87
kurang dari 0,5 ha atau sebesar 10,00 persen. Data sebaran luas lahan responden dapat di lihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Sebaran Petani Responden Menurut Luas Lahan Ha
Luas Lahan Takalar
Sidrap Jumlah
Ds. Salaka
Ds. Alluka
Ds. Bulo Wattang
Ds. Bulo
Jml Jml
Jml Jml
Jml 0,5
4 13
5 17
3 10
12 10,00
0,5 – 1,0 14
47 15
50 11
37 20
67 60
50,00 1,1 – 2,0
8 27
9 30
9 30
8 27
34 28,33
2,0 4
13 1
3 7
23 2
6 14
11,67
T o t a l 30 100
30 100 30 100
30 100 120
100
6.1.8. Rata-Rata Produktivitas Jagung
Rata-rata produktivitas jagung dalam bentuk pipilan kering PK untuk benih jagung lokal yang dihasilkan oleh seluruh petani responden ialah 2,50 –
3,25 tonha. Sementara rata-rata produktivitas untuk benih unggul jagung komposit maupun hibrida adalah mencapai 5,8–12,0 tonha. Hal ini
menunjukkan bahwa produktivitas benih jagung unggul lebih tinggi dibandingkan dengan benih lokal. Produktivitas benih unggul jagung komposit dan hibrida
masih dianggap rendah karena hanya mencapai rata-rata 5,50 ton per hektar seharusnya potensi produktivitas yang dihasilkan mencapai di atas 5,8 tonha.
Potensi produktivitas yang belum maksimal disebabkan karena petani belum sepenuhnya menerapkan inovasi teknologi budidaya jagung secara optimal,
seperti jarak tanam yang tidak sesuai anjuran, tidak dilakukan penanaman 2 – 3 bijilubang, dan pola budidaya yang masih menggunakan pola lama yang sudah
turun menurun.
6.1.9. Varietas yang Sering Digunakan
Tabel 26 menunjukkan bahwa varietas yang paling sering digunakan dari tiga jenis jagung masing-masing adalah untuk jagung lokal varietas yang diminati
adalah jagung manis Sweet Corn dan jagung pulut waxy corn. Jenis jagung ini rasanya manis sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh manusia. Sebagian besar
88
jagung lokal tidak dijual tetapi dijadikan bahan pangan atau diolah menjadi bubur jagung, marning, “beras” jagung maupun dijadikan sayur sebagai “baby corn”.
Dari empat desa di dua kabupaten pada lokasi penelitian, persentase petani yang sering menggunakan varietas jagung lokal jenis sweet corn sebanyak 55 petani
atau sebesar 45,83 persen. Sebanyak 33 petani atau 27,50 persen tidak menanam jenis jagung lokal tersebut dan sisanya sebanyak 32 orang atau 26,67 persen yang
menanam jagung pulut. Petani ini lebih memfokuskan untuk menanam jagung unggul komposit maupun hibrida.
Sementara benih unggul jagung komposit yang sering digunakan oleh petani responden ialah varietas Lamuru yaitu sebanyak 62 petani atau sebesar
51,67 persen. Menurut petani responden, benih padi varietas Lamuru lebih sering digunakan karena kualitasnya lebih baik, sesuai untuk lahan kering, potensi hasil
tinggi sekitar 7,6 tonha dan tahan terhadap penyakit bulai. Selain itu, untuk benihnya mudah didapatkan. Sedangkan benih jagung komposit yang sering
digunakan lainnya ialah Arjuna dan Bisma. Varietas jagung ini merupakan varietas jagung komposit lama yang masih digunakan oleh petani. Petani yang
menggunakan varietas Arjuna sebanyak 33 orang atau 27,50 persen, sementara varietas Bisma sebanyak 25 petani responden atau sebesar 20,83 persen. Kedua
benih komposit ini persentasenya kecil karena benih ini hanya digunakan sebagai alternatif jika varietas lamuru tidak tersedia. Menurut para petani, benih jagung
hibrida memiliki harga yang sangat mahal sehingga enggan untuk membelinya. Kalaupun mereka menggunakannya, itupun berasal dari program pemerintah
dalam bantuan benih berbantuansubsidi. Benih unggul jagung hibrida yang sering digunakan oleh petani responden
adalah Bisi-2 sebanyak 68 petani responden atau 56,67 persen. Sedangkan sebanyak 26 persen atau sebesar 21,66 persen yang menggunakan benih SHS-11.
Sisanya sebanyak 15 petani responden atau sebesar 12,50 persen menggunakan P- 21. Petani yang tidak menggunakan benih hibrida sebanyak 11 responden atau
sebesar 9,17 persen. Ada fenomena menarik dari penggunaan benih hibrida di Sulawesi Selatan. Pada sektor Barat, khususnya di Kabupaten Takalar, petani
lebih menyukai varietas Bisi-2, sementara di Sektor Timur yaitu Kabupaten Sidrap petani cenderung menggunakan varietas SHS-11. Dominasi PT. Bisi
89
selaku produsen benih hibrida di Kabupaten Takalar sangat menonjol. Pemberian modal, saprodi dan alsin pemipil sangat merangsang petani untuk menggunakan
jagung hibrida Bisi-2. Sementara jagung SHS-11 di Kabupaten Takalar sangat dominan karena adanya campur tangan dari PT. Sang Hyang Seri selaku produsen
benih. Tabel 26 Sebaran Petani Responden Menurut Varietas yang Sering Digunakan
dari Tiga Jenis Jagung
Varietas yang Sering Digunakan
Takalar Sidrap
Jumlah Ds.
Salaka Ds.
Alluka Ds. Bulo
Wattang Ds.
Bulo
Jml Jml
Jml Jml
Jml
a. Jagung lokal: