jumlah penambahan inventaris, nilai jual hasil, dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga Hernanto 1989.
Biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah pengeluaran yang dibayar dengan tunai,
seperti biaya pembelian sarana produksi dan sewa ternaga kerja. Biaya tunai merupakan suatu cara untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang
dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Sedangkan, biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa
sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Penyusutan alat juga dikategorikan sebagai biaya yang
diperhitungkan. Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan
sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan total
adalah selisih antara total penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Sehingga keuntungan
yang didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh petani.
Selain diukur dengan nilai mutlak, pendapatan dapat pula diukur nilai efisiensinya. Salah satu alat untuk mengukur efisiensi pendapatan tersebut adalah
penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dengan biaya RC rasio. Perbandingan ini menunjukkan besarnya penerimaan
yang diperoleh untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Apabila RC 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya yang
dikeluarkan, hal ini berarti usahatani yang dilaksanakan menguntungkan. Apabila RC 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang
dikeluarkan yang berarti usahatani yang dilaksanakan tidak menguntungkan. Jika RC rasio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada keuntungan normal atau
tidak untung dan tidak rugi.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Sayuran organik merupakan salah satu produk organik yang umum dikonsumsi masyarakat. Dibandingkan dengan jenis sayuran non-organik,
30
persyaratan konsumen akan sayuran organik memiliki standar tersendiri di mana produsen harus memenuhinya agar sayur organik yang dihasilkan dapat
dipasarkan. Tuntutan akan jaminan mutu sayuran organik pun menjadi salah satu pertimbanga n utama dalam persaingan antar perusahaan-perusahaan dalam
industri produk organik dalam mendapatkan pasar. Banyaknya produsen yang menawarkan produk organik membuat
konsumen akhir maupun pedagang perantara seperti retail-retail modern semakin selektif dalam memilih sayuran organik yang sesuai dengan standar atau
spesifikasi yang diinginkan. Perusahaan yang berorientasi pada pasar memiliki kepentingan untuk menghasilkan produk sesuai yang diinginkan konsumen.
Proses penyesuaian produsen dengan apa yang diinginkan konsumen terkait dengan konsep mutu atau kualitas. PT Giga merupakan perusahaan yang bergerak
pada usaha pemasaran sayuran organik dengan pelanggannya yang berbentuk retail modern. Walaupun PT Giga tidak memproduksi sayuran sendiri, PT Giga
tetap harus memperhatikan mutu pada bagian produksi yang dilaksanakan oleh petani.
Permasalahan terkait mutu pada PT Giga adalah berupa adanya kesenjangan antara permintaan dan penjualan yang tentunya berpengaruh terhadap
kepercayaan pelanggan. Selain itu, ma sih terdapat beberapa sayuran yang diterima dari Petani Mitra yang tidak memenuhi standar PT Giga sehingga PT
Giga terpaksa mengurangi jumlah yang akan dikirimkan kepada retail. Ditambah lagi, sayuran yang diterima pada retail mengalami proses penyortiran ulang
sehingga dihasilkan sayuran reject. Hal ini semakin menambah kesenjangan antara permintaan dan penjualan PT Giga hingga mencapai lima puluh persen.
Permasalahan tersebut menandakan adanya permasalahan manajemen mutu pada PT Giga. Oleh karenanya, manajemen mutu PT Giga perlu untuk diperhatikan.
Dasar pemikiran perlunya Manajemen Mutu Terpadu MMT sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam
persaingan adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik Tjiptono 2003. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara
31
terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan me nerapkan MMT.
Penerapan MMT dapat diketahui dengan menganalisis keberadaan prinsip- prinsip dan unsur-unsur MMT pada PT Giga. Adapun, prinsip-prinsip tersebut
adalah prinsip menurut Rampersad 2001 yaitu fokus pada konsumen dan keterlibatan konsumen,
konsisten pada tujuan, keterlibatan seluruh karyawan,
keputusan berdasarkan data dan fakta, berorientasi proses, serta
fokus pada perbaikan terus-menerus
.
Sementara
,
unsur-unsur utama dari MMT yang digunakan berdasarkan Ibrahim 2000 yang diacu dalam Arthatiani 2008,
terdiri dari Sumberdaya Manusia SDM
,
standar
,
sarana
,
pengorganisasian
,
audit internal, serta pendidikan dan pelatihan.
Selain itu, perlu untuk menganalisis masalah-masalah beserta penyebab- penyebab yang dapat menghambat perusahaan dalam menerapkan MMT selama
ini sehingga dapat diketahui langkah perbaikan selanjutnya. Ide- ide untuk perbaikan proses harus ditujukan langsung pada akar penyebab masalah Nasution
2005. Oleh karena itu, metode Analytical Hierarchy Process AHP digunakan untuk menganalisis prioritas permasalahan dan faktor penyebab masalah MMT
pada PT Giga. Prioritas prioritization merupakan suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan,
mengingat keterbatasan sumber daya yang ada Tjiptono 2003. Oleh karena itu organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
Pada umumnya, orang-orang di sektor jasa pelayanan atau divisi pemasaran dan pelayanan cenderung mengira bahwa kendali mutu merupakan
tugas pabrik dan orang yang bekerja pada divisi pembuatan produk. Ternyata, anggapan itu salah. Selama seseorang menjual suatu barang dagangan atau suatu
jasa, ia harus bertanggung jawab atas mutunya. Suatu pihak mungkin membeli suatu produk tertentu dari subkontraktor dan menjualnya pada orang lain, tetapi
jika distributor terlibat dalam tindakan itu, ia mengambil alih tanggung jawab atas jaminan mutu barang dagangan atau jasa yang dijual. Distributorlah yang harus
menggunakan kendali mutu yang serius. Dalam istilah praktis, distributor harus menetapkan dengan jelas standar mutu bagi semua barang dagangan yang dibeli
dari subkontraktor dan memeriksa keadaan kendali mutu yang terdapat di antara
32
calon-calon subkontraktor sebelum memilih subkontraktor yang tepat. Jika telah terpilih, distributor harus memberikan bimbingan yang perlu dalam meningkatkan
kendali mutu untuk para subkontraktor, jika perlu menguji mereka dan periksa barang yang diterima Ishikawa 1992. Oleh karena itu, dalam MMT juga
ditekankan mengenai hubungan perusahaan dengan pemasoknya. Pemasok pada PT Giga merupakan Petani Mitra yang memasok sayuran organik. PT Giga
melakukan hubungan kemitraan dengan pemasoknya. Analisis kemitraan dilakukan melalui analisis pola dan penerapan
kemitraan serta melalui pendekatan perbandingan RC rasio usahatani. Analisis RC rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya
tambahan penerimaan yang diperoleh dari setiap satuan unit biaya yang dikeluarkan dalam produksi. Analisis RC rasio dilakukan untuk menganalisis
apakah kemitraan yang dijalankan sudah menguntungkan. Keseluruhan aktivitas ini ditujukan untuk memperbaiki penerapan MMT pada PT Giga. Untuk lebih
jelasnya, kerangka pemikiran operasional penelitian ini ditunjukkan melalui Gambar 4.
33
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
Selisih permintaan dan penjualan sayuran organik PT Giga yang mengakibatkan
ketidakpuasan pelanggan
MMT
Perbaikan MMT
Analisis Deskriptif
Permasalahan Penerapan
MMT
PT Gilland Ganesha
Identifikasi Permasalahan
MMT Penyusunan
Hirarki Masalah dan
Penyebab
Penyusunan Skala Prioritas Masalah
dan Penyebab
Metode AHP
Petani Mitra
Analisis Perbandingan dengan RC rasio
petani apabila memasok kepada
pihak selain PT Giga
Teknik Pengendalian
Mutu
Prins ip Dasar MMT
Unsur MMT
Penerapan MMT
34
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian