Konflik Bau Akibat Limbah Tahu

keributan akibat pencemaran. Jika dilihat dari total jumlah keseluruhan pada lapisan bawah, menengah dan atas yang mengatakan ada keributan mengenai pencemaran di wilayah mereka sebanyak 50 rumahtangga dari 66 rumahtangga. Sisanya sebanyak 16 rumahtangga mengatakan tidak ada keributan mengenai pencemaran di wilayahnya. Responden yang menjawab tidak ada keributan mengenai pencemaran di wilayahnya disebabkan karena mereka tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan bersama sehingga tidak mengetahui bahwa pernah terjadi keributan pencemaran di wilayahnya.

6.4.2 Konflik Bau Akibat Limbah Tahu

Konflik pencemaran dapat saja terjadi dengan berbagai bentuk. Bisa konflik dalam bentuk hanya desas-desus atau responden tidak mengalaminya namun orang lain yang mengalaminya. Bisa konflik dengan bentuk pembicaraan ringan, atau responden dan orang lain sama-sama merasakannya namun belum bisa bertindak tetapi hanya dibicarakan saja. Konflik dapat juga terjadi dalam bentuk teguran atau komplen, yakni dimana ada salah satu pihak yang bertindak dengan menegur pihak yang dirasakan merugikan untuk mencari jalan keluar. Serta konflik dalam bentuk baku hantam, yakni keributan yang terjadi akibat tidak adanya jalan keluar untuk permasalahan. Kehadiran industri pengolahan tahu milik Pak Hto diperbatasan antara wilayah RW 01 Kampung Cikaret menimbulkan berbagai macam dampak baik dampak positif maupun dampak negatif. Kegiatan pengolahan tahu setiap harinya menghasilkan limbah baik cair maupun padat yang dapat menimbulkan bau di sekitar industri. Bukan Hanya bau disekitar industri pengolahan tahu saja tetapi bau pun dapat timbul di sekitar tempat tinggal atau wilayah Kampung Cikaret khususnya RW 01. Ketidaknyamanan mengenai bau akan menimbulkan berbagai masalah dan keributan. Pada Gambar 27 disajikan persentase pendapat responden mengenai konflik yang pernah terjadi akibat bau limbah tahu di sekitar wilayah RW 01 Kampung Cikaret yang merupakan lingkungan tempat tinggal responden. Keterangan: n Kampung Cikaret = 66 rumahtangga Gambar 27. Sikap Responden mengenai Konflik Bau di Sekitar Tempat Tinggal Berdasarkan Gambar 27 lapisan bawah sebesar 63 persen dan lapisan menengah sebesar 64 persen atau sebanyak masing-masing 17 dan 16 rumahtangga yang berpendapat telah terjadi teguran. Sedangkan pada lapisan atas sebesar 79 persen atau 11 rumahtangga yang berpendapat bahwa konflik yang terjadi berupa teguran. Sedangkan yang berpendapat hanya terjadi pembicaraan ringan saja sebesar 26 persen dari lapisan bawah atau sebanyak tujuh rumahtangga. Pada lapisan menengah sebesar 20 persen atau sebanyak lima rumahtangga dan pada lapisan atas sebesar 21 persen atau sebanyak tiga rumahtangga. Pada lapisan bawah sebesar 11 persen atau sebanyak tiga rumahtangga dan lapisan menengah sebesar 16 persen atau sebanyak empat rumahtangga berpendapat hanya desas desus dan mereka tidak merasakan bau yang terjadi. Responden yang berpendapat hanya desas-desus cenderung jarang sekali berada di rumah atau ada juga yang memang rumahnya jauh dari aliran Sungai Cimanglid. Sedangkan responden yang berpendapat hanya pembicaraan ringan adalah responden yang merasakan bau namun intensitasnya tidak terlalu sering. Pada lapisan bawah, lapisan menengah dan lapisan atas yang berpendapat telah terjadi teguran, responden cenderung merupakan pengurus RT, tokoh masyarakat yang dituakan di wilayah Kampung Cikaret. Responden lainnya yang berpendapat ada konflik berupa teguran merupakan responden yang memang rumahnya berada persis di dekat ataupun di pinggir Sungai Cimanglid dan di dekat pertemuan aliran Sungai Cimanglid dan Sungai Cikaret.

6.3.3 Konflik Terganggunya Kualitas Sumber Air Bersih