82
menjadikan usahatani jagung sebagai suatu pekerjaan sampingan hanya sebesar 11,67 persen. Pada umumnya petani yang menjadikan usahatani jagung ini
sebagai suatu usaha adalah petani yang telah memiliki pekerjaan seperti petani padi, pegawai lepas dan pensiunan PNSTNI.
Tabel 19 Sebaran Petani Responden Menurut Status Pekerjaan
Status Pekerjaan Takalar
Sidrap Jumlah
Ds. Salaka
Ds. Alluka
Ds. Bulo Wattang
Ds. Bulo
Jml Jml
Jml Jml
Jml Utama
27 90
23 77
28 93
28 93
106 88,33
Sampingan 3
10 7
23 2
7 2
7 14
11,67
T o t a l 30 100
30 100 30 100
30 100 120
100
6.1.5. Lama Berusahatani Jagung
Pada umumnya para responden telah lama berprofesi sebagai petani, mereka beralasan bahwa bertani merupakan usaha turun-temurun dari orang tua
mereka. Pengalaman yang cukup lama dalam usaha tani menjadikan mereka lebih paham tentang cara berusahatani jagung yang benar. Pemahaman tersebut tak
jarang berawal dari teknik coba-coba. Dengan pengalaman tersebut banyak petani menjadi lebih paham mengenai praktek di lapangan untuk usaha tani jagung. Pada
saat ini pemahaman petani kita relatif semakin maju karena mereka di bantu oleh petugas PPL dan para petugas lapang yang lebih memahami secara konsep
teoritis. Lama berusahatani petani responden mempengaruhi perilakunya dalam
mengelola usahataninya. Bagi petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama atau banyak, cenderung memiliki banyak pengetahuan berusahatani di
banding yang tidak, sehingga mereka lebih berhati-hati untuk mengambil keputusan.
83
Tabel 20 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Lama Berusahatani Jagung
Lamanya Berusahatani
Jagung Komposit Jagung Hibrida
Jagung Lokal n
n n
Tidak pernah 10
8,33 34
28,33 5 tahun
41 34,17
44 36,67
47 39,17
5 – 10 tahun 69
57,50 59
49,17 20
16,67 10 tahun
10 8,33
7 5,83
19 15,83
T o t a l 120
100 120
100 120
100
Jika dilihat dari sebaran petani responden pada Tabel 20 persentase terbesar ialah pada lamanya petani responden menggunakan benih unggul jagung
komposit dan hibrida dengan kisaran 5 – 10 tahun berusahatani jagung. Sementara jagung jenis lokal, ditanam hanya untuk dikonsumsi dan sebagian
besar tidak dijualdikomersialkan, sehinggalama berusahataninya pun kurang dari 5 tahun. Hasil pada Tabel 21 menunjukkan bahwa petani pada empat desa di dua
kecamatan dan di dua kabupaten lamanya berusahatani jagung komposit sebesar 57,50 persen dengan jumlah petani responden sebanyak 69 orang. Hal ini
membuktikan bahwa jika dibandingkan dengan lama berusahatani untuk jenis jagung lain seperti jagung hibrida ataupun jagung lokal, petani lebih dahulu
mengenal dan berusahatani jagung kamposit. Penggunaan benih unggul pada lokasi penelitian di dua kabupaten pada
umumnya para petani telah cukup berpengalaman menekuni dan menggunakan benih jagung komposit yaitu sebesar 57,50 persen 5 – 10 tahun. Sementara
untuk jagung hibrida, petani yang menggunakan selama 5 – 10 tahun sebesar 49,17 persen. Petani jagung lebih dahulu menggunakan dan mengenal jagung
komposit dibandingkan hibrida. Kalaupun menggunakan benih jagung hibrida, jenis yang umumnya digunakan adalah jenis hibrida yang berasal dari benih
hibrida generasi F2, F3 atau bahkan F4 yang tentu saja berproduktivitas rendah dan yang utama benih F1 harganya mahal. Namun terkadang petani hingga kini
masih menggunakan benih jagung komposit. Untuk jenis jagung lokal, lamanya petani dalam berusahatani yaitu 39,17 persen atau kurang dari 5 tahun.
84
Tabel 21 Sebaran Petani Responden Menurut Lama Berusahatani dari Tiga Jenis Jagung
Lamanya Berusahatani
Takalar Sidrap
Jumlah Ds.
Salaka Ds.
Alluka Ds. Bulo
Wattang Ds.
Bulo
Jml Jml
Jml Jml
Jml
a. Jagung lokal: