupakan senyawa yang larut dalam lemak, sehingga penambahan lemak susu
ke  dalam  susu  sapi  akan  memperbanyak  kandungan  -karoten  dan  memberi efek warna lebih kekuningan pada dangke susu sapi.
3. Pemanasan  susu  menyebabkan  sebagian  struktur  protein  terbuka.  Pemberian
papain  menyebabkan  terlepasnya  bagian  hidrofilik  dan  para  k-kasein  tidak terlindungi  oleh  sisi  hidrofilik  Ming  et  al.  2002.  Proses  tersebut  memberi
A B
peluang bagi beberapa molekul lemak untuk keluar dari misel kasein sebelum terjadi  agregasi.  Hal  tersebut  mempengaruhi  kadar  lemak  dalam  curd.
Walaupun penambahan lemak susu mampu meningkatkan kadar lemak dangke, namun berdasarkan hasil pengukuran kadar lemak dangke dengan penambahan
lemak  2  lebih  kecil  dibandingkan  dengan  dengan  penambahan  lemak  1. Hal  tersebut  diduga  karena  pengaruh  pemanasan  susu  menyebabkan  lemak
keluar  dari  misel  kasein  dan  larut  ke  dalam  whey.  Buckle  et  al.  2007 menyatakan  bahwa  susu  yang  dipasteurisasi  memiliki  lapisan  krim  lemak
yang  lebih  sedikit  dibandingkan  dengan  yang  tidak  dipasteurisasi.  Selain  itu susu  yang  dipanaskan  pada  suhu  75
o
C  akan  kehilangan  beberapa  krimnya. Sineresis  merupakan  proses  pengeluaran  air  whey  dari  molekul  protein
setelah  terjadi  penggumpalan.  Setelah  terbentuk  curd,  whey  akan  dipisahkan dalam  proses  penyaringan  menggunakan  tempurung  kelapa  sambil  ditekan-
tekan.  Proses  tersebut  mempengaruhi  kadar  air  dangke.  Kadar  air  yang  tinggi menunjukkan  tingginya  jumlah  whey  yang  masih  terperangkap  dalam  curd.
Dalam  penelitian  ini  dangke  susu  sapi  tanpa  penambahan  lemak  memiliki kadar air yang tertinggi.
Supernatan  L.  plantarum  L.  lactis  FNCC  0086  yang  bersifat  asam diketahui  dapat  menghambat  banyak  mikroorganisme  melalui  penurunan  pH.
Asam  organik  supernatan  dapat  berfungsi  sebagai  pengawet  sehingga meningkatkan  umur  simpan  produk  makanan.  Bernardes  et  al.  2009
menggambarkan  mekanisme  penghambatan  bakteri  oleh  asam-asam  organik berhubungan  dengan  keseimbangan  asam-basa  dan  penambahan  proton  yang
membutuhkan  energi  Gambar  7.4.  Keseimbangan  asam-basa  pada  sel  mikrob tercapai  jika  pH  normal.  Interaksi  sel  dengan  senyawa  asam  mengganggu
keseimbangan  asam-basa  dan  mengakibatkan  kerusakan.  Protein,  asam  nukleat dan fosfolipid dalam sel dapat rusak oleh perubahan pH. Ketersediaan ion-ion H
+
mengganggu  permeabilitas  membran,  karena  membran  kurang  permeabel terhadap  ion  dibandingkan  dengan  molekul  yang  tidak  bermuatan.  Selanjutnya
dalam  sitoplasma  asam  organik  akan  terionisasi  dan  ion  H
+
terakumulasi menyebabkan  penurunan  pH  intrasel.  Enzim  ATPase  dalam  sel  akan  berusaha
mengeluarkan  ion  H
+
untuk  menyeimbangkan  keadaan.  Perubahan  permeabilitas membran  akan  menghasilkan  efek  ganda,  yaitu  mengganggu  transpor  nutrisi  ke
dalam sel dan menyebabkan metabolit internal keluar dari sel.
Gambar 7.4  Mekanisme penghambatan bakteri oleh asam laktat Bernardes et al. 2009
                                            
                