Hipotesis Penelitian Upaya Peningkatan Kualitas Sensori Dan Preservasi Dangke Susu Sapi Dengan Penambahan Lemak Susu Dan Supernatan Lactobacillus Plantarum (Lactococcus Lactis Fncc 0086)

susu kerbau memiliki kandungan kolesterol, asam palmitat C 16:0, satturated fatty acid SFA, dan polyunsatturated fatty acid PUFA, kalsium, fosfor, potasium, zink, dan magnesium yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi Tabel 1.2. Susu kerbau memiliki kadar nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi dalam hal kandungan asam miristat, zat besi, dan mangan. Tabel 1.2 Perbedaan komposisi mikronutrisi susu sapi dan susu kerbau Barlowska et al. 2011 Karakteristik Susu sapi Susu kerbau Kolesterol mg100 g 31.4 10.24 Asam palmitat 32.24 12.58 Asam miristat 11.24 28.02 SFA 71.24 65.86 PUFA 3.20 2.67 Kalsium mg100 g 122 112 Fosfor mg100 g 119 99 Potasium mg100 g 152 92 Magnesium mg100 g 12 8 Zink μg100 g 530 410 Zat besi μg100 g 80 161 Perbedaan kandungan dan kadar mikronutrisi susu kerbau dan susu sapi menyebabkan perbedaan kualitas nutrisi dan sensori produk olahan susu misalnya keju. Keju yang terbuat dari susu kerbau memiliki tekstur yang lebih kenyal dan rasa yang lebih enak dibandingkan dengan keju yang terbuat dari susu sapi. Lemak pada susu merupakan sumber dari sebagian komponen-komponen pembentuk citarasa, aroma, rasa, dan kelembutan keju. Keju yang dibuat dari susu tanpa lemak, umumnya memiliki tekstur yang keras dan tidak membentuk cita rasa tipikal keju yang diharapkan. Susu skim yang diperoleh melalui pemisahan krim secara manual masih mengandung lemak sebanyak 1.0 –1.75, sehingga beberapa jenis keju misalnya blue Vinney yang dibuat dari jenis susu ini dapat membentuk cita rasa tipikal keju. Keju yang dibuat dari susu skim yang dipisahkan dengan menggunakan mesin separator krim kadar lemak 0.1 –0.2 tidak mempunyai citarasa selain cita rasa laktat digolongkan ke dalam keju lunak. Susu mengandung berbagai senyawa bioaktif yang diproduksi secara enzimatis saat proses pencernaan dalam tubuh. Senyawa bioaktif dapat berfungsi sebagai proteksi terhadap enteropatogen. Fungsi lain dari senyawa bioaktif adalah sebagai antimikrob, antihipertensi, antioksidatif, antitoksik, dan pengatur zat imun immunomodulatory. Berbagai senyawa bioaktif susu dapat berasal dari lemak, protein, lemak, dan karbohidrat Tabel 1.3 Park 2009. Korhonen dan Leppälä 2004 dalam Park 2009 menyatakan bahwa kasein dan protein whey menghasilkan 3 –20 asam amino yang berfungsi sebagai senyawa bioaktif. Tabel 1.3 Komponen senyawa bioaktif susu dan fungsinya Park 2009 Prekursor Komponen bioaktif Aktivitas α-, - kasein Fosfopeptida Mengikat mineral binding dan membantu penyerapannya Ca, P, Zn Immunopeptida, kasomorfin Kasokinin Meningkatkan imun dan aktivitas fagositosis. α s1 -kasein Israsidin Antimikrob α s2 -kasein Kasosidin Antimikrob κ-kasein Kasoplatelin Antitrombosis Imunoglobulin Ig IgG, IgA Immunomodulatory Laktoferin Laktoferin Immunomodulatory, antimikrob bakteriostatik, antivirus, meningkatkan aktivitas probiotik dalam saluran pencernaan. Oligosakarida Oligosakarida Meningkatkan aktivitas probiotik dalam saluran pencernaan. Glikolipid Glikolipid Antimikrob menurunkan kemampuan pelekatan bakteri dan virus pada sel epitel usus Prolaktin Prolaktin Immunomodulatory Citokin Interleukin, Interferon Immunomodulatory

2.3 Lactobacillus plantarum Penghasil Asam Laktat

Kelompok Bakteri Asam Laktat BAL terdiri atas famili Lactobacillaceae Lactobacillus dan Weisella dan famili Streptococcaceae Leuconostoc, Streptococcus dan Pediococcus. Banyak ditemukan isolat BAL pada dadih diantaranya Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus dan Lactococcus. Isolat BAL sering digunakan sebagai kultur probiotik dalam produk- produk fermentasi susu seperti dadih. Sebagai probiotik, beberapa spesies BAL tumbuh dan berkembang dalam sistem pencernaan manusia Widodo 2003. Bakteri tersebut mampu hidup pada kondisi pH rendah, menekan bakteri patogen, menyerap bahan penyebab kanker dan tumor, serta memicu sistem kekebalan tubuh. Asam laktat yang dihasilkan oleh BAL menyebabkan terjadinya penurunan pH lingkungan. pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikrob pembusuk dan mikrob patogen. Asam laktat CH 3 CHOHCOO - dapat dimanfaatkan untuk agen pengawet makanan Rattanachaikunsopon dan Phumkhachorn 2010. Kondisi pH rendah dalam asam laktat menjadikan senyawa tersebut bersifat toksik terhadap berbagai jenis bakteri, baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif Sobrun et al. 2012. Walaupun demikian, jenis-jenis mikrob tersebut memiliki perbedaan sensitivitasnya terhadap asam laktat Taufik 2009. Lactobacillus plantarum merupakan salah satu anggota BAL yang mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme patogen pada bahan pangan. Bakteri tersebut juga diketahui memiliki kemampuan antibakteri dalam dangke Razak et al. 2010. Wijayanto 2009 melaporkan bahwa L. plantarum 1A5 merupakan bakteri yang mampu bertahan hidup melalui uji in vitro pada pH 2 pH lambung, pH 7.2 pH usus dan kadar garam 0.3 kadar garam empedu. Lactobacillus plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, kelas Bacilli, ordo Lactobacillales, family Lactobacillaceae dan genus Lactobacillus. Kelompok Lactobacillus memiliki ciri morfologi antara lain: berbentuk batang, biasanya panjang tetapi terkadang berbentuk bulat, umumnya dalam rantai-rantai pendek dan biasanya berukuran 0.5 –1.β μm x 1.0–10.0 μm. Kelompok bakteri tersebut termasuk bakteri Gram positif, tidak menghasilkan spora, biasanya tidak bergerak, anaerob fakultatif, katalase negatif, koloninya dalam media agar berukuran 2 –5 mm, konfeks, opak, sedikit transparan dan tidak berpigmen. Memiliki metabolit utama berupa asam laktat. Genus ini tumbuh baik pada suhu 30 –40 o C dan tersebar luas di lingkungan terutama dalam produk-produk pangan asal hewan dan sayuran. Bakteri ini menetap dalam saluran pencernaan unggas dan mamalia Holt et al. 1994. Pemanfaatan supernatan L. plantarum sebagai agen biopreservasi akhir- akhir ini makin dikembangkan. Arques et al. 2015 melaporkan bahwa supernatan L. plantarum WHE 92 yang disemprotkan pada keju Munster dapat menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes dan L. innocua. Penggunaan supernatan sebagai bahan pengawet keju dan bahan makanan sejenis, diketahui tidak mempengaruhi nilai nutrisi bahan makanan tersebut. Penambahan kultur BAL ke dalam fresh cheese yang terbuat dari susu kambing dilaporkan oleh Frau et al. 2014. Frau melaporkan bahwa penambahan kultur BAL ke dalam fresh cheese tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas sensori yaitu warna dan tekstur, tetapi mempengaruhi aroma dan rasa. Aroma keju menjadi lebih kuat dan rasa lebih asam. Hal tersebut disebabkan karena penambahan dilakukan berupa kultur segar sehingga terdapat aktivitas biokimia selama pertumbuhannya. Yerlikaya dan Ozer 2014 juga melaporkan bahwa penambahan kultur BAL ke dalam fresh white cheese tidak merubah kadar lemak dan kualitas sensori aroma, tekstur, dan warna. 2.4 Bakteri Pencemar 2.4.1 Staphylococcus aureus S. aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0.7 – 1.β μm. Koloni tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, sifat hidupnya fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ºC, dengan rentangan suhu pertumbuhan 6 –48 o C. Koloni pada media, berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau Gambar 2.2. Pertumbuhan S. aureus secara aerob dan anaerob. S. aureus dapat tumbuh pada aktivitas air yang rendah sekitar 0.86, cocok pada lingkungan dengan kadar garam sekitar 14 . Bakteri tersebut dapat tumbuh pada pH minimum 4.2 dan pH maksimum 9.3. Nilai pH optimum untuk pertumbuhan S. aureus adalah 7.4. Kebanyakan galur S. aureus bersifat patogen, proteolitik, lipolitik, -hemolitik, memproduksi enterotoksin dan koagulase. Bakteri ini sering terdapat pada pori- pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus serta dapat