dalam bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompok supermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok
barang-barang dengan persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama.
Keuntungan dari pola kemitraan ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan
atau disepakati. Kemitraan pola dagang umum memiliki kelemahan yakni memerlukan permodalan yang kuat sebagai modal kerja dalam
menjalankan usahanyabaik oleh kelompok mitra usaha maupun mitra usaha.
4 Pola Keagenan, yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil
diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya.
5 Pola Waralaba, ikatan dimana salah satu pihak diberikan hal unt uk
memanfaatkan dan manggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain, dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
6 Pola Kerjasama Operasional Agribisnis, yaitu hubungan kemitraan antara
petani kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya petani kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan
perusahaan mitra menyediakan biaya modal serta sarana untuk mengusahakan dan membudidayakan suatu komoditi pertanian.
3.1.3.2. Konsep Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan pada suatu periode produksi usahatani. Tujuan utama dari analisis
pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan
Soeharjo dan Patong 1973. Dalam melakukan analisis pendapatan usahatani diperlukan dua data, yaitu
keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani adalah penerimaan dari sumber usahatani yang meliputi
29
jumlah penambahan inventaris, nilai jual hasil, dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga Hernanto 1989.
Biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan tunai,
seperti biaya pembelian sarana produksi dan sewa ternaga kerja. Biaya tunai merupakan suatu cara untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang
dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Sedangkan, biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa
sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Penyusutan alat juga dikategorikan sebagai biaya yang
diperhitungkan. Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan
sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan total
adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Sehingga keuntungan
yang didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh petani.
Selain diukur dengan nilai mutlak, pendapatan dapat pula diukur nilai efisiensinya. Salah satu alat untuk mengukur efisiensi pendapatan tersebut adalah
penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dengan biaya RC rasio. Perbandingan ini menunjukkan besarnya penerimaan
yang diperoleh untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Apabila RC 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya yang
dikeluarkan, hal ini berarti usahatani yang dilaksanakan menguntungkan. Apabila RC 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang
dikeluarkan yang berarti usahatani yang dilaksanakan tidak menguntungkan. Jika RC rasio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada keuntungan normal atau
tidak untung dan tidak rugi.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Sayuran organik merupakan salah satu produk organik yang umum dikonsumsi masyarakat. Dibandingkan dengan jenis sayuran non-organik,
30