Perbedaan skala usaha ini mempengaruhi terhadap pengembangan usaha agroindustri salah satunya adalah karena modal dan kualitas sumberdaya manusia
yang dimiliki juga berbeda. Seperti dalam penelitian Suhada 2005 menyatakan bahwa dalam industri penyamakan kulit terdapat dua skala usaha yang
menentukan kualitas sumberdaya manusia yang dipekerjakan. Skala usaha menengah rata-rata sumberdaya manusianya memiliki pendidikan perguruan
tinggi-SLTA. Skala usaha kecil sumberdaya manusianya memiliki pendidikan SLTP-SD. Perbedaan juga terlihat dalam modal, dalam skala usaha kecil modal
yang diberikan adalah dari pengusaha menengah atau sendiri sedangkan skala usaha menengah modal yang dimiliki dari perbankan.
2.1.3 Fungsi dan Peran Agroindustri
Agroindustri memiliki fungsi untuk menjembatani dua sektor yang memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda. Sektor tersebut adalah sektor pertanian dan sektor
industri. Kedua sektor ini memiliki ciri-ciri yang berbeda. Pada Tabel 1 disajikan perbedaan antara sektor pertanian dan industri.
Tabel 1. Perbedaan Sektor Pertanian dan Industri
Segi perbedaan Pertanian
Industri
Lokasi Musim
Mutu Modal
Tenaga Kerja Usaha
Tersebar Tergantung
Tidak Menentu Mudah Rusak
Relatif Kurang Intensif Intensif
Subsistem, semi atau non komersial
Terpusat Tidak tergantung
Jelas Relatif Tidak Mudah Rusak
Intensif Relatif Kurang Intensif
Komersial
Sumber: Baharsyah, 1987
Rachmawati 2002 mengungkapkan bahwa agroindustri mempunyai posisi penting yaitu sebagai jembatan antara sektor pertanian, sektor industri dan sektor
perdagangan. Dalam penelitiannya salah satu komoditi yang merupakan sub sektor pertanian untuk dikembangkan dalam agroindustri adalah kentang.
Komoditi kentang banyak berkembang terutama di daerah Pangalengan Bandung, Jawa Barat. Komoditi kentang di daerah tersebut diolah menjadi keripik, kerupuk
dan dodol, kemudian dikemas dalam bentuk industri kecil rumahtangga lalu produknya dijual. Terlihat jelas bahwa agroindustri memang sebagai penghubung
di ketiga sektor tersebut. Perbedaan sektor pertanian dan sektor industri yang diungkapkan oleh
Sembiring 1995 bahwa pada sektor industri barang-barang yang dihasilkan mengikuti perkembangan harga dan pendapatan sifatnya sangat elastis. Sedangkan
yang dirasakan sektor pertanian lebih banyak dihadapi oleh kendala, hal ini disebabkan hasil pertanian ada yang berupa musiman, sehingga mudah busuk.
Permasalahan lainnya adalah penawaran terhadap hasil pertanian yang dihadapi adalah lokasi konsumen dan produk produsen pertanian jauh letaknya. Selain itu,
terdapat peran agroindustri adalah sebagai suatu pembangunan pertanian yang dapat dilihat dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan
devisa, pendorong tumbuhnya industri lain Soekartawi 2005. Berikut merupakan perkembangan agroindustri dalam melaksanakan perannya untuk penyerapan
tenaga kerja.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja dari 40 Macam Perusahaan Agroindustri Selama Lima Tahun di Jawa , 2000-2004
No Tahun
Jumlah Orang
1 2
3 4
5 2000
2001 2002
2003 2004
744.347 750.930
758.836 785.021
787.107
Sumber : Soekartawi, 2005
Tabel 2 menggambarkan bahwa memang terdapat perkembangan selama lima tahun terhadap jumlah tenaga kerja dari 40 macam perusahaan agroindustri
di Jawa. Dimulai dari tahun 2000 yang jumlah orang yang bekerja di perusahaan agroindustri terdapat 744.347 orang. Tahun 2001 terjadi peningkatan jumlah
tenaga kerja di perusahaan agroindustri menjadi sebesar 750.930 orang. Kemudian di tahun berikutnya yaitu tahun 2002, 2003, 2004, masing-masing
mengalami peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2002 menjadi berjumlah 758.836 orang, tahun 2003 menjadi berjumlah 785.021 orang, tahun
2004 menjadi berjumlah 787.107 orang. Selama lima tahun tersebut, dapat dinyatakan bahwa perusahaan agroindustri mampu menyerap tenaga kerja setiap
tahunnya.
2.1.4 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Agroindustri