107
6.3.1. Alasan Petani Menggunakan Benih Bersertifikat
Pada dasarnya alasan petani menggunakan benih bersertifikat, karena benih jenis ini mampu memberikan produksi yang lebih tinggi dari benih tidak
bersertifikat. Dengan penggunanan input produksi yang relatif tidak banyak berbeda, benih bersertifikat mampu memberikan produksi sekitar 10-30 persen
lebih tinggi dari benih tidak bersertifikat. Peningkatan produksi tertinggi terutama terjadi pada penggunaan benih jagung bersertifikat komposithibrida mencapai
30 persen. Dengan demikian, walaupun dibutuhkan biaya benih lebih banyak ternyata usahatani jagung yang menggunakan benih unggul mampu memberikan
keuntungan yang lebih menarik dibanding dengan usahatani dengan yang menggunakan benih tidak berlabel lokal. Usahatani akan mampu memberikan
keuntungan yang lebih atraktif lagi jika harga oututnya semakin tinggi. Selain produktivitas, alasan petani menggunakan benih bersertifikat karena penampakan
tanaman lebih serempat sedikit campuran varietas lainnya, CVL, sehingga pada akhirnya lebih memudahkan dalam pemeliharaan.
Daya beli petani terhadap benih bersertifikat cukup tinggi. Hal ini terlihat dalam memutuskan untuk menentukan jenis benih yang akan ditanam lebih
banyak ditentukan oleh kualitas benih, bukan harga. Petani akan memilih benih dengan kualitas yang lebih baik kelas benih yang tinggi walaupun harganya
lebih mahal. Fakta di lapang menunjukkan bahwa hampir 80 persen petani padi di Kabupaten Takalar lebih memilih benih bersertifikat kelas BS yang kualitasnya
lebih baik dari kelas FS, SS maupun ES , walaupun benih kelas ini BS harganya jauh lebih mahal dibanding dengan yang lainnya. Petani lebih cenderung
membeli dari produksi penangkar lokalswasta yang harga lebih mahal, karena kualitasnya relatif lebih baik. Karena keterbatasan petani, secara eksplisit mereka
tidak pernah mengadu langsung ke produsen benih berkaitan dengan mutu benih, namun demikian secara implisit protes yang dilakukan petani terhadap produsen
benih terlihat dari beralihnya petani ke produsen lain atau lebih bahkan ada yang memproduksi benih sendiri memilih dari hasil panennya sendiri tanpa label.
Kondisi ini menunjukkan bahwa petani cukup mampu untuk membeli benih bersertifikat, asalkan dimbangi dengan kualitas yang semakin baik.
108
Petani cukup akses terhadap benih unggul. Pada umumnya, ketersediaan benih berlabel di kios-kios cukup memadai baik dilihat dari volume maupun jenis
varietas serta asal produsen. Akses petani terhadap benih jgung khususnya komposit tidak sebatas pasar kabupaten dan provinsi saja, melainkan sudah antar
provinsi. Keberadaan petani penangkar sangat membantu dalam proses introduksi benih jagung komposit kepada petani. Petani penangkar pada umumnya adalah
petani binaan yang mendapatkan bimbingan langsung mengenai cara produksi dan perbanyakan benih jagung komposit.
Frekuensi penggunaan benih bersertifikat di tingkat petani cukup bervariasi. Para petani jagung penggunaan benih bersertifikat dilakukan pada
setiap musim tanam. Biasanya dalam setahun 2X tanam jagung, frekuensi penggunaan benih jagung unggul berkisar 1 – 2 kali. Bagi petani yang
menggunakan benih bersertifikatberlabel 1 kali ditemui di petani pada MH menggunakan benih BS, sehingga benih untuk MK dapat diperoleh dari hasil
seleksi panen MH kelas FS. Sementara penggunaan benih berlabel 2 kali setahun umumnya dijumpai pada petani baik MH maupun MK menggunakan
benih turunannya. 6.3.2.
