berarti keseluruhan atau terpadu, Quality yang berarti kualitas, dan Management yang telah disamakan dengan manajemen dalam Bahasa Indonesia yang diartikan
dengan pengelolaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses planning, organizing, staffing, leading, dan controlling terhadap seluruh kegiatan dalam
organisasi Ariani 2002. Seperti halnya dengan kualitas, MMT atau TQM juga memiliki berbagai
macam definisi. Menurut Slack 2000, diacu dalam Rampersad 2001, TQM adalah suatu displin metode yang mendefinisikan masalah, mengamatinya,
menentukan akar penyebabnya, membuat tindakan, memeriksa keefektifan dari tindakan tersebut, menentukan standar dari solusi-solusi, dan mengevaluasi proses
yang terjadi. Menurut Nasution 2005, TQM merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan
lingkungannya. Gasperz 2005 mendefinisikan MMT sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus- menerus continuous performance
improvement pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan
modal yang tersedia.
3.1.2.2. Prinsip Dasar dan Unsur MMT
Konsep MMT memuat prinsip-prinsip dasar yang pada akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya penerapan MMT. Oleh karena itu, prinsip dasar
dari MMT sangat berperan dalam pelaksanaannya. Menurut Hensler dan Brunell 1993 yang diacu dalam Tjiptono 2003, prinsip utama MMT terdiri dari
kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, serta perbaikan berkesinambungan. Sementara, menurut Rampersad 2001,
prinsip-prinsip MMT dapat terlihat pada Tabel 3.
25
Tabel 3
. Prinsip MMT
1 Fokus pada konsumen dan keterlibatan konsumen.
• Perusahaan mengunjungi pelanggan secara
berkala. •
Pelanggan dimengerti dan dipahami. •
Kebutuhan pelanggan diintegrasikan dengan proses perusahaan.
• Melakukan lebih daripada yang pelanggan
harapkan. •
Memuaskan konsumen adalah prioritas utama. •
Perubahan kebutuhan konsumen dikumpulkan secara sistematis dan diarahkan untuk perbaikan.
• Mencegah segala keluhan sekaligus bereaksi
cepat terhadap keluhan yang datang. 2 Konsisten pada tujuan.
• Membangun dan mengkomunikasikan sebuah
visi dan misi yang inspiratif kepada setiap tingkatan di perusahaan.
• Formulasi sebuah sasaran yang SMART
Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time spesific.
• Seluruh manajer konsisten di setiap tingkah
lakunya dalam memperhatikan tujuan. •
Memberikan pedoman dalam peningkatan mutu. •
Terdapat sebuah komitmen pada manajemen puncak.
3 Keterlibatan seluruh karyawan. •
Keterlibatan sukarela dan total dari setiap orang. •
Kerjasama dalam menghimpun pengetahuan dan sinergi berdasarkan komunikasi terbuka,
penghormatan, dan kepercayaan. •
Keterampilan dibangun berdasarkan “learning by doing”.
• Keputusan berdasarkan mufakat.
• Situasi yang ada terbuka untuk didiskusikan.
• Menanamkan pengetahuan.
• Memberdayakan karyawan.
• Pendekatan entrepreneurship mandiri dan
kepemimpinan pada seluruh tingkatan bisnis. 4 Keputusan berdasarkan data dan fakta.
• Bekerja berdasarkan fakta, bukan perasaan.
• Penyebab dan akibat dari masalah dianalisis
melalui pengukuran yang diketahui. •
Data dikumpulkan dan diinterpretasikan berdasarkan tujuan.
• Pengukuran berdasarkan keragaan dan
seluruhnya ditinjau ulang dengan data. •
Biaya kualitas dianalisis.
5 Berorientasi proses. •
Pelanggan internal juga dipuaskan kebutuhannya.
• Proses lebih penting daripada hasil, serta tujuan
bekerja tidak hanya ditentukan dari penerimaan. •
Keefektifitasan proses selalu diukur. •
Keluaran distandardisasi. •
Proses didokumentasi berdasarkan skema dan prosedur standar.
• Pemasok dihargai sebagai mitra dan hubungan
jangka panjang dibangun. •
Budaya MMT ditularkan kepada pemasok. •
Variasi dari proses direduksi secara berkelanjutan.
6 Fokus pada perbaikan terus-menerus. •
Karyawan memperbaiki diri dan kerjanya serta saling menolong dalam perbaikan pada
perusahaan. •
Masalah dihargai sebagai makna peningkatan dan kesempatan utnuk memperbaiki proses.
• Penekanan pada pencegahan masalah daripada
perbaikan. •
Peningkatan dilakukan secara terstruktur, lintas fungsional, prinsipil, dan berkesinambungan.
• Adanya lingkungan kerja kondusif sebagai
pedoman peningkatan terus-menerus. •
Peningkatan secara keseluruhan, bukan setengah-setengah.
Sumber : Rampersad 2001
26
Unsur-unsur utama dari MMT menurut Ibrahim 2000 yang diacu dalam Arthatiani 2008, yang sangat mempengaruhi kinerja dari pengendalian mutu
adalah : 1
Sumberdaya Manusia SDM Pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
2 Standar
Spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam menjalankan semua kegiatan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan perusahaan.
3 Sarana
Peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu. 4
Pengorganisasian Pendelegasian tugas dan wewenang dalam perusahaan.
5 Audit internal
Kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan terhadap standar.
6 Pendidikan dan Pelatihan
Kegiatan yang bertujuan untuk menyebarkan gagasan mengenai pengendalian mutu, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
karyawan dalam memecahkan masalah serta untuk mengembangkan sistem pengendalian mutu.
3.1.3. Konsep Kemitraan dan Pendapatan Usahatani