Kekuatan Kelemahan Peluang Kekuatan

Tabel 7 Matrik evaluasi faktor strategis internal perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Total Skor

A. Kekuatan

1 Kelembagaan Nelayan 0.070 3 0.210 2 Motivasi Nelayan 0.082 4 0.328 3 Informasi Pasar 0.068 3 0.204 4 Keuntungan Usaha 0.080 4 0.320 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 0.070 3 0.210 6 Komoditas Hasil Tangkapan 0.077 4 0.308 Jumlah 0.447 1.580

B. Kelemahan

1 Sumber daya manusia 0.089 1 0.089 2 Pembinaan 0.070 2 0.140 3 Kebijakan Pemerintah 0.082 1 0.082 4 Sarana dan Prasarana 0.080 1 0.080 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 0.070 2 0.140 6 Modal Usaha 0.077 1 0.077 7 Keterampilan Nelayan 0.084 1 0.084 Jumlah 0.552 0.692 T O T A L 0.999 2.272 Sumber : data olahan hasil tanggapan responden 2009.

4.11.2 Faktor Strategis Eksternal

Faktor strategis eksternal terdiri dari peluang yang dapat dimanfatkan dan ancaman yang harus dihindari untuk mencapai keberhasilan dalam upaya pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak. Faktor-faktor strategis eksternal tersebut disajikan dalam bentuk matrik evaluasi seperti Tabel 8 berikut : Tabel 8 Matrik evaluasi faktor strategis eksternal perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total Skor

A. Peluang

1 Sumber Daya Ikan 0.095 2 0.190 2 Otonomi Daerah 0.063 3 0.189 3 Ketersediaan Kredit 0.074 3 0.222 4 Harga Jual 0.091 3 0.273 5 Potensi Pasar 0.081 2 0.162 6 Pertumbuhan Ekonomi 0.067 2 0.134 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 0.086 3 0.258 Jumlah 0.557 1.428

B. Ancaman

1 Harga BBM 0.084 2 0.168 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 0.070 3 0.210 3 Hasil Tangkapan dari Daerah Lain 0.058 3 0.174 4 Infrastruktur Penunjang 0.074 2 0.148 5 Kondisi Cuaca 0.081 1 0.081 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 0.074 3 0.222 Jumlah 0.441 1.003 T O T A L 0.998 2.431 Sumber : data olahan hasil tanggapan responden 2009.

4.11.3 Matriks Internal Eksternal

Untuk mengetahui strategi umum grand strategy dalam pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak, dilakukan analisis matrik internal eksternal I-E. Matriks ini didasarkan pada dua indikator kunci yaitu skor total IFE Internal Factor Evaluation pada sumbu x dan skor total EFE External Factor Evaluation pada sumbu y. Berdasarkan perhitungan faktor-faktor strategis pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak diperoleh total skor IFE sebesar 2.272 dan total skor EFE sebesar 2.431. Matriks I-E untuk pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dapat dilihat pada gambar berikut : 3.0 2.0 1.0 TOTAL NILAI IFE YANG DIBERI BOBOT 4.0 Kuat 3.0-4.0 Rata-rata 2.0-2.99 Lemah 1.0-1.99 T O T A L N IL AI E F E Y A N G D IB ERI BO BO T Tinggi 3.00-4.00 I II III Sedang 2.0-2.99 IV Internal : 2.272 V Eksternal : 2.431 VI Rendah 1.00-1.99 VII VIII IX 1.0 Gambar 27 Matriks I-E terhadap pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak. Skor total IFE pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak berada pada posisi internal rata-rata dan skor total EFE berada pada posisi eksternal menengah. Dengan demikian posisi pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak berada pada posisi sel V seperti pada Gambar 27 di atas.

4.11.4 Analisis SWOT

Analisis matriks SWOT menghasilkan beberapa alternatif strategi seperti diperlihatkan pada Gambar 28 berikut ini : 3.0 2.0 Faktor Internal Faktor Eksternal KEKUATAN S S1 Kelembagaan Nelayan 0.21 S2 Motivasi Nelayan 0.328 S3 Informasi Pasar 0.204 S4 Keuntungan Usaha 0.32 S5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 0.21 S6 Komoditas Hasil Tangkapan 0.308 KELEMAHAN W W1 Sumber daya manusia 0.089 W2 Pembinaan 0.14 W3 Kebijakan Pemerintah 0.082 W4 Sarana dan Prasarana 0.08 W5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 0.14 W6 Modal Usaha 0.077 W7 Keterampilan Nelayan 0.084 PELUANG 0 O1 Sumber Daya Ikan 0.19 O2 Otonomi Daerah 0.189 O3 Ketersediaan Kredit 0.222 O4 Harga Jual 0.273 O5 Potensi Pasar 0.162 O6 Pertumbuhan Ekonomi 0.134 O7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 0.258 Strategi S-O 1. Memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah. Strategi W-O 1. Pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet. ANCAMAN T T1 Harga BBM 0.168 T2 Tuntutan Produk Ikan Segar 0.21 T3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 0.174 T4 Infrastruktur Penunjang 0.148 T5 Kondisi Cuaca 0.081 T6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 0.222 Strategi S-T 1. Pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen temasuk pabrik pengolah. Strategi W-T 1. Penerapan Sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan. 2. Penerapan subsidi BBM perikanan Gambar 28 Alternatif strategi pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak Empat set strategi tersebut adalah strategi kekuatan-peluang S-O yaitu memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah, strategi kelemahan-peluang W-O yaitu pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet, strategi kekuatan ancaman S-T yaitu pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah dan set strategi ke empat adalah 1 penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan dan 2 penerapan subsidi BBM perikanan.

4.11.5 Rekomendasi Prioritas Strategi

Hasil analisis SWOT terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal menghasilkan lima strategi umum yang selajutnya diformulasikan dengan analisis QSPM untuk menetapkan strategi prioritas. Penentuan peringkat berpedoman pada total nilai daya tarik TNDT masing-masing alternatif strategi yang ada. Jumlah nilai yang tertinggi berarti menunjukkan bahwa strategi tersebut lebih menarik untuk dilaksanakan dibanding strategi lainnya. Tabel 9 Total nilai daya tarik TNDT alternatif strategi pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak No Alternatif Strategi TNDT Ranking 1. Memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah. 5.870 III 2. Pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet. 5.991 I 3. Pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah. 5.921 II 4. Penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan. 5.309 V 5. Penerapan subsidi BBM perikanan. 5.859 IV Sumber : data olahan hasil tanggapan responden Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa prioritas pertama dalam pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak adalah pada alternatif strategi pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet TNDT=5.991, kemudian peringkat kedua adalah strategi pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah dengan nilai 5.921. Peringkat strategi berikutnya adalah memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah TNDT=5.870, kemudian strategi penerapan subsidi BBM perikanan TNDT=5.859 dan yang terakhir adalah penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan TNDT=5.309. 5 PEMBAHASAN

5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

Metode surplus produksi telah banyak diaplikasikan dalam pendugaan stok perikanan tangkap, karena metode ini menerapkan integrasi berbagai model sederhana yang saling berkaitan antara data-data kuantitatif dasar pada dinamika populasi dan data tersebut dapat diambil dari statistik catch dan effort pada rentang waktu tertentu Shirakihara 1994. Upaya penangkapan gillnet pada kurun waktu tahun 2000-2009 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat Gambar 17. Upaya penangkapan terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 523 trip, dan upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 976 trip. Peningkatan upaya tangkap tersebut diduga karena penambahan jumlah armada gillnet dari tahun ke tahun sehingga mempengaruhi stok sumberdaya ikan yang ada. Pertambahan jumlah armada gillnet menunjukkan tingginya minat masyarakat Kabupaten Pontianak untuk berusaha di bidang ini. Trend produksi pada sepuluh tahun terakhir Gambar 16, menunjukkan penurunan hasil tangkapan hal ini diduga karena penurunan jumlah stok alami akibat tingginya tingkat upaya penangkapan, serta penggunaan alat tangkap gillnet dengan ukuran mata jaring mesh size yang sangat kecil, sehingga menurunkan populasi ikan target. Nilai CPUE catch per unit effort digunakan untuk mengetahui kecendrungan produktivitas suatu alat tangkap dalam kurun waktu tertentu. Nilai CPUE ditentukan oleh jumlah hasil tangkapan dan jumlah upaya yang ditempuh oleh alat tangkap tersebut per satuan waktu. Grafik yang diperlihatkan pada Gambar 18 adalah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan CPUE dari alat tangkap gillnet di Kabupaten Pontianak dalam kurun waktu 2000-2009 yang menunjukkan kecenderungan penurunan. Hal ini diduga terjadi karena tingkat upaya yang cenderung meningkat sehingga target tangkapan berkurang jumlahnya. Penambahan effort untuk meningkatkan produksi tidak selalu menghasilkan hasil positif. Pada batas-batas tertentu penambahan effort akan menurunkan hasil tangkapan, hal tersebut terjadi karena pemanfaatan sumberdaya ikan yang ada sangat intensif sehingga mempengaruhi stok alami bahkan sangat dirasakan oleh para nelayan. Keseimbangan MSY menggambarkan kondisi maksimum lestari sumberdaya secara biologi Dinarwan 1993. Dari grafik hubungan antara hasil tangkapan lestari dengan upaya penangkapan lestari perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak tahun 2000-2009 Gambar 20 dapat dilihat bahwa effort dan hasil tangkapan tahun 2001-2009 telah melewati batas upaya penangkapan MSY, ini berarti perairan tempat beroperasinya armada gillnet tersebut telah sangat jenuh, dan apabila tidak dikendalikan maka akan terjadi pengurasan terhadap sumber daya ikan yang ada biological overfishing. Pengendalian effort dapat dilakukan dengan pengelolaan trip, closed and open system pada daerah tangkapan tertentu dan pengembangan teknologi kapal ikan yang lebih modern sehingga usaha penangkapan menjadi lebih effektif dan efisien.

5.2 Analisis Bio-Ekonomi Perikanan Gillnet

Keluaran model bioekonomi meliputi empat kondisi keseimbangan pengelolaan Tabel 2, yaitu : 1 kondisi pengelolan rerata aktual, 2 kondisi pengelolaan MSY, 3 kondisi pengelolaan MEY, dan 4 kondisi pengelolaan open acces. Tingkat upaya penangkapan kondisi rata-rata aktual yaitu sebesar 756 trip per tahun telah melewati tingkat pengupayaan MSY yaitu sebesar 547 trip per tahun Gambar 21. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat upaya yang dilakukan telah melewati tingkat optimum sehingga diperlukan upaya pengendalian jumlah trip atau armada agar nelayan mendapatkan manfaat dari hasil tangkapan yang lebih baik. Tingkat upaya terbesar terdapat pada pengelolaan yang open access, hal ini karena para pelaku usaha nelayan dibebaskan untuk secara terbuka memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan upaya penangkapan mereka masing-masing dan saling bersaing untuk mendapatkan produksi maksimal dengan nelayan yang lain. Pada model pengelolaan MEY upaya penangkapan paling sedikit, sehingga biaya pengeluaran akan dapat ditekan semaksimal mungkin, akan tetapi hasil rente ekonomi yang didapat akan menjadi maksimal. Tingkat produksi tertinggi terjadi pada pola pengelolaan MSY dan MEY Gambar 22 sedangkan tingkat produksi aktual masih dapat dikembangkan. Dengan pendekatan bio- ekonomi dapat dilihat bahwa pada kondisi rata-rata aktual, produksi perikanan gillnet adalah sebesar 635 079.8 kg per tahun dan masih dapat ditingkatkan hingga mencapai MEY yaitu sebesar 783 400.52 kg per tahun sehingga peluang peningkatan produksi masih dapat dilakukan yaitu sekitar 148 320.72 kg per tahun. Pada kondisi pengelolaan MSY produksi yang diperoleh sebesar 789 665.3 kg per tahun dan pada kondisi open access produksinya menurun hingga sebesar 256 282.68 kg per tahun. Produksi yang rendah pada kondisi open access dipengaruhi oleh tingkat eksploitasi yang berlebihan effort tidak terkendali sehingga memacu penurunan stok yang berpengaruh menurunnya hasil tangkapan nelayan. Dalam penelitian ini manfaat ekonomi diperoleh pada kondisi MEY sebesar Rp7 250 442 807.00 per tahun Gambar 23. Rente ekonomi diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan oleh setiap unit penangkapan per tahun. Jumlah effort yang digunakan pada kondisi MEY adalah paling sedikit dibandingkan dengan kondisi pengelolaan lainnya Gambar 21, tetapi produksinya tertinggi Gambar 22, sehingga manfaat ekonominya akan diperoleh secara maksimum Gambar 23. Kondisi MEY merupakan keseimbangan bio-ekonomi di mana manfaat sumberdaya menghasilkan produksi maksimum secara ekonomi dan tingkat upaya optimal secara sosial. Kondisi MEY ini merupakan kondisi ideal dalam pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Tingkat rente ekonomi pada kondisi open access tidak akan diperoleh karena total penerimaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan, dan telah melampaui kondisi MSY. Pada upaya yang lebih rendah dari E msy pendapatan nelayan akan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan sehingga sangat menguntungkan dan memacu mereka untuk meningkatkan effortnya. Apabila effort pada posisi lebih besar dari E msy tidak terkontrol maka usaha akan merugi atau telah terbentuk titik keseimbangan open access di mana total penerimaan sama dengan total pengeluaran upaya sehingga akan terjadi alokasi sumberdaya yang tidak tepat missalocation karena kelebihan faktor produksi. Perikanan yang open access ini menurut Fauzi dan Anna 2004 dapat menimbulkan kondisi economic overfishing. Dengan penerapan konsep model keseimbangan bio-ekonomi seperti ini, sumber daya ikan dapat terjaga kelestariannya dan di sisi lain pelaku usaha seperti nelayan dapat terus mendapatkan keuntungan secara finansial dari usahanya. Dari penelitian ini keseimbangan bio-ekonomi dicapai pada kondisi produksi 783 400.52 kg per tahun dengan tingkat upaya 498 trip per tahun dan dengan rente ekonomi sebesar Rp7 250 442 807.00 per tahun.

5.3 Analisis Fungsi Produksi Perikanan Gillnet

Uji F digunakan untuk menilai ketujuh faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas hasil tangkapan gillnet secara bersama-sama. Hasilnya menunjukkan terdapat pengaruh nyata pada taraf α 0.05 Tabel 3 antara faktor produksi yang diduga dengan produktivitas hasil tangkapan. Hal ini menunjukkan bahwa input faktor produksi sangat mempengaruhi keberhasilan upaya penangkapan. Penilaian lanjutan secara parsial tidak menunjukkan hasil yang serupa Tabel 4, dimana hanya faktor kekuatan mesin kapal PK, panjang jaring m, dan tinggi jaring m yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan pada tingkat α 0.01. Sedangkan faktor ukuran kapal, jumlah BBM, jumlah ABK dan lama operasi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi karena nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t tabel pada tingkat selang kepercayaan α 0.1. Kekuatan mesin berpengaruh pada daya dorong gerak dari kapal, semakin baik kekuatan mesin maka semakin baik pula kecepatan dan akselerasi kapal. Kekuatan mesin kapal akan sangat menentukan kecepatan kapal sampai mencapai fishing ground dan menuju tempat di mana ikan banyak terdapat. Berdasarkan Gambar 24 terlihat bahwa dengan penambahan kekuatan mesin maka produksi juga akan naik secara linier, sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat kekuatan mesin kapal gillnet yang paling optimal di Kabupaten Pontianak adalah 360 PK dengan merek mesin Fuso. Dengan kapal yang relatif bergerak cepat, maka efisiensi dalam setting alat tangkap gillnet juga sangat baik. Kekuatan mesin yang besar juga perlu didukung oleh ukuran kapal dan jumlah pemakaian BBM yang seimbang, dengan kata lain secara tidak langsung ukuran kapal dan konsumsi BBM juga mempengaruhi hasil tangkapan. Cara operasi kapal gillnet adalah dimana saat setting jaring gillnet mesin dihidupkan dan kapal berjalan mundur, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk efisiensi waktu setting dan agar jaring gillnet yang terbentang dapat tegak lurus melawan arus. Dari sini terlihat bahwa bila jumlah jaring yang dipakai semakin banyak panjang maka diperlukan kekuatan mesin yang lebih besar pula untuk mengimbangi cara pengoperasian alat tangkap tersebut. Panjang jaring gillnet yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Pontianak adalah berkisar antara 3 600-7 200 meter. Panjang jaring optimum adalah 7 200 meter. Terlihat bahwa hasil tangkapan akan meningkat seiring dengan peningkatan panjang jaring Gambar 25. Panjang jaring berpengaruh terhadap banyaknya hasil tangkapan, dengan dugaan bahwa semakin panjang jaring maka akan semakin besar pula luasan jaring catch able area yang terbentang sehingga kemungkinan peluang tertangkapnya ikan semakin besar. Jika dibandingkan dengan ukuran panjang jaring yang lebih kecil, maka luas cakupan jaring lebih kecil pula, sehingga kemungkinan ikan untuk meloloskan diri juga semakin besar. Panjang jaring menentukan besar dari indeks fishing power sebuah unit penangkapan. Panjang jaring yang lebih besar serta ukuran yang lebih besar dengan waktu operasi yang lebih lama diharapkan mempunyai kekuatan untuk menangkap ikan yang lebih optimal. Tinggi jaring gillnet yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Pontianak adalah berkisar antara 16.2-19.8 meter. Tinggi jaring optimum adalah 19.8 meter. Dari Gambar 26 terlihat bahwa semakin tinggi jaring gillnet maka akan semakin banyak pula ikan yang tertangkap. Hal tersebut berkaitan dengan swimming layer ikan yang menjadi target penangkapan. Ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan pelagis besar dan kecil yang memiliki daya jelajah ruaya pada kedalaman 10-30 meter, sehingga penambahan tinggi jaring akan menambah peluang ikan untuk tertangkap selain dari luasan jaring yang menjadi bertambah besar. Formula fungsi produksi perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda adalah dirumuskan sebagai berikut : Y = 3 300 + 125 GT + 10.8 PK – 5.91 BBM + 0.441 Panjang + 102 lebar – 921 ABK – 361 Hari Nilai intersept yang diperoleh adalah sebesar 3 300 yang menunjukkan bahwa titik potong garis regresi terletak pada sumbu Y positif. Ukuran kapal, kekuatan mesin, panjang dan lebar jaring memiliki nilai koefisien yang positif, ini berarti bahwa penambahan seluruh faktor produksi tersebut akan meningkatkan produksi alat tangkap gillnet, demikian juga sebaliknya.

5.4 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Gillnet

Hasil analisis finansial usaha perikanan gillnet menunjukkan bahwa nilai NPV adalah sebesar Rp192 365 576.02. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada tingkat suku bunga 6 nilai NPV masih menunjukkan nilai positif NPV0 sehingga pada tingkat opportunity discount rate 6 investasi di usaha perikanan gillnet ini layak untuk dilakukan. Alat analisis lain yang dapat digunakan untuk menentukan kriteria layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan adalah dengan menghitung net BC ratio. Bila net BC ratio 1 maka usaha tersebut dapat dilakukan, sedangkan bila net BC ratio 1, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai net BC ratio sebesar 1.47 lebih besar dari 1 yang berarti bahwa setiap biaya Rp1.00 yang dikeluarkan akan dapat dikembalikan sebesar Rp1.47, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi usaha perikanan gillnet layak untuk dilaksanakan. IRR menunjukkan persentase keuntungan yang akan diperoleh tiap tahun atau merupakan kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga bank. Hal ini berarti IRR sama dengan tingkat bunga discount factor DF pada waktu NPV=0. Menghitung besarnya IRR dilakukan dengan mencari nilai NPV positif dan negatif yang kemudian dilakukan interpolasi. Apabila IRR tingkat suku bunga bank, maka usaha tersebut layak dilakukan dan apabila IRR tingkat suku bunga bank, maka usaha tersebut tidak layak dilakukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai IRR sebesar 38 yang berarti bahwa bila dibandingakan dengan tingkat bunga bank sebesar 6, investasi usaha perikanan gillnet ini masih jauh lebih menguntungkan. Kapasitas produksi minimum yang harus diproduksi dihitung dengan menggunakan analisis titik impas break even point BEP. Analisis BEP dapat merumuskan pada titik mana tercapai penerimaan sama dengan biaya. Skala atau volume usaha yang dilakukan harus di atas titik impas. Perhitungan titik impas usaha perikanan gillnet menunjukkan produksi minimum yang harus dicapai adalah sebesar hasil tangkapan 16 ton atau pada nilai penjualan sebesar Rp107 366 802.47 per tahun. Apabila dibandingkan dengan kapasitas produksi yang direncanakan maka hal ini akan lebih kecil, sehingga layak untuk diusahakan. Dari hasil perhitungan PBP, usaha ini menunjukkan waktu pengembalian modal investasi selama 2.55 tahun. Hal ini berarti investasi yang dikeluarkan akan kembali pada tahun ke-3 umur investasi. Dengan melihat hasil perhitungan analisis finansial Tabel 6 dapat direkomendasikan bahwa usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak layak untuk dikembangkan. 5.5 Analisis Pengambangan Perikanan Gillnet melalui SWOT dan QSPM 5.5.1 Faktor Strategis Internal Beberapa faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak adalah sebagai berikut : a. Faktor Kekuatan 1. Kelembagaan Nelayan Dilihat dari aspek kelembagaan nelayan, nelayan di Kabupaten Pontianak sebagian besar telah tergabung dalam kelompok-kelompok nelayan yang selama ini dibina oleh Dinas Perikanan dan Kelautan setempat. Selain itu mereka juga mempunyai wadah penyalur aspirasi dan perkumpulan yaitu Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia HNSI dalam hal ini cabang Kabupaten Pontianak. Kelembagaan ini dinilai cukup baik dalam sumbangannya untuk pengembangan perikanan gillnet khususnya dan perikanan tangkap pada umumnya. 2. Motivasi Nelayan Motivasi adalah kondisi dalam diri individu yang berhubungan dengan rangsangan sehingga mendorong seseorang bertindak untuk mencapai tujuan. Sahlan 2002 mengemukakan bahwa ada tiga motivasi yang sering dijumpai pada kehidupan manusia yaitu : motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi dan motivasi berkuasa. Dengan demikian motivasi berperan dalam menentukan perkembangan dan keberhasilan suatu usaha. Dikaitkan dengan keragaan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak, motivasi tersebut pada nelayan masih terlihat, hal ini dapat dibuktikan dengan semakin berkembangnya usaha perikanan mereka. 3. Informasi Pasar Cukup dekatnya jarak antara pelaku usaha dengan pasar di Kabupaten Pontianak yaitu letak pasar di Kota Pontianak dan Mempawah membuat para pelaku usaha dengan cepat dapat mengetahui dan menjangkau informasi setiap waktu. Dengan demikian peluang ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan usaha dan mensuplai komoditas sesuai kebutuhan masyarakat konsumen. 4. Keuntungan Usaha Tingkat keuntungan usaha merupakan suatu pertimbangan bagi para pengusaha untuk menekuni suatu usaha. Selama ini secara umum masyarakat masih beranggapan bahwa usaha perikanan merupakan usaha yang high risk low return tetapi sangat menjanjikan. 5. Jaringan Pemasaran Dalam Daerah Sifat umum konsumen yang kadangkala menghadapi ketidakpastian tentang informasi suatu produk yang sama tetapi ditawarkan oleh produsen yang berbeda dan umumnya konsumen lebih suka menghindari resiko, menyebabkan konsumen lebih menyukai pilihan pasti. Hal ini dapat menjadi keunggulan nelayan di daerah ini dalam memasarkan produknya, karena dekatnya jarak antar produsen dan konsumen produk perikanan di Kabupaten Pontianak memberikan tingkat kepercayaan konsumen menjadi lebih baik kepada produsen dalam daerah. Seperti alasan keamanan pangan, produk perikanan di daerah ini dapat langsung diketahui dan dinilai keamanannya oleh konsumen. 6. Komoditas Hasil Tangkapan Hasil tangkapan nelayan gillnet di Kabupaten Pontianak merupakan ikan- ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi. Hasil tangkapan ini memberi kekuatan untuk menambah peluang pengembangan perikanan gillnet di masa yang akan datang. b. Faktor Kelemahan 1. Sumber Daya Manusia Salah satu sumber inefisiensi dalam pengusahaan pengembangan perikanan adalah kurangnya kualitas sumberdaya manusia. Masih lemahnya sumberdaya manusia akan menjadi hambatan dalam percepatan proses transfer teknologi dan pengetahuan dalam memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya yang tersedia. Dari hasil wawancara yang dilakukan di lokasi penelitian diketahui bahwa sebagian besar nelayan responden berpendidikan sekolah dasar atau sederajat dan bahkan ada yang tidak tamat pendidikan dasar tersebut. 2. Pembinaan Pembinaan seharusnya tidak hanya dilakukan dalam hal teknis saja namun juga pada masalah manajemen usaha, pemasaran dan kelembagaan. Pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh instansi terkait selama ini dirasakan masih kurang optimal dan masih tergantung pada proyek, sehingga pembinaan hanya dilaksanakan selama anggaran proyek berjalan. 3. Kebijakan Pemerintah Kebijakan adalah suatu keputusan yang memberikan arahan untuk mencari solusi terhadap permasalahan khusus yang berkembang di masyarakat. Kebijakan yang tepat akan memberikan dampak positif sesuai dengan apa yang diharapkan. 4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di bidang perikanan tangkap belum sepenuhnya memadai, walaupun dalam waktu dekat akan dibangun pelabuhan perikanan yang representatif. Untuk meningkatkan produktivitas nelayan perlu dibenahi sarana dan prasarana yang ada baik pasar ikan, pelabuhan perikanan, akses jalan dan angkutan serta yang tidak kalah penting adalah sarana armada yang baik. 5. Jaringan Pemasaran Luar Daerah Peluang pemasaran ke luar daerah sebenarnya sangat terbuka lebar, tetapi sampai saat ini masih terfokus di dalam Provinsi Kalimantan Barat saja. Ini merupakan kelemahan pelaku usaha di daerah ini, untuk itu perlu dilakukan terobosan oleh steakholder yang terkait agar produk hasil perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dapat dipasarkan juga di luar provinsi. 6. Modal Usaha Lemahnya akses permodalan memperlemah posisi nelayan untuk mengembangkan usahanya. Hal ini disebabkan oleh tingkat kepercayaan bank sebagai institusi permodalan terhadap sektor perikanan sangat rendah. Untuk bisa mengakses modal nelayan harus menyiapkan agunan yang rata-rata tidak dapat mereka penuhi. 7. Keterampilan Nelayan Dalam pengembangan perikanan gillnet, keterampilan nelayan sangat memegang peran penting termasuk penguasaan teknologi tepat guna dan efektif. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan diarahkan agar nelayan dapat menguasai teknologi baru.

5.5.2 Faktor Strategis Eksternal

Faktor strategis eksternal terdiri dari peluang yang dapat dimanfatkan dan ancaman yang harus dihindari untuk mencapai keberhasilan dalam upaya pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak. a. Faktor Peluang 1. Sumber Daya Ikan Sumber daya ikan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan, karena sumber daya ikan yang tertangkap oleh alat tangkap gillnet sangat melimpah keberadaannya di perairan Kabupaten Pontianak, hal ini terbukti dari meningkatnya produktivitas alat tangkap tersebut dari tahun ke tahun. 2. Otonomi Daerah Diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah untuk mengatur diri sendiri melalui local government dan melaksanakan pembangunan termasuk pembangunan perikanan sesuai prakarsa dan karakteristik daerah kondisi geografis, sumber daya alam, dan sosial budaya masyarakat masing-masing. 3. Ketersediaan Kredit Ketersediaan kredit dari lembaga keuangan yang ada di Kabupaten Pontianak seperti BRI dengan Kredit Usaha Rakyat KUR, Bank Pembangunan Daerah Bank Kalbar, Koperasi simpan pinjam dan Koperasi Mina merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam menyediakan modal dan kesempatan mengembangkan usaha. 4. Harga Jual Harga komoditas ikan hasil tangkapan nelayan gillnet di Kabupaten Pontianak sangat baik dan menjanjikan. Perminataan masyarakat juga sangat baik karena sebagian besar masyarakat di Kalimantan Barat sangat menyenangi makan ikan laut. 5. Potensi Pasar Potensi pasar perikanan di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Pontianak sangat baik karena letak geografis yang berdekatan dengan negara tetangga dan pasar internasional. Selain itu ibu kota Kabupaten Pontianak yaitu Mempawah dekat dengan Kota Pontianak yang merupakan pasar lokal yang baik. 6. Pertumbuhan Ekonomi Besarnya laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pontianak dapat dilihat berdasarkan kenaikan PDRB setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pontianak selama periode tahun 2003-2007 telah tumbuh dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 3.68. Dengan semakin baiknya pertumbuhan ekonomi tersebut maka akan meningkatkan daya beli masyarakat, dengan demikian permintaan komoditas perikanan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat akan semakin baik pula. 7. Teknologi Alat Tangkap dan Armada Kapal Pengembangan teknologi alat tangkap dan penambahan kapasitas armada kapal terus dilakukan oleh pemerintah setempat. Apabila kekuatan armada sangat baik dan memiliki daya jelajah yang relatif jauh maka dapat diharapkan hasil tangkapan nelayan juga akan maksimal. b. Faktor Ancaman 1. Harga BBM Harga BBM khususnya solar dan minyak tanah merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan usaha perikanan tangkap, hal ini karena BBM merupakan komponen oprasional yang paling besar pada setiap operasi penangkapan. Dari tahun ke tahun kecenderungan harga BBM akan naik sejalan dengan naiknya harga minyak dunia. 2. Tuntutan Produk Ikan Segar Selain tuntutan kuantitas, saat ini masyarakat telah mulai sadar akan pentingnya kualitas mutu produk perikanan. Penanganan produk perikanan selama ini dilakukan dengan metode sederhana dan tradisional yang mungkin dapat terkontaminasi oleh cemaran biologi, kimia, atau benda-benda lain yang membahayakan kesehatan. Pada era dewasa ini kualitas ditentukan oleh konsumen, hal ini akan menyebabkan penyempitan pasar bagi produk perikanan yang tidak ditangani secara baik. 3. Hasil Tangkapan dari Daerah Lain Faktor ancaman yang lain adalah masuknya hasil tangkapan dari daerah lain, terutama produk perikanan dari negara tetangga. 4. Infrastruktur Penunjang Infrastruktur penunjang yang belum memadai dapat menjadi ancaman bagi pengembangan usaha perikanan gillnet, terutama pangkalan pendaratan, fasilitas pabrik es, bangunan pasar maupun pabrik pengolahan termasuk sarana jalan dan transportasi. 5. Kondisi Cuaca Kondisi cuaca sangat menentukan keberhasilan operasi penangkapan, hal ini merupakan ancaman bagi nelayan apabila musim ikan yang dipengaruhi cuaca tersebut menjadi kejadian yang jarang terjadi akibat cuaca buruk. 6. Pabrik Pengolahan Pasca Panen Pabrik pengolahan yang ada saat ini berada di luar Kabupaten Pontianak, hal ini menjadi ancaman bagi pengembangan usaha selanjutnya dikarenakan serapan pasar terhadap komoditas menjadi berkurang.

