79
dapat ditarik dari pemaparan tersebut adalah bahwa jika salah satu indikator peningkatan pendapatan adalah faktor usia pekerja maka kemungkinan
pendapatan mereka akan meningkat. Ditinjau dari jenis kelamin maka pada dasarnya laki-laki masih memiliki
peranan besar dibandingkan wanita, Kondisi ini berkaitan langsung dengan posisi laki-laki sebagai pemegang kendali dalam rumah tangga dan berkewajiban
mencari nafkah bagi keluarganya. Dari 120 responden yang diwawancarai, sebanyak 100 persen adalah laki-laki.
Sedangkan untuk status pernikahan dari dua kabupaten, sebanyak 98,8 persen petani atau 118 petani yang diwawancari sudah menikah, sisanya hanya
1,2 persen atau 2 petani yang belum menikah. Tabel 16 Sebaran Petani Responden Menurut Status Pernikahan
Status Pernikahan
Takalar Sidrap
Jumlah Ds.
Salaka Ds.
Alluka Ds. Bulo
Wattang Ds.
Bulo
Jml Jml
Jml Jml
Jml Belum menikah
2 6,7
2 1,2
Menikah 28
93,3 30 100
30 100 30 100
118 98,8
T o t a l 30
100 30 100
30 100 30 100
120 100
6.1.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan berkaitan dengan pola pikir pekerja. Tingkat pendidikan sendiri baru akan terlihat pada sistem manajemen pengolahan
produksi yang mereka lakukan diikuti dengan pengalaman usaha yang mereka dapatkan.
Pada penelitian ini tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang dimiliki oleh responden. Pada dua desa di Kabupaten Takalar yaitu
Desa Salaka dan Desa Alluka pada umumnya yang bekerja sebagai petani adalah yang berpendidikan di SD sebanyak 27 responden atau 45 persen, Sementara yang
berpendidikan SMP dan SMU masing-masing sebanyak 13 21,5 dan 15 25. alasan utama mereka memasuki pekerjaan sebagai petani karena semakin
sempitnya lahan pekerjaan dan sulitnya berkompetensi di lapangan usaha yang menuntut untuk memiliki keahlian dalam bekerja. Sedangkan sebanyak 2
80
responden atau sebesar 3,5 persen tidak pernah sekolah dan 3 orang 5 berpendidikan sebagai sarjana.
Sementara itu, di Kabupaten Sidrap pada dua desa yaitu Desa Bulo Wattang dan Desa Bulo tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh sebagian
besar petani responden adalah SD sampai dengan SMU. Sebanyak 15 responden atau sebesar 35 persen petani berpendidikan SMP dan SMU, dan 15 responden
25 tamat SD. Sedangkan responden yang tidak sekolah hanya berjumlah 2 responden 3,5, sementara responden yang berpendidikan sarjana sebanyak 1
orang saja 1,5. Tabel 17 Sebaran Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Takalar Sidrap
Jumlah Ds.
Salaka Ds.
Alluka Ds. Bulo
Wattang Ds.
Bulo
Jml Jml
Jml Jml
Jml Tidak Sekolah
2 7
2 7
4 3,33
SD 11
37 16
53 9
30 6
20 42
35,00 SMP
6 20
7 23
7 23
14 47
34 28,34
SMU 10
33 5
17 12
40 9
30 36
30,00 Perguruan Tinggi
1 3
2 7
1 3
4 3,33
T o t a l 30 100
30 100 30 100
30 100 120
100
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, secara keseluruhan petani di dua kabupaten pada umumnya berpendidikan SD sampai dengan SMU Tabel 17.
Petani yang tamatan SMU memilih bertani sebagai mata pencarian karena melanjutkan pekerjaan orang tua, sambil melaksanakan usaha lain seperti
berdagang. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan pada pendidikan terakhir yang dimiliki oleh petani responden di dua kabupetan tersebut menyebabkan para
petani memiliki pemahaman teknis budidaya jagung yang tinggi. Artinya petani semakin pandai melihat dan membaca peluang jenis jagung mana yang layak
untuk ditanam. Selain itu motivasi petani memilih bertani sebagai mata pencarian mereka adalah untuk menambah penghasilan keluarga, memenuhi kebutuhan
sendiri ataupun mengelola sawah warisan.
81
6.1.3. Tingkat Pendapatan