Analisis Prioritas Permasalahan, Faktor Penyebab dan Jenis Penyebab Masalah MMT

6.5.2. Analisis Prioritas Permasalahan, Faktor Penyebab dan Jenis Penyebab Masalah MMT

Pengolahan vertikal dengan menggunakan metode AHP yang dioperasikan melalui software Expertchoice 2000, menghasilkan nilai skor yang dapat terlihat pada Gambar 12. Struktur hirarki yang dibuat memiliki fokus untuk mengidentifikasi penyebab masalah penerapan MMT di PT Giga. Proses penghitungan melalui pembandingan berpasangan pada masing- masing tingkat menghasilkan urutan prioritas dimana skor terbesar menunjukkan prioritas tertinggi. Hasil pengolahan ini menghasilkan rasio inkonsistensi keseluruhan sebesar 0,03 yang menandakan bahwa hasil pengolahan ini telah memenuhi syarat inkonsistensi yaitu kurang dari 0,1. Hasil pengolahan vertikal pada tingkat II menunjukkan bahwa prioritas permasalahan MMT di PT Giga yaitu masalah ketidaksesuaian mutu sayuran 0,627, masalah ketidaksesuaian waktu 0,138, masalah biaya tinggi 0,125 dan prioritas terakhir yaitu masalah kurangnya jumlah pasokan 0,110. Tabel 10. Hasil Pengolahan Vertikal pada Tingkat II Permasalahan Skor Prioritas Ketidaksesuaian mutu sayuran 0,627 1 Ketidaksesuaian waktu 0,138 2 Biaya tinggi 0,125 3 Kurangnya jumlah pasokan sayuran 0,110 4 Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang paling utama yang harus diselesaikan oleh PT Giga adalah masalah ketidaksesuaian mutu sayuran. Masalah ini dianggap paling penting oleh PT Giga karena PT Giga sangat mengutamakan mutu produk yang sangat diperhatikan oleh retail. Jumlah retail yang menjadi pelanggan PT Giga yang semakin bertambah mengakibatkan tingkat keragaman persyaratan mutu yang dihadapi PT Giga semakin tinggi. Ketidaksesuaian mutu ini mengakibatkan biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan lebih tinggi dibandingkan jika PT Giga memiliki persepsi mutu yang sesuai dengan retail atau dengan Petani Mitranya. 82 Gambar 12 . Hasil Pengolahan Vertikal Struktur Hirarki Permasalahan dan Penyebab Masalah Penerapan MMT di PT Giga 1 2 3 4 Ketidaksesuaian Waktu 0,138 Ketidaksesuaian Mutu 0,627 Biaya tinggi 0,125 Jumlah Pasokan Kurang 0,110 Identifikasi penyebab masalah penerapan MMT di PT Giga Non-kontrol 0,471 SOP 0,020 Sarana 0,033 SDM 0,033 Tarif 0,039 SOP 0,012 Sarana 0,031 SDM 0,022 Jarak 0,073 SOP 0,032 Sarana 0,012 SDM 0,012 Finansial 0,017 Alam 0,038 SOP 0,048 Sarana 0,053 SDM 0,142 Finansial 0,037 Alam 0,137 MOU 0,211 Kontrol 0,529 83 Prioritas penyebab masalah ketidaksesuaian mutu sayuran adalah MoU 0,211, SDM 0,142, faktor alam 0,137, sarana 0,053, SOP 0,048, dan faktor finansial 0,037. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa faktor MoU merupakan faktor yang paling mempengaruhi terjadinya masalah ketidaksesuaian mutu sayuran. Tabel 11 . Hasil Pengolahan Vertikal pada Tingkat III untuk Permasalahan Ketidaksesuaian Mutu Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Mutu Skor Prioritas MoU 0,211 1 SDM 0,142 2 Faktor alam 0,137 3 Sarana 0,053 4 SOP 0,048 5 Faktor finansial 0,037 6 MoU merupakan dokumen yang memuat saling pengertian dan pemahaman para pihak sebelum dituangkan dalam perjanjian formal yang mengikat kedua belah pihak. Selama ini, MoU mengenai mutu produk antara PT Giga dengan retail belum mencantumkan indikator- indikator persyaratan mutu yang jelas. Perjanjian awal mengenai hubungan kerjasama yang akan dilaksanakan antara PT Giga dan retail belum menyertakan standar fisik sayuran yang akan diperjualbelikan secara tertulis. PT Giga hanya mengajukan standar yang dibuat sendiri oleh PT Giga yang berlaku untuk semua retail. Padahal kenyataannya, masing- masing retail memiliki tuntutan standar fisik sayuran yang tidak dapat disamaratakan. Sementara itu, dari pihak retail juga tidak mengeluarkan standar tertentu secara tertulis yang dapat disepakati oleh kedua pihak sehingga apabila terjadi penyimpangan terhadap standar tersebut maka masing- masing pihak tidak memiliki suatu pedoman yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan masalah penyimpangan. Standar yang diterima PT Giga dari pihak retail hanya mengenai 84 bobot per kemasan, jenis kemasan, serta waktu pengiriman, sementara spesifikasi mengenai standar fisik produk hanya disampaikan secara lisan dan tidak lengkap. Bahkan, salah satu retail yaitu Toko Kemchicks tidak memberikan standar mengenai persyaratan mutu sayuran pada awal perjanjian kerjasama. Retail tersebut menyatakan bahwa standarnya akan diketahui setelah PT Giga menjalankan aktivitas memasok sayuran. Ketidakjelasan ini