Hubungan Sosial Masyarakat .1 Hubungan Sosial Dengan Pendatang
“Selain saya ada kok, yang sama bekerja di bagian tahu bulatnya, kalau tidak salah ada 6 orang lagi dari Kampung Cikaret selain saya
yang biasanya bantuin bikin tahunya dibentuk bulat-bulat dan dikemas” Mbak Nni, 21 tahun, pekerja tahu bulat di industri Pak
Hto.
Pada dasarnya masyarakat lokal yang bekerja pada industri pengolahan tahu milik Pak Hto hanya sebagian kecil saja. Sebagian besar dari masyarakat lokal bekerja
sebagai buruh, pegawai negeri, pegawai swasta, penjual, wiraswasta, supir dan lainnya, sehingga tidak terdapat persaingan untuk bekerja di industri pengolahan
tahu antara responden dengan masyarakat lokal.
5.4 Hubungan Sosial Masyarakat 5.4.1 Hubungan Sosial Dengan Pendatang
Adanya pendatang untuk bekerja di industri pengolahan tahu biasanya akan menyebabkan persaingan dan berdampak pada hubungan sosial antara pendatang
dan masyarakat sekitar menjadi tidak baik. Kenyataannya, persentase pendapat responden mengenai persaingannya dengan pendatang menyatakan dominan tidak
ada persaingan. Tidak ada persaingan maka hubungan sosial antara masyarakat lokal dengan pendatang atau hubungan sosial antar sesama masyarakat lokal yang
berada di sekitar industri pengolahan tahu hubungan sosialnya baik-baik saja. Pada Gambar 12 disajikan persentase hubungan sosial responden dengan
masyarakat lokal sebelum adanya industri pengolahan tahu.
Keterangan: n Kampung Cikaret = 66 rumahtangga
Gambar 12. Hubungan Sosial Responden dengan Masyarakat Lokal Sebelum Hadirnya Industri Pengolahan Tahu
Berdasarkan Gambar 12 dan Gambar 13 hubungan sosial dengan masyarakat sebelum hadirnya industri pengolahan tahu dan setelah hadirnya
industri pengolahan tahu dominan responden berpendapat cukup baik. Hanya empat persen atau hanya satu responden saja yang berpendapat hubungannya
sangat baik dengan masyarakat lokal. Pada Gambar 13 disajikan persentase pendapat responden mengenai hubungan sosialnya dengan pendatang setelah
hadirnya industri pengolahan tahu.
Keterangan: n Kampung Cikaret = 66 rumahtangga
Gambar 13. Hubungan Sosial Responden dengan Masyarakat Lokal Sesudah Hadirnya Industri Pengolahan Tahu
Hubungan sosial yang baik dengan masyarakat dikarenakan sebagian besar dari mereka saling mengenal satu sama lain dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan
yang diadakan oleh Kelurahan ataupun Kampung Cikaret. Setelah hadirnya industri pengolahan tahu pun ternyata hubungan sosial mereka tetap baik. Faktor
ini dikarenakan masyarakat sudah memiliki pekerjaan yang tetap sebelum adanya industri pengolahan tahu, sehingga industri pengolahan tahu tidak menimbulkan
persaingan yang berdampak pada hubungan sosial. Hubungan sosial responden juga dapat dilihat dari keaktifannya mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan
bersama masyarakat seperti gotong royong, kerja bakti dan pengajian. Responden yang memang aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan bersama biasanya
pada kegiatan pengajian yang selalu diadakan di RW 01. Hampir semua responden mengakui selalu mengikuti kegiatan pengajian
yang diadakan di wilayahnya. Pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu diadakan setiap
malam jumat, hari senin, hari rabu, hari minggu. Hasil wawancara, responden mengungkapkan bahwa dalam seminggu dirinya dapat mengikuti kegiatan
pengajian dua sampai empat kali. Kegiatan pengajian biasanya diadakan di mesjid yang berada di wilayah RT 07 RW 01 Kampung Cikaret. Sedangkan kegiatan
arisan yang dilakukan di wilayah RW 01 Kampung Cikaret hanya setiap satu bulan sekali itupun hanya diikuti oleh sebagian kecil dari jumlah ibu-ibu di
Kampung Cikaret yang aktif mengikuti. Hampir semua lapisan menyatakan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan bersama seperti gotong royong dan pengajian. Responden pada lapisan bawah lebih banyak menyatakan dirinya tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
diadakan di RW atau Kelurahan. Pada lapisan bawah tidak memiliki banyak waktu, hari libur pun mereka tetap bekerja untuk mencari uang sehingga mereka
tidak memiliki waktu untuk aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan di wilayahnya. Pada lapisan atas dan lapisan menengah mereka masih memiliki
waktu luang untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu staf kelurahan yang menjadi informan dalam
penelitian ini. Bapak Asp merupakan salah satu staf kelurahan yang sudah lama mengenali kondisi sosial ekonomi masyarakat Kampung Cikaret RW 01 di
Kelurahan Cikaret: “Warga RW 01 jika diminta secara sukarela oleh kelurahan untuk
kegiatan kerja bakti seperti pembersihan jalan, perbaikan jalan itu sangat sulit sekali, karena rata-rata mereka pada hari liburpun bekerja,
seperti berjualan dan kebanyakan dari mereka adalah sebagai buruh pabrik
” Bapak Asp, 57 tahun, staf kelurahan.
Selain itu penuturan yang sama juga diungkapkan oleh salah satu responden yang memang mengakui bahwa keluarganya tidak pernah aktif mengikuti
kegiatan apapun yang diadakan masyarakat. Ketidakaktifan mengikuti kegiatan ini dikarenakan terhambat oleh kewajibannya bekerja menjadi pegawai di salah
satu pusat perbelanjaan di Kota Bogor. Salah satu responden pada lapisan bawah mengungkapkan ketidakaktifannya dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan di wilayahnya:
“Saya tidak aktif ikut pengajian atau kerja bakti karena saya kan bekerja di Robinson, jadi hari minggu juga tetap masuk kerja. Suami
saya juga sama, dia juga kan penjaga toko di Mall BTM jadi tidak ada waktu untuk ikutan kegiatan-kegiatan seperti itu
” Ibu Ens, 37 tahun, penjaga toko.
Kegiatan yang dilakukan bersama antara masyarakat lokal dengan pendatang di industri pengolahan tahu menurut responden belum ada. Tidak adanya kegiatan
antara masyarakat lokal dengan pendatang disebabkan para pengrajin memiliki kesibukan yang berbeda-beda dalam memproduksi tahu setiap harinya, sehingga
tidak memiliki waktu untuk mengadakan kegiatan bersama dengan masyarakat lokal. Selain itu, perbedaan RW juga menjadi kendala dalam mengadakan
kegiatan antara masyarakat lokal dengan pengrajin tahu. Masyarakat dominan lebih suka mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di wilayah RW
dibandingkan mengikuti kegiatan-kegiatan di luar RW.
5.5 Ikhtisar Respon Masyarakat Lokal terhadap Dampak Sosio-Ekonomi atas Hadirnya Industri Pengolahan Tahu
Adanya industri pengolahan tahu yang membawa sejumlah pendatang untuk bekerja sebagai pengrajin tahu di wilayah Kampung Cikaret menghasilkan
beberapa respon dari masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang menjadi responden memiliki respon yang berbeda-beda tentang dampak sosio-ekonomi atas hadirnya
industri pengolahan tahu. Pendapat masyarakat lokal tentang dampak sosio-ekonomi atas hadirnya
industri pengolahan tahu ini berdasarkan pada lapisan pendapatan rumahtangga. Struktur pendapatan yang diperoleh ada tiga kategori lapisan pendapatan, lapisan
bawah, menengah dan atas. Pendapat masyarakat lokal yang dilihat pada penelitian ini mengenai pendapat dampak sosio-ekonomi atas hadirnya industri
pengolahan tahu. Pertama dilihat dari sejumlah pendatang yang datang mencari kerja ke industri pengolahan tahu. Sejumlah pendatang ini kemudian membuat
sebagian masyarakat berpendapat bahwa banyaknya pendatang yang datang ke wilayahnya disebabkan karena adanya industri pengolahan tahu. Respon
masyarakat lokal berikutnya dalam penelitian ini adalah pendapat masyarakat lokal mengenai kesempatan bekerja yang diberikan industri pengolahan tahu pada
masyarakat lokal. Hasil menunjukan bahwa hanya 18 persen pada lapisan bawah dan 14 persen pada lapisan atas yang berpendapat bahwa industri pengolahan tahu
memberikan kesempatan bekerja pada masyarakat lokal, selebihnya responden berpendapat bahwa tidak ada kesempatan bekerja yang diberikan industri
pengolahan tahu pada masyarakat lokal. Pendapat masyarakat lokal mengenai tingkat persaingan antara masyarakat
lokal dan pendatang yang mencari kerja di industri pengolahan tahu diungkapkan pada penelitian ini. Masyarakat lokal yang menjadi responden lebih dominan
berpendapat bahwa adanya pendatang yang mencari kerja di industri pengolahan tahu tidak membuatnya merasa bersaing untuk bekerja di industri pengolahan
tahu. Terdapat empat persen responden pada lapisan bawah yang merasa bersaing dengan pendatang di industri pengolahan tahu, hal ini disebabkan responden
memang telah lama bekerja di industri pengolahan tahu sehingga mengalami persaingan. Persaingan antara masyarakat lokal semua responden berpendapat
bahwa tidak ada persaingan. Pada penelitian ini selain tingkat kesempatan bekerja masyarakat lokal dan
tingkat persaingan masyarakat lokal dengan pendatang di industri tahu, hubungan sosial masyarakat lokal dan pendatang pun menjadi salah satu hal yang ingin
dilihat. Hubungan sosial antara pendatang yang mencari kerja di industri pengolahan tahu dengan masyarakat lokal disekitar industri pengolahan tahu
semua berpendapat bahwa hubungan sosialnya tergolong baik. Hubungan sosial antara respoden dengan masyarakat lokal sebelum maupun sesudah adanya
industri pengolahan tahu pun tergolong baik.
BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL
ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU