Unsur-unsur utama dari MMT menurut Ibrahim 2000 yang diacu dalam Arthatiani 2008, yang sangat mempengaruhi kinerja dari pengendalian mutu
adalah : 1
Sumberdaya Manusia SDM Pihak-pihak yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
2 Standar
Spesifikasi produk yang dihasilkan dan acuan dalam menjalankan semua kegiatan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan perusahaan.
3 Sarana
Peralatan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pengendalian mutu. 4
Pengorganisasian Pendelegasian tugas dan wewenang dalam perusahaan.
5 Audit internal
Kegiatan pengendalian berkala untuk mengidentifikasi penyimpangan terhadap standar.
6 Pendidikan dan Pelatihan
Kegiatan yang bertujuan untuk menyebarkan gagasan mengenai pengendalian mutu, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
karyawan dalam memecahkan masalah serta untuk mengembangkan sistem pengendalian mutu.
3.1.3. Konsep Kemitraan dan Pendapatan Usahatani
3.1.3.1. Konsep Kemitraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sementara kemitraan mempunyai arti perihal
hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Arti kata mitra ini menurut Hafsah 1999 yang diacu dalam Firwiyanto 2008 adalah suatu strategi bisnis
yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. Pola kemitraan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pertanian No.
940kptsOT.2101097 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang
27
merupakan penjabaran dari undang- undang No. 9 tahun 1995 dan PP No. 44 tahun 1997, terbagi menjadi enam pola kemitraan yaitu :
1 Pola Inti Plasma, yaitu hubungan kemitraan antara perusahaan mitra
dengan kelompok mitra. Perusahaan mitra bertindak sebagi inti yang menampung, membeli hasil produksi, memberikan pembinaan teknologi,
bimbingan teknis dan manajemen, penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, memberikan modal, serta pemasaran hasil. Petani
bertindak sebagai plasma yang menjual seluruh hasil produksinya kepada inti dan mematuhi aturan atau petunj uk yang diberikan oleh inti.
2 Pola Subkontrak, yaitu hubungan antara kelompok mitra dengan
perusahaan inti yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari
produksinya. Pola kemitraan ini biasanya ditandai dengan kesepakatan mengenai kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan
waktu. Pola ini menunjukkan di dalamnya bahwa kelompok mitra memproduksi komponen produksi yang diperlukan oleh perusahaan mitra.
Hasil produksi sangat berguna bagi perusahaan mitra, maka pembinaan dilakukan dengan intensif.
3 Pola Dagang Umum, yaitu hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan
usaha menengah atau usaha besar yang memasarkan hasil produksi usaha kecil. Dapat juga usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan usaha
menengah atau usaha besar mitranya. Pola kemitraan ini memerlukan struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bermitra, baik mitra usaha
besar maupun mitra usaha kecil, membiayai sendiri-sendiri dari kegiatan usahanya karena sifat dari kemitraan ini pada dasarnya adalah hubungan
membeli dan menjual terhadap produk yang dimitrakan. Lembaga penunjang dalam mendukung pembiayaan kegiatan ini sangat mendukung
proses pelaksanaan sistem kemitraan pola dagang ini. Pola ini merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Dalam pola ini, pihak
yang terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola banyak dijumpai pada kegiatan
agribisnis hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura bergabung
28
dalam bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompok supermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok
barang-barang dengan persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama.
Keuntungan dari pola kemitraan ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan
atau disepakati. Kemitraan pola dagang umum memiliki kelemahan yakni memerlukan permodalan yang kuat sebagai modal kerja dalam
menjalankan usahanyabaik oleh kelompok mitra usaha maupun mitra usaha.
4 Pola Keagenan, yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil
diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya.
5 Pola Waralaba, ikatan dimana salah satu pihak diberikan hal unt uk
memanfaatkan dan manggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pihak lain, dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
6 Pola Kerjasama Operasional Agribisnis, yaitu hubungan kemitraan antara
petani kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya petani kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan
perusahaan mitra menyediakan biaya modal serta sarana untuk mengusahakan dan membudidayakan suatu komoditi pertanian.
3.1.3.2. Konsep Pendapatan Usahatani