5.5.3 Evaluasi Faktor-Faktor Strategis

1. Elemen Kekuatan Elemen kekuatan terdiri dari enam faktor strategis internal yakni kelembagaan nelayan, motivasi nelayan, informasi pasar, keuntungan usaha, jaringan pemasaran dalam daerah, dan komoditas hasil tangkapan. Bobot masing-masing faktor kekuatan tersebut adalah kelembagaan nelayan 0.070, motivasi nelayan 0.082, informasi pasar 0.068, keuntungan usaha 0.080, jaringan pemasaran dalam daerah 0.070, dan komoditas hasil tangkapan 0.077 Tabel 7. Kekuatan utama dalam pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak adalah motivasi nelayan, keuntungan usaha dan komoditas hasil tangkapan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rating 4 yang diberikan responden terhadap faktor-faktor tersebut. Sedangkan faktor kekuatan lainnya memiliki rating 3 yang berarti bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan kecil. 2. Elemen Kelemahan. Terdapat tujuh faktor strategis internal dalam elemen kelemahan yang mempengaruhi pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak, yaitu sumberdaya manusia, pembinaan, kebijakan pemerintah, sarana dan prasarana, jaringan pemasaran luar daerah, modal usaha dan keterampilan nelayan. Bobot masing-masing faktor tersebut adalah sumberdaya manusia 0.089, pembinaan 0.070, kebijakan pemerintah 0.082, sarana dan prasarana 0.080, jaringan pemasaran luar daerah 0.070, modal usaha 0.077, dan keterampilan nelayan 0.084 Tabel 7. Dari semua faktor tersebut, faktor sumberdaya manusia, kebijakan pemerintah, sarana prasarana, modal usaha dan keterampilan nelayan yang merupakan kelemahan utama dengan nilai rating 1. Sedangkan faktor yang lain adalah sebagai kelemahan kecil. Secara keseluruhan faktor strategis internal yang paling penting untuk dicermati adalah faktor sumberdaya manusia dan keterampilan nelayan jika dibandingkan dengan faktor strategis lainnya, kedua faktor tersebut memiliki bobot paling besar, artinya tingkat kepentingan relatif dari kedua faktor ini adalah sangat mementukan keberhasilan pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak. Dilihat dari jumlah skor total elemen kekuatan dan kelemahan sebesar 2.272 yang berada di bawah rata-rata 2.308, berarti bahwa Kabupaten Pontianak berada di bawah rata-rata dalam kekuatan internal keseluruhannya untuk pengembangan perikanan gillnet, untuk itu diperlukan upaya menambah kekuatan internal yang ada dan meminimalkan kelemahan. Respon elemen kekuatan total skor 1.580 lebih tinggi daripada total elemen kelemahannya total skor 0.692. 3. Elemen Peluang Elemen peluang terdiri dari tujuh faktor strategis eksternal yaitu sumberdaya ikan, otonomi daerah, ketersediaan kredit, harga jual, potensi pasar, pertumbuhan ekonomi dan teknologi alat tangkap dan armada kapal gillnet dengan masing-masing memiliki bobot berturut-turut adalah 0.095, 0.063, 0.074, 0.091, 0.081, 0.067 dan 0.086 Tabel 8. Peluang yang dapat direspon dengan baik adalah otonomi daerah, ketersediaan kredit, harga jual dan teknologi alat tangkap dan armada kapal gillnet, hal ini dilihat dari nilai rating 3 yang diberikan responden terhadap keempat faktor peluang tersebut. Dari ketiga faktor peluang tersebut, peluang harga jual memiliki bobot yang tertinggi yakni 0.091 berarti peluang harga jual dampaknya dapat sangat menentukan keberhasilan pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak. 4. Elemen Ancaman. Terdapat enam faktor strategis di dalam elemen ancaman yaitu harga BBM, tuntutan produk ikan segar, hasil tangkapan dari daerah lain, infrastruktur penunjang, kondisi cuaca serta pabrik pengolahan pasca panen yang masing- masing bobotnya dapat dilihat pada Tabel 8. Dari enam faktor strategis eksternal tersebut terdapat tiga faktor ancaman yang mempunyai pengaruh kuat terhadap pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak yaitu tuntutan produk ikan segar, hasil tangkapan dari daerah lain dan pasca panen pabrik pengolah, hal ini dapat dilihat dari pemberian nilai rating 3 oleh responden terhadap faktor-faktor tersebut, sedangkan faktor lainnya kurang kuat pengaruhnya. Faktor strategis eksternal yang paling penting untuk dicermati dalam pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak adalah adanya peluang otonomi daerah, ketersediaan kredit, harga jual dan teknologi alat tangkap dan armada kapal gillnet, serta ancaman dari tuntutan masyarakat terhadap produk ikan segar, hasil tangkapan dari daerah lain dan belum adanya pabrik pengolah ikan hasil tangkapan nelayan. Respon terhadap elemen peluang total skor 1.428, lebih tinggi dari elemen ancaman. Ini berarti bahwa peluang yang ada telah dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan ancaman telah dapat diminimalisir secara keseluruhan.

5.5.4 Matriks Internal Eksternal

Skor total evaluasi faktor internal pengembangan usaha perikaanan gillnet di Kabupaten Pontianak berada pada posisi internal rata-rata dan skor total evaluasi faktor eksternal berada pada posisi eksternal menengah. Dengan demikian posisi pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak berada pada posisi sel V seperti pada Gambar 27. Posisi V berarti bahwa pengembangan usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak termasuk dalam divisi pertahankan dan pelihara. Dalam posisi pertahankan dan pelihara, strategi yang bisa diterapkan adalah optimalisasi produksi dan efektifitas serta efisiensi usaha perikanan. Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan daya jangkau operasi kapal, penambahan dan peremajaan alat tangkap serta peningkatan kualitas dan mutu produk agar dapat bersaing dengan baik. Dari matrik evaluasi internal-eksternal tersebut kemudian disusunlah alternatif strategi pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak Gambar 28 berdasarkan analisis SWOT terdiri dari empat set strategi yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Strategi S-O Strength-Opportunities Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah. Kelembagaan nelayan dalam hal ini baik dalam bentuk organisasi HNSI Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia maupun kelompok-kelompok nelayan dapat menjadi wadah bagi nelayan maupun pengusaha perikanan gillnet dalam berinteraksi maupun mendapatkan informasi jaringan pasar dan pemasaran. Secara umum usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak ini didominasi oleh usaha perikanan skala kecil, sehingga tingkat keuntungan yang diterima nelayan masih tergolong kecil. Pada kondisi ini usaha perikanan gillnet masih dipandang sebagai usaha sampingan dan umumnya bersifat subsisten. Dalam rangka meningkatkan pendapatan usaha maka perlu dilakukan strategi yaitu memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah. Selama ini belum banyak nelayan di Kabupaten Pontianak yang memanfaatkan kelembagaan yang mereka miliki untuk mendapatkan akses permodalan dan kredit dari perbankan, karena mereka masih dianggap belum memenuhi syarat bankable. Dengan adanya akses permodalan dan kredit lunak untuk usaha perikanan gillnet diharapkan usaha masyarakat akan berkembang sehingga berdampak positif bagi pendapatan mereka dan pertumbuhan ekonomi daerah. 2. Strategi S-T Strength-Threat Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada, dapat diwujudkan melalui strategi pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah. Kegiatan perikanan gillnet selama ini belum dapat memberikan kehidupan yang layak, disebabkan oleh belum baiknya jaringan pemasaran terutama pasar luar daerah serta belum terdapatnya sarana prasarana pasca panen yang memadai sehingga produk yang dijual belum dapat mencapai mutu dan harga yang kompetitif. Pembangunan pabrik pengolah hasil tangkapan nelayan gillnet dapat dijadikan salah satu alternatif solusi agar produk memiliki nilai tambah dan daya saing serta mendorong proses industrialisasi perikanan pedesaan. 3. Strategi W-O Weakness-Oppurtunities Meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada, untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah- langkah antara lain dengan pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet. Kondisi sumberdaya manusia yang masih rendah menjadi kendala, dalam rangka memberdayakan nelayan dan pengusaha perikanan gillnet, maka dapat dilakukan dengan cara pembinaan dan pelatihan keterampilan serta manajemen usaha oleh pemerintah daerah. Selain itu diperlukan pula peremajaan sarana dan prasarana alat tangkap jaring gillnet dan armada kapal gillnet agar menjadi lebih baik. 4. Strategi W-T Weakness-Treats Meminimalkan kelemahan untuk menghadapi ancaman, dengan : 1 penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan dan 2 penerapan subsidi BBM perikanan. Strategi penerapan rantai dingin terhadap produk perikanan diperlukan mengingat produk perikanan sangat mudah rusak dan terutama tuntutan konsumen yang saat ini semakin jeli menginginkan kualitas produk yang baik. Naiknya harga BBM juga berdampak negatif terhadap nelayan gillnet di Kabupaten Pontianak, oleh karena itu penerapan subsidi BBM khususnya nelayan oleh pemerintah diharapkan dapat membantu meringankan biaya operasional yang dikeluarkan, karena komponen BBM merupakan komponen terbesar dalam biaya operasional nelayan gillnet. Berdasarkan analisis QSPM seperti dapat dilihat pada Tabel 9, bahwa strategi yang memiliki TNDT tertinggi adalah strategi pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet 5.991. Hal ini menunjukkan bahwa strategi prioritas untuk pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dapat dilakukan melalui strategi pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet. Pemilihan strategi ini sangat beralasan karena selama ini pembinaan terhadap nelayan baik dari segi penyuluhan keterampilan, adopsi teknologi baru dan sistem manajemen usaha dirasakan sangat kurang. Demikian pula halnya dengan peremajaan alat tangkap gillnet dan armada kapal, apabila kedua hal ini dilakukan dengan konsisten maka diharapkan usaha perikanan gillnet masyarakat di Kabupaten Pontianak akan semakin baik. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian analisis pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan target penangkapan nelyan gillnet di Kabupaten Pontianak secara bio-ekonomi dicapai pada produksi optimum sebesar 783 400.52 kg per tahun dengan effort optimum sebesar 498 trip per tahun. 2. Analisis variasi ANOVA menunjukkan faktor produksi X berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 terhadap hasil tangkapan nelayan gillnet Y di Kabupaten Pontianak adalah ukuran kapal GT, kekuatan mesin kapal PK, bahan bakar BBM, panjang jaring gillnet meter, tinggi jaring gillnet m, jumlah ABK orang dan jumlah hari dalam satu trip hari. Sedangkan dari hasil uji t-student memperlihatkan bahwa secara parsial hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan pada α 0.01 yaitu faktor kekuatan mesin PK, panjang jaring m dan tinggi jaring m. 3. Usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak layak untuk dikembangkan dengan NPV positif sebesar Rp192 365 576.02, IRR 38, BC ratio 1.47, BEP diperoleh pada nilai penjualan sebesar Rp107 366 802.47 atau pada hasil tangkapan 16 086.76 kg dan masa pengembalian investasi selama 2.55 tahun. 4. Berdasarkan analisis SWOT dan QSPM, strategi prioritas untuk pengembangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak adalah pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana dan prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet.

