21
lebih dikaitkan dengan kualitas benih itu sendiri. Artinya antara harga yang dibayarkan petani tidak sebanding dengan kualitas benih itu sendiri. Namun kalau
dicermati secara mendalam, pada umumnya petani yang tidak menggunakan benih berlabel sebenarnya mempunyai daya beli yang cukup memadai, walaupun pada
sebagian kecil petani mengatakan karena terbatasnya permodalan merupakan salah satu alasan juga belum menggunakan benih bersertifikat. Petani mengatakan
mau membeli benih dengan harga relatif mahal asalkan mutunya terjamin. Fenomena ini menunjukkan sekalipun pada kelompok petani yang belum
menggunakan benih bersertifikat pada dasarnya cukup respon terhadap kualitas benih. Permintaan benih di tingkat petani relatif dominan dipengaruhi oleh
kualitas dibanding oleh pergerakan harganya. Seperti diungkap sebelumnya, fenomena ini dapat dicermati pada petani padi di Provinsi Jawa Timur yang
cukup banyak menggunakan benih padi jenis SS terutama hasil produksi dari penangkar swasta, padahal dari segi harga benih kelas ini tentunya lebih mahal
dari jenis ES. Faktanya menunjukkan petani lebih memilih untuk menggunakan benih padi jenis SS. Menurut petani, benih padi jenis SS disamping kualitasnya
lebih baik terbukti dari daya tumbuhnya lebih tinggi serta terhindarnya dari CVL campuran varietas lain. Indikasinya adalah tinggi pertanaman padi di
persawahan serempak, dan hasil panen dapat dipilih untuk benih musim berikutnya yang kualitasnya tidak kalah dengan benih kelas ES.
Selain masalah kualitas, harga, dan permodalandaya beli, tidak aksesnya petani terhadap benih bersertifikat juga merupakan salah satu penyebab kenapa
petani tidak menggunakan benih bersertifikat. Alasan ini terutama terjadi pada petani yang lokasinya terisolasiterpencil, sehingga belum ada kios saprodi di
tempat sebagai penyedia benih bersertifikat.
2.4. Analisis Hubungan Kepuasan dan Loyalitas
Penelitian yang dilakukan Consuegra 2007 menggunakan model SEM untuk melihat hubungan bauran harga dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan
pada sektor pelayanan. Hipotesis yang dibangun antara bauran harga bagian dari bauran pemasaran menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
kepuasan dan loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian ini memberikan dukungan
22
empiris yang menunjukkan bahwa kewajaran harga dianggap mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Hu 2009 melakukan penelitian tentang kualitas pelayanan service quality
sebagai mediasipenengah yang menggambarkan hubungan antara bauran pemasaran dan loyalitas pelanggan. Teori menunjukkan bahwa strategi bauran
pemasaran berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Temuan mendukung hipotesis bahwa terdapat efek mediasi untuk kualitas layanan antara
strategi bauran pemasaran dan loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini juga mengidentifikasi bahwa terdapat hubungan positif antara bauran pemasaran dan
kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan. Firdaus dan Annisya 2006 menggunakan model SEM dalam membangun
model nilai dan loyalitas pelanggan di restoran Macaroni Panggang MP serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Implementasi dari model
tersebut terdiri dari 7 variabel laten dan 16 variabel indikator. Pelanggan restoran MP sebagan besar mengkonsumsi produk dalam frekuensi kunjungan dan jumlah
pembelian yang cukup tinggi dan besar. Pelanggan dominan memberikan nilai yang positif terhadap produk restoran MP dan loyalitas yang relatif tinggi.
Pelanggan sensitif terhadap perubahan harga yang saat ini sudah dirasakan tinggi. Variabel citra restoran paling penting dalam mempengaruhi nilai yang
dipersepsikan pelanggan. Untuk meningkatkan loyalitas, perbaikan citra penting dilakukan karena nilai pelanggan berkorelasi positif dengan loyalitas pelanggan.
Dengan demikian perusahaan yang mempunyai pelanggan yang loyal berarti sudah mencapai satu langkah maju dalam hal memuaskan konsumennya.
Konsumen atau pelanggan yang loyal juga merupakan keuntungan tersendiri dan bila ditambahkan dengan pembinaan hubungan terus menerus, maka biaya untuk
melayani konsumen akan berkurang sehingga mempertahankan pelanggan lama akan lebih mudah daripada mencari pelanggan baru.
Wahyudi dan Hasibuan 2010 melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi lada di Kabupaten Belitung menyebutkan
bahwa adopsi teknologi lada oleh petani sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan petani yang diindikasikan oleh tingkat penghasilan petani modal,
tingkat pengetahuan petani pendidikan, pelatihan, dan aktivitas penyuluhan serta
23
pengalaman petani dalam berusahatani lada. Pemodelan dilakukan dengan SEM, dimana tingkat adopsi teknologi dalam budidaya lada dipersepsikan petani
sebagai penggunaan benih unggul bersertifikat, pemeliharaan tanaman sesuai dengan anjuran serta pengolahan pascapanen lada secara mekanis.
Penelitian yang dilakukan Afandi 2007 mengkaji tentang penerapan model persamaan struktural tingkat kepuasan pelanggan tepung terigu Bogasari
dipengaruhi oleh enam indikator yaitu kualitas produk, kepopuleran merek, kualitas kemasan, harga produk, ketersediaan produk, dan kualitas pelayanan.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Structural Equation Modeling SEM diperoleh kesimpulan bahwa variabel bauran pemasaran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel loyalitas pelanggan. Dan variabel perilaku pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel loyalitas
pelanggan. Variabel laten kualitas produk, harga, ketersediaan produk, kualitas pelayanan dan kualitas kemasan merupakan indikator yang berpengaruh positif
terhadap tingkat kepuasan. Sementara kepopuleran merek merupakan indikator yang berpengaruh negatif terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Kepopuleran
merek Bogasari menyebabkan kepuasan pelanggan menurun sehingga merek yang terkenal tidak merupakan indikator yang penting bagi pelanggan.
Yoo et al. 2000 melakukan pengujian terhadap komponen terpilih dari bauran pemasaran dan ekuitas merek. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
SEM untuk menguji dan mengukur hubungan antara bauran pemasaran dan ekuitas merek. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk melakukan eksplorasi
upaya-upaya membangun merk dan efek yang dihasilkannya pada ekuitas merk seperti harga perceived price, citra toko, intensitas distribusi, promosi dalam
bentuk pengeluaran iklan maupun price deal. Produk dalam hal ini persepsi kualitas perceive quality berpengaruh positif terhadap equitas merek. Persepsi
Kualitas adalah penilaian subyektif konsumen mengenai superioritas sebuah produk, pengalaman pribadi terhadap produk, kebutuhan yang unik, dan situasi
konsumsi yang bisa mempengaruhi penilaian subyektif konsumen terhadap kualitas. Dimensi ini diukur dari penilaian subyektif konsumen tentang kualitas
merek produk yang lebih pada kualitas secara keseluruhan dari merek produk dibandingkan unsur kualitas secara individu. Dari hasil penelitian tersebut
24
menunjukan bahwa ekuitas merek sebagai bagian dari bauran produk dalam strategi pemasaran memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan dan loyalitas
konsumenpelanggan.
25
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis