5
adalah meliputi pemilihan tetua, hibridisasi, seleksi dan pengujian daya adaptasi Makkulawu et al., 2007.
Varietas jagung komposit umumnya memiliki keunggulan, seperti berumur genjah 100 hari, sesuai untuk dataran rendah, cukup tahan atau tahan
terhadap penyakit bulai, potensi hasil 5 – 8 ton per hektar. Sebagian dari varietas tersebut dapat beradaptasi baik pada dataran tinggi dan daerah rawan kekeringan.
Sementara itu, varietas unggul jagung hibrida beradaptasi baik di dataran rendah dan beberapa diantaranya juga beradaptasi di dataran sedang 600 – 800 m dpl
dan dataran tinggi 800 – 1.300 m dpl, umurnya berkisar 95 – 143 hari, potensi hasil 5,6 – 9 ton per hektar dan reaksi terhadap penyakit bulai antara cukup tahan
sampai tahan Nugraha et al., 2005. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan varietas
unggul jagung di suatu daerah adalah keinginan petani untuk memilih dan menggunakan benih unggul yang sesuai. Di beberapa daerah, petani lebih
menyukai varietas yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit utama. Sementara di daerah lainnya petani lebih menyukai varietas yang berumur
genjah, bentuk dan postur tanaman tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, dan rendemen tinggi Badan Litbang Pertanian, 2007. Kepuasan akan
penggunaan benih unggul jagung komposit sangat tergantung pada atribut-atribut yang dimilikinya. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam
penggunaan benih jagung komposit sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Dengan mengetahui sikap dan kepuasan petani, pemerintah maupun pihak terkait bisa menerapkan strategi yang tepat guna mewujudkan tujuan tersebut,
seperti strategi dalam pengadaan benih. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sikap dan kepuasan petani terhadap
penggunaan benih jagung komposit yang dihasilkan oleh UPBS Balitsereal.
1.2. Perumusan Masalah
Keberhasilan budidaya jagung sangat ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan. Ketersediaan benih saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan kualitas
benih yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan benih unggul bermutu diperlukan,
6
karena merupakan suatu langkah awal dari keberhasilan suatu usaha pertanian Aqil et al., 2011.
Kebutuhan benih bermutu baik untuk tanaman pangan relatif tinggi seiring dengan tujuan produksi yang lebih berorientasi komersial. Benih yang bermutu
tinggi akan menghasilkan produktivitas tinggi jika budidaya tanaman dilakukan secara memadai. Di sisi lain, penyediaan benih bermutu bagi petani dengan harga
terjangkau masih mengalami hambatan. Produsen benih yang pusat produksinya tersebar di berbagai wilayah serta luasnya penyebaran areal tanam petani
merupakan kendala dalam pengawasan produksi dan distribusi benih. Salah satu teknologi dasar yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian
untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah dengan menggunakan benih benih komposit bersari bebas. Benih jagung komposit yang telah dihasilkan
sebanyak 37 varietas sebagian besar merupakan hasil seleksi dan persilangan dari pemulia pada lembaga penelitian Badan Litbang Pertanian, perguruan tinggi,
BUMN pemerintah, dan petani penangkar binaankoperasi. Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga penelitian telah melepas tidak kurang dari sepuluh
varietas jagung komposit bersari bebas dengan potensi hasil 7,0 – 9,0 ton per hektar. Melalui Unit Pengelola Benih Sumber UPBS, Balai Penelitian Tanaman
Serealia telah memproduksi benih sumber jagung komposit dari beberapa kelas benih penjenis dan benih dasar dalam upaya untuk menyebarluaskan dan
menyediakan benih unggul untuk dikembangkan lebih lanjut oleh balai benih maupun petani penangkarbinaan agar dapat didistribusikan ke pengguna petani
dan stakeholder. Jagung komposit adalah jagung yang dibentuk dari beberapa varietas yang
dikumpulkan kemudian dibiarkan menyerbuk bebas dengan bantuan angin sehingga terjadi persilangan secara alami yang pada umumnya keturunannya akan
berproduksi lebih tinggi dibanding dengan jagung lokal. Pengembangan varietas jagung unggul komposit pada peningkatan produksi jagung di daerah-daerah
marjinal akan lebih berkualitas, sebab perluasan areal tanam akan lebih cepat terwujud, karena benih jagung komposit relatif lebih mudah diproduksi dan
harganya lebih murah dibandingkan jagung hibrida, serta mudah diakses oleh petani.
7
Penggunaan benih unggul jagung komposit merupakan alternatif bagi peningkatan produksi jagung serta mampu mewujudkan keunggulan hasil pada
kondisi lingkungan tertentu. Selain itu harga benih jagung komposit lebih terjangkau meskipun sebagian petani menganggap masih mahal jika
dibandingkan dengan jagung hibrida Keberadaan varietas lokal ditingkat petani dapat bertahan lama dan petani belum mau mengganti varietas lokalnya sebelum
yakin dengan varietas baru lebih unggul dan menguntungkan. Hasil survei di 19 propinsi menunjukkan bahwa dari total areal jagung
pada tahun 2000, 28 persen ditanami jenis hibrida, 47 persen varietas unggul komposit, dan 25 persen jenis komposit lokal Panikkai, 2009. Masih banyaknya
petani yang menanam benih turunan hibrida F2 karena harga benih F1 relatif mahal dan resiko yang dihadapi besar misalnya kekeringan, hal ini
mengakibatkan petani beralih menggunakan benih jagung komposit. Untuk pertanaman jagung komposit, petani belum menyiapkan benih secara baik. Petani
cenderung menggunakan benih hasil panen dari musim tanam sebelumnya hingga beberapa siklus. Hal ini menyebabkan potensi hasilnya menurun, terutama jika
diserbuki oleh jagung lokal yang potensi hasilnya rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya produksi dan distribusi benih varietas jagung unggul komposit
secara memadai, terutama di wilayahdaerah suboptimal lahan dan sosial- ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya melalui pengembangan sistem
penangkaran benih berbasis komunal community based seed production di pedesaan. Upaya ini telah dicoba di lima propinsi Sulsel, NTB, Kalsel, Jateng,
dan Lampung pada tahun 2004 dan hasilnya memberikan prospek yang baik bagi pengembangan perbenihan varietas jagung unggul komposit nasional Sayaka et
al., 2006.
Penyediaan benih jagung komposit yang bermutu dan secara berkesinambungan dapat memenuhi permintaan petani, dapat membantu untuk
meningkatkan hasil produksi tanaman jagung sehingga dapat membantu petani mengurangi resiko kegagalan panen. Petani memiliki karakteristik yang berbeda
dan mengalami proses yang kompleks dalam memaksimalkan kepuasannya. Para produsen benih harus dapat menciptakan varietas yang dapat sesuai
dan tepat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan petani. Proporsi penggunaan
8
benih unggul jagung dengan jagung lokal perlu diketahui dan didentifikasi untuk melihat peluang penggunaan benih unggul bermutu dan penyebarannya di
Indonesia. Berdasarkan data MT 2000, sekitar 75 persen dari luas pertanaman jagung di Indonesia didominasi oleh varietas unggul komposit dan hibrida. Dari
inventarisasi terhadap 353.324 hektar pertanaman jagung di Indonesia, jagung varietas unggul komposit mencakup 47 persen, hibrida 28 persen, dan varietas
lokal 25 persen. Bila dibandingkan dengan data CIMMYT 1999, memang terdapat perbedaan terutama persentase luas tanam varietas jagung komposit. Data
CIMMYT menunjukkan angka luas tanam varietas komposit yang jauh lebih besar 71 persen, sehingga mempengaruhi luas tanam varietas unggul menjadi
lebih dari 90 persen Nugraha et al., 2005. Menurut Bahtiar et al. 2007 selama kurun waktu 1985 – 1999, proporsi
penggunaan varietas unggul, baik hibrida maupun komposit, meningkat dari 26,7 persen menjadi 80 persen. Namun dalam periode tersebut belum ada pemisahan
benih varietas hibrida dengan varietas unggul komposit serta antara benih F1 dan turunannya, sehingga jumlahnya menjadi sangat tinggi. Telaah data yang lebih
detail untuk periode 2002 – 2006 menunjukkan luas tanam varietas jagung hibrida sudah mencapai 427.971 ha 39,8, komposit unggul baru 212.256 ha 19,8,
komposit unggul lama yang berasal dari turunan benih sebar 19.971 ha 1,9, dan varietas lokal hampir menyamai varietas hibrida yaitu 413.601 ha 38,5.
Proporsi penggunaan benih unggul tersaji pada Tabel 2. Dari proporsi penggunaan benih unggul jagung komposit dan hibrida dan
lokal memberikan gambaran bahwa peningkatan produksi jagung nasional melalui penyediaan benih bermutu masih memungkinkan, karena sekitar 40 persen
pertanaman jagung tidak jelas mutu genetik benihnya komposit lama dan lokal. Data Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan 2012 menunjukkan bahwa
di Provinsi Sulawesi Selatan sebaran penggunaan varietas unggul jagung masih tinggi dibandingkan jagung lokal. Varietas unggul jagung telah mencapai 78
42 komposit dan 36 hibrida sementara lokal sebesar 22. Dari proporsi penggunaan varietas unggul tersebut akan memberikan peluang bagi usaha
produksi benih jagung varietas unggul, baik hibrida maupun komposit.
9
Tabel 2 Proporsi Penggunaan Benih Unggul Jagung di Indonesia Selama MT. 2002 hingga MT.20052006.
Musim Tanam Luas Ha
Hibrida Komposit
Unggul Baru Komposit
Unggul Lama Lokal
MT. 2002 MT. 20022003
MT. 2003 MT. 20032004
MT. 2004 MT.20042005
MT. 2005 MT.20052006
298.318 425.430
377.674 272.441
459.897 635.458
449.072 505.479
157.780 303.629
217.161 152.689
204.520 279.953
162.079 220.240
5.833 11.580
14.979 14.269
32.268 20.500
21.070 39.271
180.219 542.695
430.083 359.178
263.805 790.603
221.751 520.471
Jumlah 3.423.769
1.698.051 159.770
3.308.805 Rata-Rata
427.971 212.256
19.971 413.601
Persen 39,8
19,8 1,8
38,5
Sumber: Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2007 dalam Panikkai 2009
Selaku Unit Pelayanan Teknis UPT dilingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian R.I, Balai Penelitian Tanaman
Serealia melalui Unit Pengelola Benih Sumber UPBS telah memproduksi dan menyebarluaskan benih sumber jagung komposit ke seluruh Indonesia. Selama
periode 5 lima tahun terakhir yaitu tahun 2005-2009, UPBS Balitsereal telah mendistribusikan sebanyak 12.807,75 kg benih sumber untuk ditanam petani.
Varietas yang terbanyak diminati petani yaitu Lamuru, dan selama 5 tahun terakhir telah mencapai volume 3.655 kg, menyusul Sukmaraga sejumlah 3.499
kg, Bisma sejumlah 2.134,75 kg, Srikandi Kuning 2.038 kg, dan menyusul Srikandi Putih 710 kg. Distribusi dan penyebaran benih terbesar adalah pada
propinsi Sulawesi Selatan sejumlah 3.240 kg, menyusul Gorontalo 925 kg, Jawa Timur 875,2 kg, Sulawesi Tengah 701 kg dan NTT sejumlah 595 kg Aqil et al.,
2011. Untuk memenuhi permintaan benih dan meyakinkan para pengguna, telah
diprogramkan produksi benih unggul jagung komposit kelas BSFS berbasis Sistem Manajemen Mutu SMM dengan menerapkan sistem mutu ISO 9001-
2008. Tujuan diterapkannya SMM berbasis ISO 9001-2008 agar benih sumber
10
yang telah didistribusikan ke pengguna petani dan stakeholder dapat mencapai konsep 6 tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan harga.
Petani sebagai pengguna benih mengalami berbagai kendala dalam memanfaatkan benih bermutuunggul. Harga yang mahal merupakan kendala
utama. Di samping itu jaminan karakteristik benih sesuai yang tertera pada label merupakan hambatan lain. Pemilihan benih jagung unggul komposit dan bermutu
tidak hanya pada penampilan fisik seperti ukuran dan warna biji tetapi juga pada kualitas benih yang baik yang mampu menarik minat petani untuk membeli sesuai
dengan seleranya. Namun manfaat dari suatu varietas akan dirasakan oleh petani apabila benihnya tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai.
Salah satu penyebab lambatnya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya jagung di Indonesia diduga akibat masih rendahnya penggunaan benih
berlabel bermutu di tingkat petani. Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Selatan 2006 menunjukkan bahwa penggunaan benih jagung
berlabel jagung hibrida dan komposit masih sangat rendah, namun demikian hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan benih berlabel
sebenarnya sudah cukup baik. Fenomena ini menunjukkan bahwa pasar benih jagung unggul dan berlabel di Provinsi Sulawesi Selatan sebenarnya sudah
berjalan cukup bagus, dan bahkan petani cukup respon dengan kehadiran jagung berlabel bermutu. Petani paham betul, bahwa pada lingkungan yang kondusif
serta dibarengi dengan pemberian input berimbang, jagung hibrida terbukti mampu memberikan hasil lebih tinggi dari jagung komposit. Lebih lanjut petani
mengakui, untuk lingkungan yang tidak kondusif lahan marginal dan dataran tinggi, produksi jagung hibrida kurang stabil dan cenderung tidak sebagus jagung
komposit Sayaka et al., 2006. Selain itu, setiap tahun persentase penggunaan masing-masing benih
unggul jagung komposit berubah Adnan et al., 2010. Petani memiliki karakteristik yang berbeda dan mengalami proses yang kompleks dalam
memaksimalkan kepuasannya. Hal tersebut diduga karena adanya perbedaan sikap, perilaku dan kepuasan petani terhadap penggunaan benih jagung komposit.
Kondisi tersebut tentunya akan membentuk perilaku petani dalam menggunakan benih varietas unggul sehingga petani mengevaluasi benih yang dapat memuaskan
11
serta memenuhi kebutuhannya. Semua ini tidak lepas dari kondisi demografi, ekonomi, sosial, budaya, keluarga, psikologis dan faktor-faktor lainnya.
Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dari pengguna petani dan stakeholder
akan pentingnya penggunaan benih bermutu maka petani akan lebih kritis dan lebih selektif untuk memilih benih unggul jagung komposit.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diteliti sehubungan dengan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik, sikap dan perilaku petani terhadap penggunaan
benih unggul jagung komposit di Sulawesi Selatan? 2.
Faktor dominan apa yang membentuk kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih unggul jagung di Sulawesi Selatan?
3. Bagaimana hubungan antara kepuasan dan loyalitas petani terhadap
penggunaan benih unggul jagung komposit di Sulawesi Selatan?
1.3. Tujuan Penelitian