juga mengakibatkan PT Giga sulit memberlakukan standar kepada para Petani Mitra. Sementara, PT Giga yang menanggung rugi apabila terjadi ketidaksesuaian mutu sayuran. Hal ini tidak dapat dihindari oleh PT Giga karena PT Giga masih bergantung kepada retail. Kenyataan inilah yang menjadi pertimbangan bahwa MoU merupakan faktor yang sangat penting terhadap masalah ketidaksesuaian mutu sayuran. Apabila telah terdapat kesepakatan mengenai mutu produk antara PT Giga dan retail, maka faktor- faktor lain akan semaksimal mungkin dimanfaatkan dan diatasi untuk menjaga kesesuaian mutu. Prioritas kedua permasalahan MMT di PT Giga yaitu masalah ketidaksesuaian waktu dengan skor sebesar 0,138. Prioritas penyebab terjadinya masalah ini adalah jarak 0,073, sarana 0,031, SDM 0,022 dan SOP 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketidaksesuaian waktu sangat dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh PT Giga terutama pada aktivitas pengadaan dan distribusi. Prioritas ketiga permasalahan MMT di PT Giga yaitu masalah tingginya biaya yang dikeluarkan oleh PT Giga dengan skor 0,125. Adapun prioritas penyebab terjadinya masalah ini diantaranya tarif 0,039, sarana 0,033, SDM 0,033, dan SOP 0,020. Tingginya biaya ya ng dikeluarkan ini berarti sangat dipengaruhi oleh tingginya tarif yang berlaku. Tarif dapat didefinisikan sebagai sejumlah harga yang harus dibayar untuk memperoleh pelayanan atau jasa. Saat ini, PT Giga membayar tarif atas jasa yang digunakan, diantaranya tarif sertifikasi untuk produk sayuran organik. Selama ini, PT Giga melakukan proses sertifikasi dengan menggunakan jasa Departemen Pertanian. Tarif yang digunakan untuk jasa ini sebesar Rp 500.000 per jenis sayuran. Sementara, PT Giga melayani jenis sayuran hingga 81 jenis. Sehingga, apabila retail menghendaki semua jenis sayuran tersertifikasi, maka biaya yang 85 dikeluarkan sangat besar. Apabila sertifikasi dilakukan pihak swasta, maka tarif yang berlaku lebih mahal lagi. Namun, hal ini belum menjadi suatu masalah yang berarti untuk retail yang ada sekarang ini. Retail masih mau menerima bukti sertifikat milik PT Giga untuk beberapa jenis sayuran yang dianggap telah cukup mewakili. Prioritas terakhir dari permasalahan MMT PT Giga yaitu masalah kurangnya jumlah pasokan sayuran dengan skor sebesar 0,110. Adapun priroritas faktor penyebab dari masalah ini adalah faktor alam 0,038, SOP 0,032, finansial 0,017, SDM 0,012, dan sarana 0,012. Kurangnya jumlah pasokan dirasakan PT Giga lebih disebabkan karena faktor alam. Jumlah petani yang mengusahakan pertanian organik masih relatif sedikit dibandingkan pertanian non-organik. Hal ini diantaranya disebabkan oleh kondisi alam yang sesuai dan terjangkau untuk pertanian organik masih terbatas. Lahan- lahan yang dipakai petani untuk usahatani selama ini telah dipergunakan untuk pertanian non-organik sehingga dibutuhkan perlakuan ekstra terhadap lahan yang akan dijadikan lahan untuk usahatani organik. Perlakuan tersebut antara lain menunggu lahan untuk menjadi lahan organik atau mencari lahan yang benar-benar baru yang belum tercemar bahan- bahan kimia pertanian. Selain itu, hama penyakit yang menyerang tanaman pada pertanian organik tidak boleh diatasi dengan menggunakan pestisida kimia sehingga petani butuh waktu untuk mencoba bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengatasi hama dan penyakit tersebut. Musim hujan juga sangat mempengaruhi menurunnya hasil panen dalam segi kuantitas maupun kualitas. Tingkat keempat dari hirarki menunjukkan sejauh mana penyebab- penyebab masalah MMT di PT Giga ada dalam wewenang PT Giga. Tingkat ini menghasilkan nilai skor untuk jenis penyebab kontrol sebesar 0,529 dan jenis penyebab nonkontrol 0,471. Dapat terlihat bahwa skor jenis penyebab kontrol lebih tinggi dibandingkan non-kontrol, meskipun selisih antara keduanya tidak besar. Hal ini berarti faktor penyebab pada tingkat ketiga masih dalam wewenang PT Giga untuk ditangani. Secara keseluruhan, berdasarkan metode AHP, didapatkan bahwa masalah utama penerapan MMT pada PT Giga menghasilkan dua masalah utama. Prioritas 86 pertama merupakan masalah ketidaksesuaian mutu sayuran. Ketidaksesuaian mutu ini sangat dipengaruhi oleh MoU antara PT Giga dengan retail maupun Petani Mitra. Prioritas dari kedua dari masalah penerapan MMT pada PT Giga berupa adanya masalah ketidaksesuaian waktu yang berkaitan dengan aktivitas pengangkutan sayuran. Masalah ini memiliki faktor utama yang paling mempengaruhi yakni faktor jarak.

6.6. Analisis Kemitraan dan Perbandingan RC Rasio