VI MANAJEMEN MUTU TERPADU
6.1. Teknik Pengendalian Mutu
PT Giga memiliki tiga aktivitas utama yang dijalankan, yaitu aktivitas pengadaan, penanganan serta distribusi sayuran. Proses manajemen mutu
dilakukan pada seluruh aktivitas tersebut. Manajemen Mutu Terpadu MMT menekankan proses pengendalian mutu yang berkesinambungan dimana terjadi
hubungan terintegrasi antara proses satu dengan yang lainnya. Konsep MMT menyatakan bahwa kualitas suatu proses ditentukan oleh proses sebelumnya.
6.1.1. Teknik Pengendalian Mutu pada Proses Pengadaan Sayuran
Proses pengadaan sayuran merupakan proses bagaimana perusahaan memperoleh pasokan sayuran. Teknik manajemen mutu yang dilakukan pada
tahap ini berupa pengecekan berulang-ulang terhadap Purchase Order PO yang diterima dari retail yang kemudian dilanjutkan dengan proses pemesanan kepada
Petani Mitra. Proses pemesanan terhadap Petani Mitra pun diperhatikan kebenarannya apakah sudah sesuai PO atau tidak.
Kesalahan dalam proses ini dapat menurunkan kepuasan pihak tertentu. Misalnya saja, pernah terjadi kesalahan pemesanan dari PT Giga kepada Petani
Mitra yang menyebabkan timbulnya keluhan dari Petani Mitra kepada PT Giga. Kesalahan tersebut menyebabkan kelebihan sayuran yang dipanen oleh Petani
Mitra sehingga terjadi kelebihan supply pada Petani Mitra. Kesalahan dalam mencatat order dari retail pun dapat saja terjadi, sehingga keluhan dari pihak retail
dapat pula terjadi. Akibatnya, PT Giga dapat secara langsung mendapatkan kerugian dari adanya kesalahan PO. Oleh karena itu, tindakan ini diantisipasi oleh
kedua belah pihak PT Giga dan retail melalui kesepakatan berupa kesempatan pengoreksian PO dalam waktu enam jam setelah PO diterima PT Giga.
Setelah PO selesai dikumpulkan, maka bagian pengadaan siap menjemput sayuran kepada Petani Mitra. Sayuran yang dibeli dari pihak Petani Mitra masih
berbentuk curah atau tidak dalam bentuk kemasan khusus. Para Petani Mitra menjaga kualitas sayuran yang dihasilkan dimulai dari kegiatan penanaman,
pemeliharaan, panen dan pasca panen. Kegiatan pengendalian kualitas pada kegiatan selain kegiatan pasca panen, dilakukan di lahan Petani Mitra langsung.
Teknik pengendalian kualitas sayuran dari masa penanaman hingga panen, berbeda-beda di antara ketiga Petani Mitra. Namun, semuanya sepakat bahwa titik
kritis yang menentukan kualitas sayur yang dihasilkan terletak pada masa pemeliharaan.
Petani Mitra I memulainya dengan pemilihan benih yang baik, untuk itu dipilih benih lokal. Harga benih lokal lebih mahal karena kualitasnya lebih baik.
Lahan yang digunakan untuk menanam sayuran organik merupakan lahan tidur sebelumnya dimana lahan tersebut tidak digunakan untuk aktivitas pertanian
selama bertahun-tahun. Pada masa pertumbuhan, tanaman disiram setiap hari sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Ketika
musim hujan pun tanaman kembali disiram tetapi dalam jumlah air yang lebih sedikit. Hal ini dilakukan untuk membersihkan tanah yang naik akibat hujan.
Pupuk organik yang diberikan pun tidak boleh kurang. Biasanya, pemupukan dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali dengan mempertimbangkan
masa tanaman tersebut. Pemupukan pertama digunakan pupuk kotoran kambing dan ayam. Pemupukan kedua digunakan pupuk ayam untuk mempercepat
pertumbuhan. Kedua jenis pupuk ini menga ndung unsur N, P dan K yang dibutuhkan tanaman. Menurut petani, karakter pupuk kotoran kambing
mengandung urea yang tinggi namun bersuhu dingin sehingga tahan lama berada di dalam tanah, sementara, pupuk kotoran ayam mengandung urea tinggi namun
bersuhu panas sehingga tidak tahan lama berada di tanah. Unsur N berfungsi untuk menguatkan batang, sedangkan unsur K mengandung vitamin dan dapat
menjaga tanaman dari timbulnya penyakit. Pemupukan terakhir yaitu penggunaan pupuk bokashi yang mengandung unsur F untuk memacu tumbuhnya buah bagi
sayuran buah. Pupuk bokashi yang digunakan Petani Mitra I terbuat dari campuran bahan-bahan organik yaitu dedak, ampas tahu serta batang pisang.
Petani Mitra I belum menggunakan pestisida organik dalam bertanam sayuran. Petani Mitra I masih mencoba membuat formulasi pestisida organik yang tepat
untuk jenis hama yang tepat pula. Namun, karena faktor usia dan terbatasnya tenaga kerja, teknik tersebut belum dilaksanakan secara maksimal sehingga
sebagian sayuran yang dipasok kepada PT Giga masih belum memuaskan PT Giga.
59
Petani Mitra II merupakan petani perorangan. Petani Mitra II menggunakan teknik yang kurang lebih sama dengan Petani Mitra I. Lahan yang
digunakan Petani Mitra II merupakan lahan transisi organik. Sekeliling lahan ya ng digunakan untuk usahatani organik merupakan bangunan dan lahan lain yang
digunakan untuk usahatani rumput yang tidak menggunakan bahan kimia. Proses penghasilan kualitas sayuran dilakukan dengan memperbanyak pupuk organik
yang diberikan. Petani Mitra II berprinsip bahwa tanah harus diberi asupan pupuk organik yang cukup karena tanah yang sehat menghasilkan tanaman yang sehat
sehingga kebal terhadap serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, Petani Mitra II juga tidak menggunakan pestisida organik.
Proses penjagaan kualitas dilakukan ketika pemeliharaan melalui pengaturan jarak tanam dengan tujuan agar sesama pohon tidak saling
mengganggu, memudahkan pembersihan rumput, serta memudahkan pemupukan dan panen. Selain itu, pembersihan terhadap rumput yang tumbuh di sela-sela
tanaman tidak boleh terlambat karena rumput-rumput tersebut dapat mengambil unsur hara yang diperlukan tanaman. Ketika panen, tanaman dicabut dengan hati-
hati untuk mencegah tanaman rusak yang dapat menyebabkan harga jualnya turun. Menurut PT Giga, kualitas sayuran yang dihasilkan Petani Mitra II sudah
baik, terutama komoditi selada keriting. Serupa dengan Petani Mitra I dan II, proses pengendalian kualitas oleh
Petani Mitra III petani perorangan dilakukan melalui penggunaan lahan dan benih yang baik, serta pemeliharaan tanaman yang intensif. Lahan yang
digunakan Petani Mitra III terletak di daerah dataran tinggi pada daerah Kecamatan Megamendung. Petani Mitra III menggunakan pestisida organik untuk
mengatasi hama yang timbul, terutama hama ulat. Pestisida organik tersebut terbuat dari bahan-bahan berupa bawang putih, tembakau, kacang babi dan sedikit
krinyuh yang dicampur air. Penyemprotan dilakukan seminggu tiga kali sebanyak lima tabung volume 17 liter per tabung, untuk luasan 1,2 Ha. Selain itu, Petani
Mitra III juga menjaga mutu dengan melakukan penjarangan tanaman.
60
Lahan Gudang Petani
Mitra Panen
Pembersihan Penyortiran
Penimbangan Pengepakan
Pengangkutan ke Gudang Petani Mitra
Gambar 9. Perlakuan Pascapanen Petani Mitra
Sayuran di pihak Petani Mitra mengalami perlakuan pasca panen ya ng sama, diantaranya yaitu pembersihan, penyortiran, penimbangan serta
pengepakan. Pembersihan dilakukan untuk membersihkan sayuran dari sisa-sisa kotoran yang tertinggal sewaktu panen. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan
sayuran mana yang sesuai mutu dan mana yang tidak. Penimbangan dilakukan setelah sayuran dibersihkan dan disortir. Penimbangan dilakukan berdasarkan
order dari masing- masing pembeli. Perlakuan terakhir dari proses ini adalah pengepakan. Pengepakan yang dimaksud adalah proses penempatan sayuran ke
dalam wadah. Wadah yang digunakan berupa keranjang serta plastik. Sayuran yang telah ditempatkan di wadah, siap diangkut untuk proses selanjutnya.
Hanya satu dari tiga Petani Mitra PT Giga yang mengantarkan sayurannya kepada gudang PT Giga, yaitu Petani Mitra I, selebihnya PT Gigalah yang
menjemput sayuran kepada Petani Mitra. Lokasi Petani Mitra tersebut bertempat di daerah Cipanas dan Cisarua. Bagian pengadaan PT Giga bertugas mengambil
sayuran dan memeriksa apakah sayuran yang akan diangkut telah sesuai jumlah dan mutu. Untuk itu, diadakan konfirmasi antar kedua belah pihak mengenai hal
tersebut. Kemudian, sayuran siap diangkut ke gudang PT Giga di Cibinong. Selama perjalanan ke gudang PT Giga, sayuran disimpan dalam
keranjang-keranjang atau dalam kemasan plastik besar. Mobil angkut yang digunakan belum memiliki fasilitas pendingin sayuran di dalamnya. Oleh karena
61
itu, diperlukan teknik lain dalam menjaga mutu, yaitu demi menjaga sayuran agar tidak layu, sayuran dibiarkan terbuka agar sayuran tersebut mendapatkan udara
yang cukup. Selain itu, untuk jenis sayuran yang mudah rusak seperti sayuran daun, penempatan sayuran diatur sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya
kerusakan. Sayuran non-daun misalnya ketimun, terung, wortel dan sayuran sejenis lainnya ditaruh pada lapisan bawah keranjang. Sementara di atasnya
ditaruh sayuran-sayuran daun seperti bayam, kangkung, dan sayuran daun lainnya. Hal ini dilakukan agar mobil yang digunakan cukup untuk mengangkut semua
jenis sayuran sekaligus. Teknik ini juga menjaga sayuran yang mudah rusak seperti sayuran daun agar tetap utuh selama perjalanan.
6.1.2. Teknik Pengendalian Mutu pada Proses Penanganan Sayuran