dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dari sekitar sepuluh orang petani anggota SPI yang mengusahakan sayuran organik. Petani Mitra II berada di
daerah Cipanas Cianjur, dan Petani Mitra III berada di daerah Cisarua Bogor. Sehingga, jumlah petani responden yang digunakan sebanyak lima orang.
Seluruh petani tersebut juga menjual hasil sayurannya kepada pihak selain PT Giga, sehingga melalui perbedaan keragaan usahatani yang diterapkan,
pendapatan usahatani dapat dibandingkan. Oleh karena itu, petani-petani tersebut dijadikan responden penelitian untuk analisis perbandingan pendapatan usahatani.
2 Observasi Obervasi atau pengamatan adalah kegiatan untuk mencari data dengan
jalan mengamati secara langsung data yang telah berhasil dihimpun untuk selanjutnya dipilih sesuai dengan relevansinya dengan penelitian. Observasi
dilakukan dalam mengamati kegiatan sehari- hari PT Giga.
4.4. Metode Pengolahan Data
4.4.1. Analisis Deskriptif
Penerapan MMT pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif, yaitu melalui prinsip dan unsur MMT pada PT Giga. Metode ini juga digunakan dalam
menganalisis hubungan kemitraan PT Giga dengan Petani Mitranya. Metode deskriptif menurut Nazir 2005 adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan, menurut Whitney
1960, diacu dalam Nazir 2005, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
4.4.2.
Metode AHP
Salah satu alat metode yang dipakai oleh pengambil keputusan untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi
dan pengambilan keputusan adalah Analytical Hierarchy Process AHP. Metode yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty ini ditujukan untuk memodelkan
problema-problema tak terstruktur, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun sains manajemen. AHP merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria
37
baik kuantitatif maupun kualitatif. AHP mengubah kriteria kualitatif menjadi kriteria kuantitatif. AHP memecah persoalan kompleks menjadi beberapa sub
persoalan yang lebih sederhana, logis dan menurut hirarki. Analisis AHP dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis prioritas
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan manajemen mutu. Atribut-atribut yang digunakan dalam membentuk hirarki diperoleh dari literatur
dan wawancara langsung dengan pihak manajemen PT Giga. Pengolahan dengan metode AHP ini menggunakan software Expert Choice 2000. Menurut Saaty
1991, langkah- langkah utama dalam analisis metode AHP secara umum dibagi dalam delapan langkah yaitu :
1 Mendefinisikan permasalahan dan merinci pemecahan yang diinginkan.
Fokus dari analisis ini adalah identifikasi permsalahan manajemen mutu di PT Giga. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan melalui wawancara dengan
responden. Setelah ditentukan fokus analisis, kemudian ditentukan komponen-komponen pendukungnya. Agar terjadi persamaan persepsi
antara peneliti dengan responden dalam menentukan komponen-komponen, dilakukan pula pendefinisian masing- masing komponen.
2 Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara
menyeluruh. Setelah diketahui komponen-komponen dari fokus analisis, kemudian
dilakukan pembuatan hirarki yang ditujukan agar diperoleh tingkatan- tingkatan analisis. Pada fokus identifikasi penyebab permasalahan MMT,
tersusun beberapa tingkatan seperti tingkat 2 adalah permasalahan MMT, tingkat 3 adalah faktor penyebab, dan tingkat 4 merupakan jenis penyebab.
Tidak ada aturan khusus dalam menyusun suatu model sistem hirarki ini, juga tidak terdapat batasan tertentu me ngenai jumlah tingkat struktur
keputusan yang terstratifikasi dan elemen pada setiap tingkat keputusan. Abstraksi struktur hirarki dari permasalahan di PT Giga dapat dilihat pada
Gambar 5.
38
Tingkat 1 Fokus
Tingkat 2 Masalah
Tingkat 3 Faktor Penyebab
Tingkat 4 Jenis Penyebab
Gambar 5.
Abstraksi Struktur Hirarki Faktor Penyebab Permasalahan Penerapan MMT di PT Giga
3 Menyusun matriks banding berpasangan
Matriks banding berpasangan adalah matriks yang memperbandingkan bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki di
atasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki analisis. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki untuk fokus
identifikasi permasalahan sebagai dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada di bawahnya.
