I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan pangan dunia terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Indonesia sebagai salah satu negara dengan
penduduk terbanyak di dunia terus meningkatkan peranan sektor pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Peranan sektor pertanian
terhadap perekonomian dapat terlihat dalam kontribusi sektor pertanian terhadap keseluruhan Produk Domestik Bruto PDB. PDB merupakan salah satu indikator
ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi suatu sektor terhadap pendapatan nasional. Rata-rata kontribusi PDB sektor pertanian selama kurun
waktu 2005-2008 adalah sebesar 13,64 persen BPS 2008. Sektor pertanian juga memiliki kedudukan penting bagi negara karena sektor ini memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja, kontribusi devisa negara, serta sebagai penunjang pemenuhan pangan dan gizi masyarakat.
Produk tanaman bahan makanan mendominasi total PDB pertanian dibandingkan komoditi lainnya. Tanaman bahan makanan tersebut salah satunya
dihasilkan oleh tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman buah, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Jenis tanaman ini banyak
diusahakan sebagai tanaman rakyat, oleh karenanya subsektor hortikultura menyerap cukup banyak tenaga kerja yaitu sebanyak 3.773.250 orang pada tahun
2006 Ditjen Hortikultura 2008. Selain menyerap tenaga kerja, subsektor hortikultura juga memberikan
kontribusi ekonomi bagi masyarakat yang dapat terlihat pada jumlah PDB hortikultura. Sejauh ini, kontribusi hortikultura pada PDB cenderung meningkat.
Pada tahun 2007, PDB hortikultura sebesar Rp 76,79 trilliun, tahun 2008 diperkirakan menjadi Rp 80,29 trilliun, atau terjadi peningkatan sebesar 4,55
persen. Sayuran merupakan salah satu komoditi penting pada subsektor
hortikultura. Gizi yang terkandung dalam sayuran turut memberikan nutrisi yang dibutuhkan masyarakat. Manfaat yang terkandung dalam sayuran mendorong
masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran. Konsumsi sayuran perkapita Indonesia dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Konsumsi Perkapita Sayuran di Indonesia, 2003-2006 Tahun
Konsumsi Perkapita KgTahun 2003
34,52 2004
33,49 2005
35,33 2006
34,16
Sumber : BPS 2008
Sayuran yang tersedia saat ini masih didominasi oleh sayuran yang diproduksi melalui sistem konvensional yaitu masih mengandalkan asupan
kimiawi buatan pabrik untuk meningkatkan produktivitas. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, pertanian konvensional memberikan banyak dampak negatif
terhadap lingkungan maupun makhluk hidup. Oleh karena itu, pertanian organik lahir sebagai alternatif untuk memperbaiki sistem konvensional.
Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi tanaman yang berasaskan daur-ulang hara secara hayati. Pertanian organik sebagai bagian
pertanian yang akrab lingkungan perlu segera dimasyarakatkan atau diingatkan kembali sejalan dengan semakin banyaknya dampak negatif terhadap lingkungan
yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian Sutanto 2002. Pemerintah pun turut mendukung
pengembangan pertanian organik melalui program “Go Organic 2010” yang mendorong hasil produksi pertanian organik untuk memenuhi permintaan yang
ada. Salah satu produk pertanian organik yang umum dikonsumsi masyarakat adalah sayuran organik.
Selain melalui sistem pemasaran langsung, produk sayuran organik dipasarkan melalui pasar retail modern. Retail-retail modern ini merespon
permintaan masyarakat akan sayuran organik. Sayuran organik pun dipasarkan dengan harga relatif lebih mahal dibandingkan sayuran yang diproduksi secara
konvensional sehingga sayuran organik mulai diminati oleh retail-retail modern. Perkembangan produk sayuran organik yang dijual di pasar retail modern juga
mengalami peningkatan International Trade Center 2007. Semakin bertambahnya jumlah retail mengakibatkan kebutuhan yang besar pula pada
jumlah pasokan yang diminta. Kebutuhan tersebut termasuk di dalamnya kebutuhan akan pasokan sayuran organik. Perkembangan retail modern ini
2
merupakan sebuah peluang dalam usaha pasokan sayuran organik. PT Gilland Ganesha PT Giga merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan
peluang ini. Aktivitas bisnis yang dijalankan berupa pengadaan, penanganan, dan distribusi sayuran organik. Produk sayuran organik PT Giga dikenal oleh
masyarakat dengan merek Giga Organic. Perkembangan jumlah retail- retail modern saat ini turut memperluas
potensi pasar PT Giga. Namun, dengan berkembangnya potensi pasar tersebut, perusahaan-perusahaan sejenis juga akan semakin tumbuh sebagai respon dari
adanya permintaan pasar. Persoalan mutu merupakan salah satu aspek penting agar dapat bertahan di tengah persaingan yang ada. Mutu seringkali diartikan
sebagai kepuasan pelanggan. PT Giga sebagai bagian dari industri berusaha mewujudkannya dengan mengutamakan persoalan mutu. Manajemen Mutu
Terpadu MMT merupakan suatu pendekatan untuk memaksimumkan daya saing perusahaan untuk mencapai tingkat mutu yang diharapkan demi tercapainya
kepuasan pelanggan. Konsepnya bermula dari manajemen sebagai proses atau rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus
diintegrasikan pula dengan tahapan pelaksanaan fungsi–fungsi manajemen agar terwujud kerja sebagai kegiatan produksi yang berkualitas
.
Demi terwujudnya hal tersebut, manajemen mutu pada PT Giga perlu dilaksanakan secara terpadu.
1.2. Perumusan Masalah