Kesempatan Kerja Industri Pengolahan Tahu

pengrajin tahu yang ingin menekuni bidang pengolahan tahu. Hal ini diungkapkan oleh Pak Hto sebagai pemilik industri pengolahan tahu yang berada di Kampung Cikaret: “Para pengrajin di industri tahu punya saya banyaknya dari Garut, Tasikmalaya, Jawa, kebanyakan mereka memang menetap disini. Saya sengaja membuat kontrakan-kontrakan di belakang industri untuk tempat tinggal mereka secara gratis ” Bapak Pak Hto, 54 tahun, pemilik industri pengolahan tahu. Pengrajin tahu di industri pengolahan tahu milik Pak Hto sudah lama menetap di wilayah Kampung Cikaret. Pengrajin yang paling lama menetap sudah lebih dari sepuluh tahun. Para pengrajin yang menyatakan bahwa dirinya merupakan pengrajin baru yang baru bekerja disana, mereka mengakui baru bergabung selama delapan tahun dengan industri pengolahan tahu milik Pak Hto. Mereka yang telah berkeluarga membawa serta keluarganya untuk tinggal di kontrakan yang telah disediakan oleh Pak Hto.

5.3.2 Kesempatan Kerja Industri Pengolahan Tahu

Kesempatan bekerja yang ditawarkan industri pengolahan tahu membawa sejumlah pendapat yang berbeda-beda dari setiap lapisan. Pada Gambar 9 disajikan persentase pendapat responden terhadap kesempatan bekerja yang ditawarkan oleh industri pengolahan tahu pada masyarakat lokal. Keterangan: n Kampung Cikaret = 66 rumahtangga Gambar 9. Pendapat Responden Mengenai Kesempatan Kerja bagi Masyarakat Lokal di Industri Pengolahan Tahu Industri pengolahan tahu milik Pak Hto memang membuka kesempatan bekerja bagi siapapun, hal ini dibuktikan dengan adanya pengrajin tahu yang bekerja dari luar daerah Kampung Cikaret. Hanya saja kesempatan bekerja yang diberikan industri pengolahan tahu Pak Hto pada masyarakat lokal dirasa kurang. Berdasarkan Gambar 9 dominan responden berpendapat bahwa industri pengolahan tahu tidak memberikan kesempatan bekerja pada masyarakat lokal. Responden pada lapisan bawah ada yang menjawab bahwa industri pengolahan tahu membuka kesempatan bekerja sebesar 18 persen atau sebanyak lima rumahtangga. Responden yang berpendapat bahwa industri pengolahan tahu membuka kesempatan bekerja untuk masyarakat lokal adalah responden yang pernah melamar ke industri pengolahan tahu milik Pak Hto dan mengenali tetangga atau kelurga yang bekerja di industri pengolahan tahu. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden yang anggota keluarganya bekerja pada industri pengolahan tahu: “Anak saya dulu coba-coba melamar ke industri pengolahan tahu milik Pak Hto, allhamdulilah diterima bekerja di industri pengolahan tahu milik anaknya Pak Hto. Anak saya sekarang bekerja di bagian pengemasan tahu bulatnya ” Bapak Nim, 56 tahun, penjual tempe. Sebagian besar responden berpendapat tidak ada kesempatan bekerja di industri pengolahan tahu untuk masyarakat lokal. Hal ini disebabkan responden tidak mengenali siapa saja yang bekerja di industri pengolahan tahu dikalangan masyarakat sekitarnya dan responden belum pernah melamar bekerja di industri pengolahan tahu. Responden yang tidak pernah melamar pekerjaan pada industri pengolahan tahu disebabkan telah memiliki pekerjaan yang tetap sebelum adanya industri pengolahan tahu. Menurut responden yang menjawab tidak ada kesempatan bekerja di industri pengolahan tahu milik Pak Hto untuk masyarakat lokal salah satunya dikarenakan responden hanya mengetahui bahwa industri pengolahan tahu tersebut kebanyakan pekerjanya adalah dari luar daerah mereka. Berikut penuturan Bapak Awh sebagai informan di Kampung Cikaret: “Wah….yang saya ketahui kebanyakan yang bekerja di industri pengolahan tahu milik Pak Hto itu orang-orang pendatang semua. Orang-orang sini sendiri bekerjanya macam-macam dan sepertinya tidak tertarik untuk bekerja menjadi pengrajin tahu ” Bapak Awh, 45 tahun, wakil ketua pemuda. Mengenai kesempatan bekerja yang diberikan industri pengolahan tahu terhadap masyarakat sekitar dibenarkan oleh Pak Hto. Beliau mengungkapkan bahwa industri pengolahan tahu yang dimilikinya sebenarnya berawal dari niatnya ingin membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di wilayah Kampung Cikaret. Tetapi niat tersebut tidak tercapai karena masyarakat di sekitarnya lebih tertarik bekerja di kantoran meskipun hanya sebagai office boy dibandingkan berkecimpung mengolah tahu dan menjadi seorang pengrajin tahu. Pak Hto membuka kesempatan bekerja bagi siapa saja yang memang melamar pekerjaan pada dirinya dan benar-benar memiliki niat menjadi pengrajin tahu. Sehingga bagi mereka yang belum pernah mencoba melamar pekerjaan ke industri pengolahan tahu miliknya maka akan memiliki pendapat bahwa industri pengolahan tahu milik Pak Hto tidak membuka kesempatan bekerja. Kesempatan kerja yang diberikan industri pengolahan tahu milik Pak Hto terhadap masyarakat lokal hanya sebagian kecil saja. Hal ini diperkuat dengan melihat Gambar 10 yang menjelaskan dari sekian banyak responden hanya sebesar tujuh persen atau sebanyak dua rumahtangga yang menyatakan salah satu anggota keluarganya bekerja pada industri pengolahan tahu milik Pak Hto. Pada Gambar 10 disajikan persentase rumahtangga responden yang bekerja di industri pengolahan tahu. Keterangan: n Kampung Cikaret = 66 rumahtangga Gambar 10. Persentase Rumahtangga Responden yang Bekerja di Industri Pengolahan Tahu Berdasarkan Gambar 10 responden yang menyatakan tidak ada anggota rumahtangganya yang bekerja di industri pengolahan tahu hanya ada pada lapisan bawah saja. Sisanya 93 persen atau sebanyak 20 rumahtangga pada lapisan bawah dan sebesar 100 persen pada lapisan menengah dan lapisan atas menyatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang bekerja pada industri pengolahan tahu milik Pak Hto. Responden yang menyatakan tidak adanya anggota rumahtangga yang bekerja di industri pengolahan tahu milik Pak Hto karena responden dan anggota rumahtangganya sudah memiliki pekerjaan tetap sebelum adanya industri pengolahan tahu milik Pak Hto. Seperti pada lapisan atas sebagian merupakan rumahtangga yang anggota rumahtangganya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS sehingga tidak tertarik untuk berkecimpung di industri pengolahan tahu. Salah seorang responden pada lapisan bawah yang menyatakan anggota rumahtangganya bekerja pada industri pengolahan tahu milik Pak Hto mengakui bahwa awalnya mereka hanya mencoba-coba untuk bekerja di industri pengolahan tahu milik Pak Hto dan mereka diterima bekerja. Berikut penuturan salah satu responden lapisan bawah yang bekerja pada industri pengolahan tahu milik Pak Hto: “Saya waktu itu mencoba melamar ke industri pengolahan tahu, eh…diterima sebagai pekerja di bagian pengemasan tahu bulat. Lumayan bisa bantu-bantu bapak juga, kan bapak hanya bekerja sebagai tukang jualan tempe ” Mbak Nni, 21 tahun, pekerja tahu bulat di industri pengolahan tahu milik Pak Hto. Industri pengolahan tahu milik Pak Hto memperbolehkan bagi siapa saja yang ingin mencoba berkecimpung di pengolahan tahu. Pak Hto tidak menutup kemungkinan bagi siapa saja yang ingin melamar pekerjaan pada industrinya. Pada proses perekrutan pengrajin tahu, Pak Hto tidak membuka lowongan pekerjaan secara terbuka sehingga masyarakat memiliki pendapat bahwa industri pengolahan tahu miliknya hanya merekrut orang-orang dari luar wilayahnya. Pendapat Pak Hto mengenai lowongan pekerjaan terhadap masyarakat lokal, Pak Hto menuturkan siapa saja yang mencoba melamar bekerja di industri pengolahan tahu miliknya, maka akan diterima secara terbuka. Kenyataannya pada saat industri pengolahan tahunya berdiri di Kampung Cikaret, masyarakat lokal di sekitar industri pengoalahan tahu miliknya telah memiliki pekerjaan tetap. Selain memiliki pekerjaan tetap, tidak ada minat dari masyarakat untuk bekerja pada industri pengolahan tahu milik Pak Hto. Industri pengolahan tahu milik Pak Hto yang merupakan salah satu agroindustri pada skala kecil tetapi tidak begitu banyak berperan dalam penyerapan tenaga kerja di wilayahnya, khususnya Kampung Cikaret. Peranan agroindustri sebagai penyerapan tenaga kerja akan berjalan jika diseimbangi dengan minat dan ketertarikan masyarakat lokal terhadap agroindustri.

5.3.3 Persaingan Bekerja di Industri Pengolahan Tahu