59
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia. Wilayah di provinsi ini memiliki kesesuaian lahan untuk
pengembangan tanaman jagung. Sebagai salah satu provinsi penghasil jagung terbesar ke empat selama 6 tahun terakhir 2006-2011 di Indonesia, Provinsi
Sulawesi Selatan memiliki peluang yang besar untuk pengembangan jagung di luar Pulau Jawa mengingat posisinya yang strategis dalam perdagangan di
wilayah Kawasan Timur Indonesia karena terletak antara 0
o
12 – 8
o
Lintang Selatan dan 116
o
48 – 122
o
36 Bujur Timur, yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat di sebelah Utara dan Teluk Bone serta Provinsi Sulawesi Tenggara
di sebelah Timur. Batas sebelah Barat dan Timur masing-masing adalah Selat Makassar dan Laut Flores.
Dalam pengembangan komoditas jagung Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai visi untuk mengembangkan komoditi jagung yang maju,
tangguh dan efisien, berorientasi agribisnis, berwawasan lingkungan melalui pendekatan kemandirian lokal. Sedangkan misinya adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan komoditas jagung menghadapi pasar global
b. Pemberdayaan masyarakat tani untuk mengembangkan sistem dan usaha
agribisnis melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas jagung. c.
Mengembangkan inovasi teknologi spesifik lokasi d.
Mendorong peran Sulawesi Selatan sebagai pusat pelayanan pertanian di Kawasan Timur Indonesia KTI.
Saat ini pertanaman jagung di Sulawesi Selatan masih didominasi oleh budidaya yang tradisional, dengan potensi yang ada, terutama sumberdaya lahan
dan iklim, produksi jagung masih bisa ditingkatkan dengan pengenalan dan penyebarluasan budidaya introduksi. Berkembangnya jagung hibrida sudah
dikenal oleh petani setempat namun belum banyak petani yang menggunakan karena harga benih mahal, sehingga petani masih menggunakan benih jagung
selain hibrida lokal maupun komposit yang harganya murah.
60
Tanaman jagung ditanam oleh petani pada MH, MK I dan MK II pada lahan kering, lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan setelah tanaman padi.
Menurut Badan Litbang Pertanian 2007, Produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan MH: Oktober – Januari sebesar 70 persen, musim
kemarau I MK I: Maret – Mei sebesar 20 persen dan musim kemarau II MK II: Juni – September sebesar 19 persen. Maka tak heran jika provinsi Sulawesi
Selatan menduduki peringkat keempat sebagai salah satu produsen utama jagung di Indonesia.
Potensi lahan untuk pengembangan tanaman jagung di Sulawesi Selatan mencapai ± 450.000 hektar, namun pemanfaatannya baru sekitar ± 276.000 hektar
atau sekitar 61 persen. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Sulawesi Selatan tahun 2006-2011 disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Sulawesi Selatan, Tahun 2006 – 2011
No Tahun
Luas Panen Produksi
Produktivitas Ha
Perkem- bangan
persen Ton
Perkem- bangan
persen KuHa
Perkem- bangan
persen
1 2006
206.387 -
696.082 -
33,73 -
2 2007
262.436 27,16
969.955 39,34
36,96 9,79
3 2008
284.964 4,10
1.195.064 23,21
41,94 13,47
4 2009
299.669 9,69
1.395.742 16,79
46,58 11,21
5 2010
303.375 6,46
1.343.043 12,38
44,27 5,56
6 2011
296.421 1,08
1.416.183 1,46
47,78 2,58
Rata-Rata 275.542
9,26 1.169.345
18,63 41,87
8,52
Angka sementara
Sumber: BPS, 2011 dan Distan Provinsi Sulsel, 2012 dianalisis
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu 6 tahun 2006 – 2011 perkembangan luas panen jagung di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun dengan rata-rata perkembangan sebesar 275.542 ha atau sekitar 9,26 persen per tahun. Perkembangan luas panen tertinggi terjadi pada
tahun 2007 sebesar 262.436 ha atau sekitar 27,16 persen, jika dibandingkan tahun 2006 yang hanya sekitar 206.387 ha. Hal ini disebabkan karena adanya program
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk meningkatkan produksi jagung dengan memperluas areal pengembangan untuk mencapai target swasembada
jagung. Peningkatan luas panen setiap tahunnya membuktikan bahwa tanaman jagung merupakan tanaman potensial yang layak untuk dikembangkan dan
61