4 Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan
pembandingan berpasangan antar variabel pada langkah 3. Tahap ini dilakukan pembandingan berpasangan antar tiap elemen pada
kolom ke- i dengan setiap elemen pada baris ke-j yang berhubungan dengan fokus G. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan
dengan dasar pertanyaan sebagai berikut : seberapa besarkuat elemen ke-i berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi, atau
menguntungkan terhadap fokus G dibandingkan elemen kolom ke-j. Bila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu sifat yang
dipengaruhi oleh fokus G, maka dasar pembandingan adalah dengan pertanyaan : seberapa kuat elemen baris ke- i didominasi atau dipengaruhi,
dipenuhi, diuntungkan oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom ke-j. Bila elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau
waktu maka dasar pertanyaan untuk pembandingannya adalah : seberapa O
1
O
2
G : Identifikasi penyebab masalah MMT di PT Giga
F
1
F
3
F
2
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
A
6
39
lebih mungkin suatu elemen baris ke- i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan fokus G.
Angka-angka dalam Tabel 4 menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya sehubungan dengan sifat atau
kriteria tertentu. Pengisian dilakukan di atas garis diagonal matriks dari kiri atas ke kanan bawah.
5 Memasukkan nilai- nilai kebalikannya beserta bilangan satu 1 sepanjang
diagonal utama. Angka-angka 1 sampai 9 digunakan bila F
1
lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan F
2
. Sedangkan bila F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan F
2
, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal
utama diisi dengan nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F
12
memiliki nilai 8, maka F
21
adalah 18. 6
Melakukan langkah- langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut.
Pembandingan dilanjutkan untuk semua pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks
pembandingan dalam model AHP dibedakan menjadi Matriks Pendapat Individu MPI dan Matriks Pendapat Gabungan MPG. MPI merupakan
matriks hasil pembandingan yang dilakukan individu tentang pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya dihubungkan dengan ele men-elemen
pada tingkat hirarki di atasnya dalam suatu hirarki keputusan tertentu. Sedangkan, MPG adalah matriks bentukan baru yang elemennya merupakan
rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu.
40
Tabel 4.
Skala Banding Berpasangan Untuk Pengisian Matriks Pembanding Berpasangan
Nilai Skala Definisi
Penjelasan 1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari yang lainnya
Pengalaman atau pertimbangan sedikit menyokong satu elemen
atas lainnya 5
Elemen yang satu jelas lebih pentingesensial
dibandingkan elemen lainnya
Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemen lainnya 7
Satu elemen sangat jelas lebih penting
dibandingkan dengan elemen lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasnya terlihat dalam
praktik 9
Satu elemen mutlak lebih penting dibandingkan
elemen lainnya Sokongan elemen yang satu atas
yang lain terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi
2, 4, 6, 8 Nilai-nilai di antara dua
pertimbangan di atas Kompromi diperlukan di antara
dua pertimbangan Kebalikan nilai-nilai
di atas Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen
A dan B, maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, 14, 15,…,19 digunakan untuk membandingkan kepentinganperanan B
terhadap A.
Sumber : Saaty 1991.
Intensitas pentingnya suatu elemen dibanding elemen lainnya berkenaan dengan sifat di atasnya yang terdapat dalam MPI dapat diubah-ubah oleh individu
yang bersangkutan hingga diperoleh suatu hasil perbandingan yang memuaskan. Kesahihan pendapat ini tergantung sepenuhnya terhadap sistem secara
keseluruhan untuk menghasilkan pembandingan antar elemen yang memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi. Elemen MPI disimbolkan dengan a
ij
, yakni elemen pada baris ke- i dan kolom ke-j. MPI tersebut dapat diilustrasikan seperti
pada Tabel 5.
41
Tabel 5
. Ilustrasi Matriks Pendapat Individu
Sumber : Saaty 1991
MPG dibentuk setelah MPI-MPI terisi. Pendapat-pendapat individu yang dijadikan sebagai elemen MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi
kurang dari sepuluh persen RK 0,1 dan setiap elemen pada baris ke- i dan kolom ke-j yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lainnya tidak terjadi
konflik. Apabila terdapat MPI yang tidak memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi ini, maka MPI tidak diikutkan dalam analisis. Demikian pula bila
terdapat elemen dalam MPG yang memberikan indikasi terjadinya konflik, maka elemen tersebut tidak diikutkan dalam analisis. Rasio inkonsistensi ini merupakan
batas yang ditolerir dalam penggunaan metode AHP. Konsistensi sampai pada kadar tertentu dalam menetapkan priotitas untuk elemen-elemen atau aktivitas-
aktivitas berkenaan dengan beberapa kriteria adalah perlu untuk meperoleh hasil yang sahih dalam dunia nyata. Persyaratan MPG yang bebas dari konflik adalah :
a. Pendapat masing- masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat
individu yang tertinggi dengan nilai yang terendah; dan b. Tidak terdapat angka kebalikan resiprokal pada baris dan kolom yang
sama. Elemen MPG disimbolkan dengan g
ij
, yakni elemen pada baris ke- i dan kolom ke-j. MPG dapat dilihat pada contoh berikut Tabel 6 :
G A
1
A
2
A
3
A
n
A
1
a
11
a
12
a
13
…. a
1n
A
2
a
21
a
22
a
23
…. a
2n
A
3
a
31
a
32
a
33
…. a
3n
A
n
a
n1
a
n2
a
n3
…. a
nn
42
Tabel 6.
Ilustrasi Matriks Pendapat Gabungan MPG
Sumber : Saaty 1991
Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometrik adalah:
Dimana :
g
ij
= variabel MPG baris ke-i kolom ke-j a
ij
k = variabel baris ke- i kolom ke-j dari MPI ke-k k
= indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi persyaratan
m = jumlah MPI yang memenuhi persyaratan
7 Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas-prioritas
Pengolahan matriks pendapat untuk melakukan pembobotan terdiri dari dua tahap yaitu : 1 pengolahan horizontal, 2 pengolahan vertikal.
Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara
horizontal, dimana MPI atau MPG harus memenuhi persyaratan inkonsistensi.
Pengolahan horizontal dapat dilakukan setelah MPI atau MPG yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya. Pengolahan horizontal
terdiri dari tiga bagian yaitu : 1 penentuan vektor eigen atau disebut
G G
1
G
2
G
3
G
n
G
1
g
11
g
12
g
13
…. g
1n
G
2
g
21
g
22
g
23
…. g
2n
G
3
g
31
g
32
g
33
…. g
3n
. .
. .
. .
. .
. .
G
n
g
n1
g
n2
g
n3
…. g
nn
43
vektor prioritas, 2 uji konsistensi, 3 revisi pendapat MPI atau MPG yang memiliki rasio inkonsistensi tinggi.
Pengolahan vertikal dilakukan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama
atau fokus. Hasil akhir dari pengo lahan ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan paling bawah
terhadap sasaran utama. 8 Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki
Langkah terakhir mengevaluasi inkonsistensi dengan mengalikan setiap indeks inkonsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan
menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi
masing- masing matriks. Dengan cara yang sama, pada setiap indeks inkonsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas yang bersangkutan
dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10
persen. Apabila rasio inkonsistensinya tidak memenuhi syarat, yaitu kurang dari
10 persen maka perlu dilakukan revisi pendapat. Revisi pendapat tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara kembali kepada pihak
perusahaan, sedangkan apabila rasio inkonsistensinya sudah memenuhi syarat, maka diperoleh prioritas permasalahan dalam penerapan
manajemen mutu di PT Giga. Langkah keenam hingga kedelapan ini dilakukan melalui pengolahan
dengan menggunakan program Expert Choice 2000. Diagram proses metode AHP dapat terlihat pada Gambar 6.
44
Tidak
Ya Gambar 6.
Diagram Alir Metode AHP dalam Menganalisis Penyebab Permasalahan MMT di PT Giga
4.4.3. Analisis Pendapatan Usahatani