Alasan Petani Menggunakan Benih Tidak Bersertifikat
Tidak adanya jaminan benih bersertifikat yang beredar di kiospetani merupakan salah satu satu alasan yang menyebabkan petani tidak menggunakan
benih bersertifikat. Banyak petani yang mengeluh dan mempertanyakan kenapa benih jagung berlabel tidak ada jaminan daya tumbuh dan produktivitas benih
lebih baik dari benih tidak berlabel. Kurang percayanya petani terhadap benih berlabel diindikasikan oleh banyaknya petani yang menggunakan benih hasil
produksi sendiri khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan benih sendiri pada MK merupakan hasil seleksi dari hasil panen pada MH yang menggunakan benih
BS. Sehingga kebanyakan petani dalam setahun membeli benih berlabel hanya sekali saja yaitu pada MH dan pada musim berikutnya MK I menggunakan
benih produksi sendiri. Produksi benih ini memberikan tingkat produksi yang hampir sama dengan benih padi berlabel kelas FS. Kurang bagusnya kualitas
benih yang dihasilkan, karena juga sering kali disebabkan oleh adanya proyek- proyek dari pemerintah yang bersifat dadakan diadakan pada tahun berjalan
109
yang membutuhkan benih dalam jumlah yang cukup besar, sehingga untuk memenuhi permintaan akan benih tersebut, sehingga kekurangannya harus
didatangkan dari pertanaman jagung petani yang sebelumnya ditujukan untuk konsumsi. Benih yang diproduksi dari hasil panen jagung untuk konsumsi,
mutunya tidak akan jauh berbeda dari benih produksi petani sendiri yang bersumber dari hasil seleksi panen sebelumnya.
Alasan berikutnya petani tidak menggunakan benih berlabel adalah masalah harga. Petani menjadikan harga benih berlabel cukup mahal sebenarnya
lebih dikaitkan dengan kualitas benih itu sendiri. Artinya antara harga yang dibayarkan petani tidak sebanding dengan kualitas benih itu sendiri. Namun kalau
dicermati secara mendalam, pada umumnya petani yang tidak menggunakan benih berlabel sebenarnya mempunyai daya beli yang cukup memadai, walaupun pada
sebagian kecil petani mengatakan karena terbatasnya permodalan merupakan salah satu alasan juga belum menggunakan benih bersertifikat. Petani mengatakan
mau membeli benih dengan harga relatif mahal asalkan mutunya terjamin. Fenomena ini menunjukkan sekalipun pada kelompok petani yang belum
menggunakan benih bersertifikat pada dasarnya cukup respon terhadap kualitas benih. Permintaan benih di tingkat petani relatif dominan dipengaruhi oleh
kualitas dibanding oleh pergerakan harganya. Selain masalah kualitas, harga, dan permodalandaya beli, tidak aksesnya petani terhadap benih bersertifikat juga
merupakan salah satu penyebab kenapa petani tidak menggunakan benih bersertifikat. Alasan ini terutama terjadi pada petani yang lokasinya
terisolasiterpencil, sehingga belum ada kios saprodi di tempat sebagai penyedia benih bersertifikat.
Berdasarkan hasil penelitian pada dua kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang menggunakan benih jagung komposit untuk kegiatan usahataninya,
menunjukkan bahwa sebagian besar petani termotivasi untuk menanam dan menggunakan benih jagung komposit dengan nilai 63,15 persen. Hal tersebut
dilihat berdasarkan hasil penilaian responden. Sesuai dengan hasil penelitian, sebagian besar petani responden 23,30 memilih untuk menggunakan benih
jagung komposit karena tingkat ketahanan terhadap serangan hamapenyakit sangat tinggi dibandingkan jenis jagung hibrida apalagi jagung lokal. Selain itu,
110
potensi hasil yang dapat dicapai oleh benih jagung komposit dapat mencapai 7,0 – 9,0 ton per hektar. Ukuran benih dan tongkol hasil panen yang relatif besar
mempengaruhi potensi hasil. Karena semakin besar ukuran tongkol maka semakin tinggi juga potensi hasilnya 4,20. Pada pernyataan selanjutnya diketahui
bahwa 5,80 persen petani menyatakan setuju apabila benih jagung memiliki umur panen yang pendek yaitu 90 – 95 hari. Oleh karena itu, para petani tidak
menganggap itu sebagai waktu yang lama. Motivasi petani dalam berusahatani jagung komposit ialah suatu kondisi
yang memberikan pengaruh untuk mendorong, membangkitkan, menggerakkan, dan mengarahkan petani dalam penggunaan benih jagung komposit. Motivasi
berusahatani dilihat berdasarkan pernyataan responden dalam kecenderungan bertingkah laku pada kegiatan berusahatani. Motif atau kebutuhan berusahatani
para petani sebagai responden dalam penelitian ini diamati dari aspek-aspek bahwa benih jagung komposit dapat: 1 meningkatkan produktivitas, 2 tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, 3 memperoleh keuntungan, 4 umur panen pendek, 5 daya tumbuhberkecambah tinggi, 6 melalui proses sertifikasi
oleh lembaga terkait, 7 stok benihnya selalu tersedia, 8 Harga benihnya terjangkau, dan 9 ukuran benih dan tongkol hasil panen yang besar.
