Kekuatan Kelemahan Analisis pengembangan perikanan gillnet di kabupaten Pontianak provinsi Kalimantan Barat

4.11.5 Rekomendasi Prioritas Strategi

Hasil analisis SWOT terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal menghasilkan lima strategi umum yang selajutnya diformulasikan dengan analisis QSPM untuk menetapkan strategi prioritas. Penentuan peringkat berpedoman pada total nilai daya tarik TNDT masing-masing alternatif strategi yang ada. Jumlah nilai yang tertinggi berarti menunjukkan bahwa strategi tersebut lebih menarik untuk dilaksanakan dibanding strategi lainnya. Tabel 9 Total nilai daya tarik TNDT alternatif strategi pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak No Alternatif Strategi TNDT Ranking 1. Memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah. 5.870 III 2. Pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet. 5.991 I 3. Pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah. 5.921 II 4. Penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan. 5.309 V 5. Penerapan subsidi BBM perikanan. 5.859 IV Sumber : data olahan hasil tanggapan responden Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa prioritas pertama dalam pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak adalah pada alternatif strategi pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet TNDT=5.991, kemudian peringkat kedua adalah strategi pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah dengan nilai 5.921. Peringkat strategi berikutnya adalah memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah TNDT=5.870, kemudian strategi penerapan subsidi BBM perikanan TNDT=5.859 dan yang terakhir adalah penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan TNDT=5.309. 5 PEMBAHASAN

5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

Metode surplus produksi telah banyak diaplikasikan dalam pendugaan stok perikanan tangkap, karena metode ini menerapkan integrasi berbagai model sederhana yang saling berkaitan antara data-data kuantitatif dasar pada dinamika populasi dan data tersebut dapat diambil dari statistik catch dan effort pada rentang waktu tertentu Shirakihara 1994. Upaya penangkapan gillnet pada kurun waktu tahun 2000-2009 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat Gambar 17. Upaya penangkapan terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 523 trip, dan upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 976 trip. Peningkatan upaya tangkap tersebut diduga karena penambahan jumlah armada gillnet dari tahun ke tahun sehingga mempengaruhi stok sumberdaya ikan yang ada. Pertambahan jumlah armada gillnet menunjukkan tingginya minat masyarakat Kabupaten Pontianak untuk berusaha di bidang ini. Trend produksi pada sepuluh tahun terakhir Gambar 16, menunjukkan penurunan hasil tangkapan hal ini diduga karena penurunan jumlah stok alami akibat tingginya tingkat upaya penangkapan, serta penggunaan alat tangkap gillnet dengan ukuran mata jaring mesh size yang sangat kecil, sehingga menurunkan populasi ikan target. Nilai CPUE catch per unit effort digunakan untuk mengetahui kecendrungan produktivitas suatu alat tangkap dalam kurun waktu tertentu. Nilai CPUE ditentukan oleh jumlah hasil tangkapan dan jumlah upaya yang ditempuh oleh alat tangkap tersebut per satuan waktu. Grafik yang diperlihatkan pada Gambar 18 adalah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan CPUE dari alat tangkap gillnet di Kabupaten Pontianak dalam kurun waktu 2000-2009 yang menunjukkan kecenderungan penurunan. Hal ini diduga terjadi karena tingkat upaya yang cenderung meningkat sehingga target tangkapan berkurang jumlahnya. Penambahan effort untuk meningkatkan produksi tidak selalu menghasilkan hasil positif. Pada batas-batas tertentu penambahan effort akan menurunkan hasil tangkapan, hal tersebut terjadi karena pemanfaatan sumberdaya