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Khusus pada tahun 2011 data luas panen masih merupakan angka sementara ASEM dimana pada kuartal III luas panen
baru mencapai sebesar 296.421 ha dengan produksi 1.416.183 ton. Sementara itu, berdasarkan Angka Ramalan ARAM I 2012, produksi Jagung di Provinsi
Sulawesi Selatan diperkirakan sebanyak 1,46 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi tahun 2011, terdapat peningkatan produksi sebesar 38,26
ribu ton 2,69. Peningkatan tersebut disebabkan meningkatnya luas panen sebesar 8,18 ribu hektar, sedangkan produktivitas justru mengalami penurunan
sebesar 0,03 kuintal per hektar -0,06. Sebagai salah satu propinsi penghasil jagung terbesar ke empat selama 5
tahun terakhir 2006-2010 di Indonesia, Sulawesi Selatan memiliki peluang yang besar untuk pengembangan jagung di luar Pulau Jawa mengingat posisinya yang
strategis dalam perdagangan di wilayah Kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan peta sebaran sentra produksi jagung di Indonesia, pada tahun 2010 Sulawesi
Selatan memberikan kontribusi dengan produksi jagung sebesar 1,34 juta ton dengan luas panen 303.375 ha atau sebesar 7,33 persen dari produksi jagung
nasional. Sementara itu, berdasarkan angka sementara ASEM tahun 2011, kontribusi Sulawesi Selatan terhadap pencapaian produksi jagung nasional sebesar
7,79 persen dengan total produksi 1.416.183 ton dari 17.230.172 ton. Produsen jagung terbesar adalah Kabupaten Gowa 213.186 ton, Jeneponto 201.446 ton,
Bone 148.293 ton, Bantaeng 144.035 ton dan Bulukumba 135.758 ton. Selanjutnya perkembangan luas panen dan produksi jagung di Sulawesi Selatan
pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9.
62
Tabel 9 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Jagung Menurut KabupatenKotamadya di Sulawesi Selatan, Tahun 2010.
No KabupatenKota
Luas Panen Ha
Produksi Ton
Rata-Rata Produksi
KuHa
1 Kepulauan Selayar
3.010 5.510
18,30 2
Bulukumba 33.011
135.758 41,13
3 Bantaeng
27.012 144.035
53,32 4
Jeneponto 47.663
201.446 42,26
5 Takalar
5.145 29.896
58,11
6 Gowa
43.001 213.186
49,58 7
Sinjai 7.609
28.070 36,89
8 Maros
4.193 14.386
34,31 9
Pangkep 856
4.573 53,42
10 Barru 1.338
4.980 37,22
11 Bone 43.606
148.293 34,01
12 Soppeng 8.753
47.377 54,13
13 Wajo 10.035
25.902 25,81
14 Sidrap 16.872
89.511 53,05
15 Pinrang 13.521
81.733 60,45
16 Enrekang 12.423
59.109 47,58
17 Luwu 2.308
5.781 25,05
18 Tana Toraja 2.768
19.325 69,81
19 Luwu Utara 16.132
67.562 41,88
20 Luwu Timur 3.860
19.694 51,02
21 Toraja Utara 59
302 51,18
22 Makassar 15
20 13,33
23 Pare-Pare 170
310 18,24
24 Palopo 665
3.779 56,83
T o t a l 303.375
1.343.043 44,27
Sumber: Sulawesi Selatan dalam angka, 2011
Sebagai lokasi penelitian untuk pengembangan jagung di Sektor Barat, Kabupaten Takalar merupakan salah satu kabupaten yang terletak di sebelah
selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 566,51 km
2
yang terbagi dalam 9 kecamatan. Wilayah Kabupaten Takalar berbatasan dengan kota Makasar
dan Kabupaten Gowa di Sebelah Utara, Laut Flores di sebeleh Selatan, Selat Makassar di Sebelah Barat dan Sebelah Timur dengan Kabupaten Jeneponto
dan Kabupaten Gowa. Peruntukan lahan pada wilayah ini meliputi kawasan hutan seluas 8.254. ha 14,57 persen, sawah seluas 16.436, 22 ha 29,01
persen, perkebunan tebu PTPN. XXXII seluas 5.333,45 ha 9,41 persen, tambak seluas 4.233,20 ha 7,47 persen, tegalan seluas 3.639,90 ha 6,47 persen, kebun
campuran seluas 8.932,11 ha 15,77 persen, pekarangan seluas 1,929,90 ha 3,41 persen dan lain-lain seluas 7.892,22 ha 13,93 persen. Daerah pengembangan
63
jagung yang ada di Kabupaten ini adalah wilayah bagian timur meliputi wilayah Polombangkeng Utara dan Polombangkeng Selatan, wilayah bagian tengah
meliputi Pattallassang. Kedua wilayah tersebut merupakan dataran rendah dengan tanah relatif subur sehingga di wilayah ini merupakan daerah yang cocok
untuk pertanian,
perkebunan. Sementara
Wilayah Baratnya
meliputi Mangarabombang, Galesong Utara, Galesong Selatan, Galesong Kota,
Mappakasunggu dan Sanrobone adalah merupakan daerah pesisir pantai yang cocok untuk pertambakan dan perikanan laut.