Kebanyakan petani juga menyatakan setuju 42,50 bahwa harga benih jagung komposit cukup murah terjangkau. Harga jual benih jagung di Sulawesi
Selatan berkisar antar Rp. 1.500 – Rp. 2.000kg. Benih yang dijual petani merupakan benih dengan kelas benih sebar ES yang merupakan benih dengan
kelas paling rendah meskipun masih dikategorikan benih unggul. Sementara itu untuk mendapatkan benih jagung komposit, para petani cukup mendatangi ketua
kelompok tani, petani penangkar dan atau ke produsennya langsung UPBS- Balitsereal. Harga benih jagung komposit untuk semua varietas yaitu Rp.
25.000,-kg untuk kelas benih penjenis BS dan Rp. 20.000,-kg kelas benih dasar FS. Jika dibandingkan dengan benih hibrida, harga benihnya sangat murah.
Selain itu, faktor lainnya adalah hasil panen dari benih padi hibrida tidak bisa digunakan kembali untuk di tanam pada musim tanam berikutnya, sehingga harus
menggunakan F1 yang harga benihnya sangat mahal.
111
Tabel 33 Sebaran Petani Responden terhadap Perilaku Penggunaan Benih Unggul Jagung Komposit di Sulawesi Selatan
No Kategori
Petani Responden Jagung Komposit
Jumlah org
Persentase
A Sumber memperoleh benih:
- Produsen benih
- Penangkar petani benih
- Benih berbantuan dari pemerintah
- Kios
- Lainnya petani menyimpan benihnya sendiri, tukar
menukar benih dengan petani lain 82
30 8
68,30 25,00
0,00 0,00
6,70
T o t a l
120 100
B Pertimbangan dalam memilih benih jagung komposit:
- Produktivitas hasil panen
- Ketahanan terhadap hamapenyakit
- Umur panen pendek
- Daya tumbuh tinggi
- Sertifikasi benih
- Stok benih selalu tersedia
- Harga benih
- Jenis varietas
- Ukuran benih dan tongkol
- Keuntungan
14 28
7 8
9 11
8 10
5 20
11,70 23,30
5,80 6,70
7,50 9,20
6,70 8,30
4,20
16,70
T o t a l
120 100
C Kewajaran harga benih jagung komposit:
- Sangat mahal
- Mahal
- Cukup murah
- Murah
- Sangat murah
42 51
27 0,00
35,00 42,50
22,50 0,00
T o t a l
120 100
D Frekwensi Penggunaan Benih Jagung dalam setahun:
- Satu kali
- Dua kali
- Tiga kali
47 58
15 39,20
48,30 12,50
T o t a l
120 100
E Jumlah benih yang digunakan setiap kali tanam:
- Kurang dari 20 kg
- Antara 20 – 25 kg
- Lebih dari 25 kg
42 71
7 35,00
59,20 5,80
T o t a l
120 100
Pada akhirnya para petani menyatakan setuju dan termotivasi untuk menanam dan menggunakan benih jagung komposit karena kemudahan dalam
teknis budidayanya. Menurut petani kalau mengikuti teknologi anjuran berupa petunjuk teknis budidaya jagung komposit teknologi produksi dan teknologi
112
penanganan benih maka produksi yang dihasilkan akan tinggi. Selain itu penggunaan pupuk sangat efisien jika dibandingkan dengan hibrida. Pupuk
diaplikasikan dengan dosis anjuran masing-masing urea 300 kg, SP36 150 kg, KCL 100 kg, dan ZA 50 kgha.
6.4. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Petani terhadap Penggunaan Benih