Gambar 26 Hubungan antara tinggi jaring gillnet m dengan hasil tangkapan kgtrip yang dioperasikan oleh kapal gillnet di Kabupaten
Pontianak.
Dari ketiga gambar di atas terlihat bahwa hasil tangkapan yang didapat nelayan akan meningkat seiring dengan penambahan kekuatan mesin kapal, serta
panjang dan tinggi jaring yang digunakan.
4.10 Analisis Kelayakan Finansial
Analisis aspek finansial meliputi perhitungan terhadap kriteria ekonomi, yaitu efisiensi usaha dan investasi. Efisiensi usaha terdiri dari penerimaan kotor
per trip atau penerimaan kotor per tahun. Sedangkan analisis investasi meliputi Break Even Point BEP, net BC ratio, NPV, IRR dan Payback Period. Penilaian
berdasarkan kelayakan finansial terhadap masing-masing kriteria tersebut dihitung dengan nilai discount rate sebesar 6 dalam jangka waktu 10 tahun.
4.10.1 Investasi Usaha
Pertimbangan yang paling diperhatikan dalam membuat atau merancang suatu usaha yang menguntungkan adalah apabila investasi yang dilakukan dapat
dikembalikan dengan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini, rata-rata uang yang harus disediakan untuk memulai usaha perikanan gillnet adalah sebesar Rp108
020 000.00 yang terdiri dari komponen pembelian kapal 47.26, mesin kapal 11.38, alat tangkap gillnet 32.54 dan mesin roller 8.83. Dari hasil
400 800
1200 1600
2000
15 16
17 18
19 20
21 Lebar Jaring m
P ro
d u
k si
k g
t r
ip
y=48,19x + 362,9
wawancara didapatkan keterangan bahwa modal investasi didapat dari investasi pribadi dan pinjaman dari pihak lain.
4.10.2 Biaya Tetap fixed cost dan Biaya Tidak Tetap variabel cost
Biaya tetap fixed cost dalam penelitian ini adalah biaya operasional dan biaya penyusutan. Biaya operasional terdiri dari biaya pembelian BBM solar,
oli, minyak tanah, ransum perbekalan dan es, sedangkan biaya penyusutan adalah biaya yang tidak secara langsung merupakan pengeluaran uang akan tetapi
biaya ini dihitung berdasarkan faktor depresi modal usaha akibat bertambahnya umur usaha. Biaya ini didapat dari membagi biaya investasi per komponen dengan
daya tahannya per tahun. Biaya tidak tetap dalam operasi armada gillnet adalah biaya perawatan,
sumbangan pihak ketiga retribusi serta upah nahkoda dan ABK. Rincian biaya tetap dan tidak tetap dalam operasi armada gillnet di Kabupaten Pontianak dapat
dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Biaya tetap dan tidak tetap rata-rata per tahun yang dikeluarkan
pengusaha unit penangkapan gillnet di Kabupaten Pontianak
No Komponen Biaya
Biaya Per Tahun Rp A
Biaya Tetap : 1. Operasional
a. BBM 32 481 000.00
b. Oli 1 170 000.00
c. Minyak tanah 655 200.00
d. Ransum 6 660 000.00
e. Es 10 260 000.00
2. Penyusutan a. Komponen Kapal
3 316 996.00 b. Komponen Mesin Kapal
906 391.00 c. Komponen Alat tangkap
3 973 089.00 d. Komponen mesin roller
834 000.00 Total Biaya Tetap :
60 256 676.00 B
Biaya Tidak Tetap : 1. Perawatan
25 000 000.00 2. Sumbangan pihak ke-3
4 500 000.00 3. Upah Nahkoda dan ABK
80 116 075.00 Total Biaya Tidak tetap :
109 616 075.00 Total Biaya =
169 872 751.00
Dari Tabel 5 terlihat bahwa total biaya per tahun untuk pengoperasian armada gillnet di Kabupaten Pontianak adalah sebesar Rp169 872 751.00 dengan
rincian biaya tetap Rp60 256 676.00 dan biaya tidak tetap sebesar Rp109 616 075.00. Biaya perawatan yang dikeluarkan termasuk biaya perbaikan alat tangkap
yang rusak, perbaikan mesin kapal, bodi kapal dan roller. Biaya sumbangan pihak ketiga retribusi adalah sebesar Rp4 500 000.00 per tahun.
Upah nahkoda dan ABK dikeluarkan setelah hasil jual dipotong dengan seluruh biaya penangkapan dalam satu trip dan dibagi 50 dengan pemilik kapal.
Pembagian antara nahkoda dengan ABK sendiri seperti yang telah dijelaskan di atas sub bab 4.6 adalah nahkoda yang sekaligus fishing master mendapat bagian
18, sedangkan masing-masing ABK mendapat bagian 16 dari hasil bersih.
4.10.3 Analisis Investasi Ekonomi