Produksi tanaman jagung selama periode tahun 2002 hingga 2006 memperlihatkan tren yang meningkat yaitu dari 5,2 ribu ton menjadi 20,8 ribu ton
pada tahun 2006 atau dengan kata lain produksi jagung naik sekitar empat kali lipat dari produksi tahun 2002. Kenaikan produksi tanaman jagung juga karena
bertambahnya luas panen tanaman jagung, dengan produksi per ha-nya rata-rata sebesar 5,81 ton. Sementara pada tahun 2010 menurut BPS Kabupaten Takalar
2011 produksi jagung mencapai 29.896,55 ton dengan luas panen 5.145 ha. Data luas panen dan produksi jagung menurut kecamatan di Kabupaten Takalar tahun
2010 tersaji dalam Tabel 10. Tabel 10 Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kecamatan di
Kabupaten Takalar, Tahun 2010
No. Kecamatan
Luas Panen Ha
Produksi Ton
Rata-Rata Produksi
KuHa
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Mangarabombang
Mappakasunggu Sanrobone
Polombangkeng Selatan Pattallassang
Polombangkeng Utara Galesong Selatan
Galesong Galseong Utara
2.516 117
231 838
161 834
199 126
123 12.064,22
696,15 1.675,91
5.530,80 1.149,54
5.712,90 1.343,25
875,70 848,09
47,95 59,50
72,55 66,00
71,40 68,50
67,50 69,50
68,95
T o t a l 5.145
29.896,55 58,10
Sumber: Dinas Pertanian Rakyat Kabupaten Takalar, 2011
Sementara itu untuk Sektor Timur lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kabupaten Sidenreng Rappang atau Sidrap. Kabupaten ini merupakan wilayah
yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah secara keseluruhan 1.883,25 km
2
terbagi menjadi 11 kecamatan yang berbatasan langsung dengan
64
Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang di sebelah utara, Kabupaten Barru dan Kabupaten Soppeng di sebelah selatan, Kabupaten Luwu dan Kabupaten wajo
di sebelah timur, serta Kabupaten Pinrang dan Kota Pare-pare. Kabupaten ini terdiri dari 11 kecamatan, 38 kelurahan, dan 65 desa. Peruntukan lahan di Sidrap
didominasi oleh 37.212 ha sawah irigasi, 19.162 ha padang rumput, dan 15.326 ha perkebunan kelapa. Peruntukan lahan lainnya termasuk sawah tanah kering 8.987
ha, cokelat 6.765 ha, buah kemiri 6.398 ha, cengkeh 4.064 ha, kacang mede 2.304 ha, lada hitam 210 ha, kopi 172 ha, dan pohon kapuk 141 ha BPS
Sidrap 2010. Tanaman jagung merupakan komoditas unggulan utama yang dihasilkan
Sidrap setelah padi. Daerah lumbung jagung terdapat di Kec. Panca Lautang, Kec. Panca Rijang, Kec. Tellu LimpoE, dan Kec. Watang Pulu. Produksi tanaman
jagung pada tahun 2010 mencapai 90.333 ton dengan luas areal panen sebesar 16.613 ha atau rata-rata 54,37 kuha. Produksi tahun 2010 ini jika dibandingkan
dengan tahun 2009 mengalami peningkatan sekitar 58,12 persen, dimana besarnya adalah 56.608,24 ton dengan luas areal panen sebesar 10.117 ha atau dengan kata
lain, rata-rata menghasilkan 55,95 kuha BPS Kabupaten Sidrap, 2011. Data luas panen dan produksi jagung menurut kecamatan di Kabupaten Sidrap tahun 2010
tersaji dalam Tabel 11. Tabel 11 Luas Panen dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kecamatan di
Kabupaten Sidrap, Tahun 2010
No. Kecamatan
Luas Panen Ha
Produksi Ton
Rata-Rata Produksi
KuHa
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
Panca Lautang Tellu Limpoe
Watang Pulu Baranti
Panca Rijang Kulo
Maritengngae Watang Sidenreng
Pitu Riawa Dua Pitue
Pitu Riase 665
3.322 1.319
240
1.122 1.245
161 2.684
5.849 125
140 3.229,91
16.463,83 7.014,44
1.207,92 5.871,43
6.477,49
759,12 14.826,42
32.280,63 650,38
729,92 48,57
49,56 53,18
50,33 52,33
52,03 47,15
55,24 55,19
52,03 52,13
T o t a l 16.872
89.511,37 54,36
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Sidrap, 2011
65
5.2 Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian di Provinsi Sulawesi