5.2 Struktur Pendapatan Rumahtangga
Responden dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang terdiri dari isteri, suami dan anak. Pendapatan rumahtangga yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan jumlah total dari pendapatan isteri, suami dan anak yang dihitung per tahun. Pendapatan diperoleh dari masing-masing mata pencaharian tetap yang
dimiliki oleh suami, isteri dan anak. Pendapatan rata-rata per tahun dari hasil akumulasi total pendapatan rumahtangga seluruh responden diperoleh pendapatan
rata-rata per tahun sebesar Rp. 19.112.818,00 Jika dilihat dari persentase pada Tabel 9 rata-rata pendapatan suami per tahun sebagai kepala rumahtangga sebesar
Rp. 14.235.848,00 atau menyumbang 74 persen dari total pendapatan rumahtangga. Pendapatan suami, atau lebih besar bila dibandingkan dengan rata-
rata pendapatan isteri Rp. 3.199.697,00 yang hanya menyumbang sebesar 17 persen dari total pendapatan rumahtangga.
Suami sebagai kepala rumahtangga mendominasi perannya dalam mencari nafkah, bila dibandingkan dengan isteri, sehingga menyebabkan rata-rata
pendapatan per tahun yang diperoleh suami lebih besar dibandingkan isteri. Pada rumahtangga responden, peran anak dalam kontribusinya membantu pendapatan
rumahtangga masih dikatakan belum maksimal. Rata-rata pendapatan seorang anak per tahun hanya sebesar sembilan persen atau masih lebih sedikit
dibandingkan dengan pendapatan seorang istri. Hal ini disebabkan rata-rata rumahtangga responden memiliki anak yang masih berstatus sekolah sehingga
sedikit sekali ditemukan anak yang berkontribusi dalam membantu pendapatan rumahtangga. Pada Tabel 9 disajikan pendapatan rata-rata per tahun berdasarkan
status dalam rumahtangga.
Tabel 9. Kontribusi Pendapatan Rumahtangga Berdasarkan Status dalam Rumahtangga RpTahun
Status Dalam Rumahtangga
Rumahtangga Responden Kampung Cikaret Pendapatan RpTahun
Persentase
Suami Istri
Anak 14.235.848
3.199.697 1.677.273
74.00 17.00
9.00
Jumlah 19.112.818
100.00
Keterangan: Standar deviasi=16495915,01
Berdasarkan angka Tabel 9 terlihat kontribusi pendapatan anggota rumahtangga berdasarkan status dalam rumahtangga. Rumahtangga yang terdiri
dari suami, istri dan anak memiliki peran masing-masing dalam kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangga. Pada Tabel 9 dapat dilihat status suami atau
sebagai ayah dalam rumahtangga memiliki pendapatan rata-rata per tahun sebesar Rp. 14.235.848,00 atau sebesar 74 persen. Peran istri dalam kontribusi pendapatan
rumahtangga rata-rata per tahun hanya sebesar Rp.3.199.697,00 atau sebesar 17 persen. Peran anak dalam kontribusi pendapatan rumahtangga rata-rata per tahun
lebih sedikit dibandingkan suami dan istri hanya sebesar Rp. 1.677.273,00 atau sebesar sembilan persen.
Diasumsikan bahwa tingkat pendapatan rata-rata rumahtangga di lokasi studi, menyebar normal secara statistik. Oleh karena itu, maka struktur
pendapatan rumahtangga pada Tabel 9 dapat digolongkan menjadi tiga kategori menggunakan rumus perhitungan sebaran normal sebagai berikut:
Rumahtangga Lapisan Bawah
= x ≤ - ½
Standar Deviasi Rumahtangga Lapisan Atas =
x ≥ + ½ Standar Deviasi Rumahtangga Lapisan Menengah = -
½ Standar Deviasi ≤ x ≤ + ½
Standar Deviasi Standar Deviasi = 16495915
Hasil rumus perhitungan sebaran normal diperoleh kategori struktur pendapatan rumahtangga lapisan bawah, lapisan menengah dan lapisan atas. Struktur
pendapatan lapisan bawah apabila pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari Rp 10.864.860,00. Struktur pendapatan lapisan menengah apabila pendapatan yang
diperoleh antara Rp 10.864.860,00 hingga lebih kecil dari Rp 27.360.775,00 sedangkan struktur pendapatan lapisan atas apabila pendapatan yang diperoleh
lebih besar atau sama dengan Rp.27.360.775,00. Struktur pendapatan ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebaran normal pada rataan pendapatan, yang
diperoleh berdasarkan jumlah penghasilan dari aktivitas pekerjaan responden yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun.
Perhitungan pendapatan rata-rata per tahun rumahtangga ini untuk memperoleh rata-rata tingkat pendapatan rumahtangga masyarakat lokal. Jika
pendapatan masyarakat sudah diketahui per golongannya maka akan lebih mudah dalam membuat pelapisan sosial. Pelapisan sosial ini berguna agar setiap jawaban
tentang dampak sosio-ekonomi dan sosio-ekologi dari masing-masing rumahtangga responden dapat dengan mudah dibedakan menurut mewakili
lapisan bawah, lapisan menengah maupun lapisan atas. Pada Gambar 7 menggambarkan hasil perhitungan pendapatan yang disajikan dalam bentuk
diagram tingkat lapisan pendapatan rumahtangga responden.
Keterangan: n Kampung Cikaret = 66 rumahtangga
Gambar 7. Tingkat Lapisan Pendapatan Rumahtangga Responden, Kampung Cikaret 2011
Gambar 7 menjelaskan tingkat lapisan pendapatan rumahtangga responden sebagai masyarakat lokal di Kampung Cikaret. Gambar tersebut memperlihatkan
bahwa mayoritas penduduk di Kampung Cikaret berada pada tingkat pendapatan rendah dengan persentase sebesar 41 persen atau sebanyak 27 rumahtangga. Pada
tingkat pendapatan sedang sebesar 38 persen atau sebanyak 25 rumahtangga, sisanya adalah tingkat pendapatan tinggi sebesar 21 persen atau sebanyak 14
rumahtangga. Pada penelitian ini dibuat pelapisan sosial yang dibagi menjadi tiga kategori
lapisan sosial yaitu lapisan sosial atas, lapisan sosial menengah, dan lapisan sosial bawah. Pelapisan sosial ini dibuat untuk kepentingan analisis berbasiskan tingkat
pendapatan rumahtangga. Penggolongan lapisan atas pada masyarakat Kampung Cikaret berdasarkan pada masyarakat yang menduduki struktur pendapatan tinggi.
Penggolongan lapisan menengah berdasarkan pada masyarakat yang menduduki
struktur pendapatan rata-rata, sedangkan penggolongan lapisan sosial bawah berdasarkan pada struktur pendapatan rendah.
Industri pengolahan tahu tidak mengubah sumber pendapatan masyarakat lokal. Pengrajin tahu di industri pengolahan tahu telah membawa pekerja masing-
masing sehingga kurang membutuhkan sumberdaya manusia dari masyarakat lokal. Masyarakat lokal juga telah memiliki sumber pendapatan yang tetap dari
pekerjaannya. Masyarakat lokal telah memiliki sumber pendapatan tetap baik sebelum dan sesudah adanya industri pengolahan tahu.
Pada tingkat pendapatan rendah, sebanyak lima rumahtangga bekerja sebagai buruh pabrik, dua rumahtangga bekerja di industri pengolahan tahu,
sepuluh rumahtangga sebagai penjual, tiga rumahtangga sebagai supir, dua rumahtangga bekerja sebagai guru honor dan sisanya lima rumahtangga bekerja di
swasta. Pada tingkat pendapatan sedang, sebanyak empat rumahtangga pendapatan yang diperoleh dari pensiunan sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS,
tujuh rumahtangga masih aktif bekerja sebagai PNS, empat rumahtangga bekerja sebagai karyawan swasta, dua rumahtangga usaha warung, sisanya delapan
rumahtangga bekerja sebagai penjual, supir dan jasa. Pada lapisan atas sebanyak tiga rumahtangga adalah pensiunan PNS, dua rumahtangga adalah pegawai
swasta, empat rumahtangga usaha warung, sisanya lima rumahtangga penjual, supir dan jasa.
Pada Tabel 10 responden yang bekerja di industri pengolahan tahu hanya dua rumahtangga pada lapisan bawah selebihnya responden bekerja di non
industri pengolahan tahu. Responden dominan telah memiliki pendapatan dari pekerjaannya di non industri pengolahan tahu. Industri pengolahan tahu di
Kampung Cikaretpun kurang memberikan kesempatan bekerja bagi masyarakat lokal, sehingga dapat dinyatakan bahwa industri pengolahan tahu di Kampung
Cikaret hanya sedikit yang mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar. Berikut pada Tabel 10 disajikan data mengenai jenis-jenis pekerjaan pada setiap lapisan
rumahtangga responden, baik pada lapisan atas, lapisan menengah maupun lapisan bawah.
Tabel 10. Jenis Pekerjaan Pada Setiap Lapisan Rumahtangga Responden
Lapisan
JENIS PEKERJAAN PADA SETIAP LAPISAN RUMAHTANGGA RESPONDEN ∑
rumahtangga Buruh
Non Industri
Pekerja Industri
Tahu Penjual
Supir Guru
Honor Swasta
PNS Jasa
Pensiuanan PNS
Usaha Warung
Bawah 5
2 10
3 2
5 27
Menengah 4
2 4
7 2
4 2
25
Atas 3
1 2
1 3
4 14
JUMLAH TOTAL RUMAHTANGGA RESPONDEN
66
49
Berdasarkan Tabel 10 hanya dua rumahtangga yang bekerja pada industri pengolahan tahu di Kampung Cikaret. Berdasarkan wawancara dengan responden
di Kampung Cikaret, hanya satu responden yang mengakui bahwa sumber pendapatan rumahtangganya pernah meningkat atas hadirnya industri pengolahan
tahu. Responden menyatakan bahwa sebelum adanya industri pengolahan tahu sumber pendapatannya dari menambang pasir. Setelah hadirnya industri
pengolahan tahu, sumber pendapatannya pernah meningkat karena pengrajin tahu mempekerjakannya sebagai pencari kayu bakar. Sumber pendapatannya dari
mencari kayu bakar tidak bertahan lama, karena para pengrajin tahu membutuhkan kayu dalam jumlah banyak dan responden tidak dapat
menyanggupinya.
5.3 Persaingan Kesempatan Kerja