6.2 Saran

1. Diperlukan peremajaan alat tangkap dan perbaikan teknologi penangkapan khususnya kapal gillnet yang digunakan agar dapat mencapai lokasi fishing ground yang lebih jauh. 2. Sarana penunjang seperti pabrik es dan pabrik pengolah pasca panen merupakan alternatif yang baik untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan mutu, nilai tambah dan kontinuitas produk hasil tangkapan kepada masyarakat konsumen. DAFTAR PUSTAKA Arifin M. 1972. Fishing Tactics and Fishing Methods and Fishing Ground. Tegal: Marine Fisheries Training Project. 64 halaman. Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT Rineka Cipta. Edisi Revisi ke-6. Halaman : 135-136. Ayodhyoa AU. 1972. Craft and Gear. Jakarta: Corespondence course center, Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. 87 halaman. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 57 halaman. Bailey CA, Dwiponggo F, Marahudin. 1987. Indonesian Marine Capture Fisheries. ICLARM. Studies and Review. 101 p. Baskoro MS, Effendy A. 2005. Tingkah Laku Ikan : Hubungannya dengan Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 131 halaman. [BPS Provinsi Kalbar] Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat. 2006. Kalimantan Barat Dalam Angka Tahun 2006. Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 444 halaman. Brandt AV. 1984. Fish Catching Methods of The World. England : Fishing News Books Ltd. Farnham. Survey. 418 p. [BRKP-DKP P3O-LIPI] Badan Riset Kelautan dan Perikanan-Departemen Kelautan dan Perikanan dan Pusat Pengembangan dan Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2001. Laporan Akhir Pengkajian Stok Ikan di Perairan Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Penelitian Oseanografi-LIPI. 245 halaman. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2006. Bentuk Baku Konstruksi Jaring Insang Permukaan Monofilamen Lemuru. BSN-RI. SNI 01-7219-2006. [terhubung berkala]. http:www.bsn.or.idfilesDownloadSNI2001- 7219-2006.pdf. [12 November 2007]. halaman 4. 2006. Bentuk Baku Konstruksi Jaring Insang Pertengahan Multi filamen Lemuru. BSN-RI. SNI 01-7216-2006. [terhubung berkala]. http:www.bsn.or.idfilesDownloadSNI2001- 7216-2006.pdf. [12 November 2007]. halaman 5. 2006. Bentuk Baku Konstruksi Jaring Insang Dasar Monofilamen Bawal Putih. BSN-RI. SNI 01-7220-2006. [terhubung berkala]. http:www.bsn.or.idfilesDownloadSNI2001-7220-2006.pdf. [12 November 2007]. halaman 4. Choliq AR, Wirasmita, Sofwan O. 1994. Evaluasi Proyek. Bandung : Pionir Jaya. halaman 33-41. Dahuri R, J Rais, SP Ginting, MJ Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha. 326 halaman. Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Xxxiii + 412 halaman. David FR. 2002. Manajemen Strategis. edisi ke-7. Jakarta : Prenhallindo. 456 halaman. [DKP Kabupaten Pontianak] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pontianak. 2005. Evaluasi Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Pontianak tahun 2005. Mempawah : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pontianak. 10 halaman. Dinarwan. 1993. Pengkajian Investasi Modal Usaha Perikanan Rakyat Jaring Udang Dalam Upaya Pengelolaan Sumberdaya Udang Di Perairan Sekitar Cirebon Utara, Jawa Barat. Buletin Ekonomi Perikanan no.1 tahun ke-1:27-40 [Ditjenkan] Direktorat Jenderal Perikanan. 1986. Statistik Perikanan Indonesia 1986. Jakarta : Departemen Pertanian. 152 halaman. Fauzi A. Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Untuk Analisis Kebijakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 343 hlm. Fujimori Y and Tokai T. 2001. Estimation of Gillnet Selectivity Curve by Maximum Likelihood Method. J Fisheries Science 67 issue 4:644-654. Ghaffar AM. 2006. Optimasi Pengembangan Usaha Perikanan Mini Purse Seine di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. [tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana IPB. 95 halaman. Gordon H. 1954. The Economic Theory of A Common Property Resource : The Fishery. Journal Political Economics, 62 : 124-142. Graham M. 1935. Modern theory of exploiting a fishery an application to North Sea Trawling. J. Cons.CIEM,103:264-274 p. Gulland JA. 1983. Fish Stock Assesment: A Manual of Basic Methods. Rome: FAO-UN. 233 p. Hansson S. 1988. A Simple Vertical Gillnet System for Variable Current Conditions. J Hydrobiologia 160:107-110. Hasymi A. 1986. Suatu Studi terhadap Usaha Perikanan Gillnet di Kalimantan Selatan. Banjarmasin : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat. 50 halaman. Imron M. 2003. Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan. Jakarta: PMB-LIPI. Jurnal Masyarakat dan Budaya 7:88-92. Kadariah. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 104 halaman. Karyana, Badrudin. 1993. Tingkat Pemenfaatan Sumber Daya Ikan Pelagis di Perairan Pantai Barat Kalimantan. Jakarta: Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 72 tahun 1993: 33-41. Kim DH, An HC, Lee KH, Hwang JW. 2000. Optimal Economic Fishing Effort in Korean Common Octopus Octopus minor Trap Fisheries. J Fisheries Science 74:20-25. Martasuganda S. 2004. Jaring Insang Gillnet: Serial Teknologi Penangkapan Ikan. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. 86 halaman. Martusubroto P, Naamin N. 1991. Relationship Between Tidal Forest Mangrove and Commercial Shirmp Production in Indonesia. Jakarta: Marine Fisheries Reaserch Institute 18. 107 p. Mohamad. 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu Kabupaten Serang-Provinsi Banten. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. 101 halaman. Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Technique 1. Compilation of Transcrip Lecture. Present at The Training Departement, Tokyo: SEAFDEC JICA. 206 p. Oemry AF. 1993. Aplikasi Pendugaan Stok Ikan Demersal di Perairan Utara Kabupaten Batang. Bogor : Laporan Prektek Lapangan tidak dipublikasikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Program studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. 49 halaman. Pickton DW, Wright S. 1998. What’s SWOT in Strategic Analysis. Strategic Change 7 issue 2:101-109. Pramudya B. 2001. Ekonomi Teknik. Bogor: Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor Tahun Anggaran 20012002. halaman 102-133. Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis : Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 200 halaman. Sahlan A. 2002. Teori Motivasi. Jakarta: Studio Press. Hal :22. Schaefer M. 1957. Some Consideration of Population Dynamics and Economics in Relation to the Management of the Commercial Marine Fisheries. Journal of Fisheries Research Board of Canada, 14 5 : 669-681. Seijo JC, Defeo O, Salas S. 1998. Fisheries Bioeconomics : Theory, Modelling and Management. Rome : FAO Fisheries Technical Paper. 108 p. Shirakihara K. 1994. An Index to Evaluate Stock Overfishing Using Catch and Effort Data. J Fisheries Science 601:27-30. Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 257 halaman. Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I. Manual. Diterjemahkan oleh J. Widodo, I. G. S. Morta, S. Nurhakim dan M. Badrudin. Jakarta.: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Berdasarkan kerjasama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. 438 halaman. Syahrodin O, Suhadja D. 1982. Teori Penangkapan Ikan 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 54 halaman. Walpole RE. 1997. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Volume ke-3. 515 halaman. Zulkarnaen, Iskandar BH, Monintja DR, Sondita MFA. 1997. Catch Composition of An Experimental Drift Gillnet Operated in Indian Ocean Off Pelabuhan Ratu Bay. Di dalam: Arimoto T, Haluan J, editor. Sustainable Fishing Technology in Asia towards the 21 st Century. Proceedings of The 3 rd JSPS International Seminar on Fisheries Science in Tropical Area; Bali 19-21 Agustus 1999. Volume 8 March 2000. halaman 120-122. LAMPIRAN Lampiran 1 Lokasi penelitian Lampiran 3 Bentuk umum kapal gillnet tampak samping dan atas yang dioperasikan di Kabupaten Pontianak Lampiran 4 Komposisi, nama dan gambar ikan yang tertangkap oleh nelayan gillnet di Kabupaten Pontianak No Nama lokal Nama ilmiah Komposisi hasil tangkapan Gambar 1. 2. 3. 4. 5. Ikan tongkol Ikan tenggiri Ikan bawal putih Ikan kembung Ikan bawal hitam Auxis thazard, Lac Scomberomorus commerson Pampus argenteus Rastrelligger spp Formio niger 70 3 3 3 3 Lampiran 4 Sambungan No Nama lokal Nama ilmiah Komposisi hasil tangkapan Gambar 6. 7. 8. 9. Ikan manyung Ikan layang Ikan hiu Ikan lainnya Arius thalassinus Decapterus ruselli Carcharhinus spp - 3 3 3 9 Lampiran 5 Jumlah armada, hasil tangkapan, effort dan CPUE unit penangkapan gillnet di Kabupaten Pontianak tahun 2000-2009 Tahun Jumlah Armada Hasil Tangkapan Effort CPUE unit kg trip tonunit trip 2000 29,00 776.720,00 523,00 1.485,12 2001 30,00 869.120,00 628,00 1.383,95 2002 32,00 768.560,00 723,00 1.063,02 2003 36,00 665.680,00 695,00 957,81 2004 36,00 757.200,00 756,00 1.001,59 2005 38,00 412.880,00 809,00 510,36 2006 44,00 704.350,00 724,00 972,86 2007 44,00 458.370,00 859,00 533,61 2008 46,00 497.530,00 976,00 509,76 2009 48,00 440.388,00 864,00 509,71 Jumlah 383,00 6.350.798,00 7.557,00 8.927,79 Rata-rata 63,83 635.079,80 755,70 892,78 Lampiran 6 Hasil analisis fungsi produksi perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dengan menggunakan program maple ver.10 Lampiran 7 Nama kapal dan faktor produksi armada gillnet di Kabupaten Pontianak No Nama Kapal Nama Produksi Ukuran Daya BBM Panjang Lebar Jumlah Jumlah Nahkoda Kgtrip Kapal Mesin litertrip Jaring Jaring ABK Hari Operasi GT PK m m orang per trip 1 Hasil Kita M. Nasir 1050 7 33 210 3600 19,8 4 6 2 Rajawali I Chong Bui Fam 1200 9 33 400 5400 16,2 3 7 3 Rajawali II Kon Chi Kiong 1100 7 33 350 5400 16,2 3 7 4 Hasil Laut 4 Sayuti 1300 9 33 500 7200 18,7 3 8 5 Cahaya Laut 5 Alay 1300 7 33 300 4500 17 3 7 6 Pulau Seribu I Akin 1700 10 180 600 5400 19,8 3 8 7 Pulau Seribu 2 Qu Lin 800 9 33 500 4320 19,8 3 6 8 Cahaya Laut 2 Lombok 1000 9 33 450 5400 18 3 7 9 Pulau 7 Aliong 1500 12 360 800 5400 19,8 4 9 10 Cahaya Laut 3 Adol 1600 12 360 700 5400 19,8 4 10 Jumlah 12550 91 1131 4810 52.020 185,1 33 75 Rata - rata 1255 9,1 113,1 481 5202 18,51 3,3 7,5 Lampiran 8 Hasil analisis regresi linier berganda terhadap faktor-faktor produksi perikanan gillnet dengan mengguakan Minitab ver.14 Regression Analysis: Y versus GT; PK; BBM; Panjang; Lebar; ABK; Hari The regression equation is Y = 3300 + 125 GT + 10,8 PK - 5,91 BBM + 0,441 Panjang + 102 Lebar - 921 ABK - 361 Hari Predictor Coef SE Coef T P Constant 3300 1673 1,97 0,187 GT 124,9 122,3 1,02 0,414 PK 10,817 4,156 2,60 0,121 BBM -5,914 2,398 -2,47 0,133 Panjang 0,4412 0,2179 2,02 0,180 Lebar 102,17 50,86 2,01 0,182 ABK -920,9 321,6 -2,86 0,103 Hari -361,0 280,6 -1,29 0,327 S = 139,245 R-Sq = 94,6 R-Sqadj = 75,8 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 683472 97639 5,04 0,176 Residual Error 2 38778 19389 Total 9 722250 Lampiran 9 Biaya operasional per trip dan rata-rata per tahun nelayan gillnet di Kabupaten Pontianak No Nama Kapal Nama Solar Oli Minyak Ransum Es Jumlah Nahkoda Rp Rp Tanah Rp Rp Rp Rp 1 Hasil Kita M. Nasir 945.000,00 40.000,00 24.500,00 350.000,00 440.000,00 1.799.500,00 2 Rajawali I Chong Bui Fam 1.800.000,00 100.000,00 52.500,00 350.000,00 550.000,00 2.852.500,00 3 Rajawali II Kon Chi Kiong 1.800.000,00 100.000,00 52.500,00 350.000,00 550.000,00 2.852.500,00 4 Hasil Laut 4 Sayuti 2.250.000,00 50.000,00 35.000,00 550.000,00 750.000,00 3.635.000,00 5 Cahaya Laut 5 Alay 1.350.000,00 40.000,00 24.500,00 350.000,00 550.000,00 2.314.500,00 6 Pulau Seribu I Akin 2.250.000,00 80.000,00 35.000,00 350.000,00 660.000,00 3.375.000,00 7 Pulau Seribu 2 Qu Lin 2.250.000,00 60.000,00 35.000,00 350.000,00 550.000,00 3.245.000,00 8 Cahaya Laut 2 Lombok 1.800.000,00 60.000,00 35.000,00 350.000,00 550.000,00 2.795.000,00 9 Pulau 7 Aliong 1.800.000,00 60.000,00 35.000,00 350.000,00 550.000,00 2.795.000,00 10 Cahaya Laut 3 Adol 1.800.000,00 60.000,00 35.000,00 350.000,00 550.000,00 2.795.000,00 Jumlah 18.045.000,00 650.000,00 364.000,00 3.700.000,00 5.700.000,00 28.459.000,00 Rata - rata per trip 1.804.500,00 65.000,00 36.400,00 370.000,00 570.000,00 2.845.900,00 Rata - rata per tahun 32.481.000,00 1.170.000,00 655.200,00 6.660.000,00 10.260.000,00 51.226.200,00 Lampiran 10 Harga rata-rata per kg ikan hasil tangkapan nelayan gillnet di Kabupaten Pontianak menurut responden No Nama Ikan Tongkol Tenggiri Bawal Putih Bawal Hitam Layang Hiu Manyung Gembung Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1 8.500,00 25.000,00 25.000,00 18.000,00 7.500,00 9.000,00 8.000,00 9.000,00 2 8.000,00 25.000,00 25.000,00 20.000,00 7.000,00 8.000,00 8.000,00 10.000,00 3 8.000,00 25.000,00 25.000,00 20.000,00 7.000,00 8.000,00 7.500,00 8.500,00 4 7.500,00 30.000,00 25.000,00 19.000,00 7.000,00 8.500,00 7.500,00 10.000,00 5 8.000,00 25.000,00 25.000,00 20.000,00 7.500,00 8.000,00 8.000,00 10.000,00 6 9.000,00 23.000,00 25.000,00 20.000,00 7.000,00 8.000,00 8.000,00 8.500,00 7 8.000,00 25.000,00 25.000,00 20.000,00 7.000,00 7.000,00 7.000,00 9.500,00 8 8.500,00 25.000,00 25.000,00 21.500,00 7.500,00 8.000,00 8.000,00 8.500,00 9 7.500,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 7.500,00 8.500,00 7.000,00 10.000,00 10 8.000,00 22.500,00 25.000,00 20.000,00 7.000,00 8.000,00 7.000,00 8.500,00 Jumlah 81.000,00 255.500,00 250.000,00 198.500,00 72.000,00 81.000,00 76.000,00 92.500,00 Rerata 8.100,00 25.550,00 25.000,00 19.850,00 7.200,00 8.100,00 7.600,00 9.250,00 Harga rata-rata per kg seluruh jenis ikan hasil tangkapan adalah = 11.065,00 Lampiran 11 Analisis Break Even Point BEP dan net BC ratio usaha perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak Net Bc ratio = = 1,47 Lampiran 12 Penentuan kekuatan dan kelemahan faktor strategis internal dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Internal Jumlah Hasil + - 1 Sumber Daya Manusia 3 8 W 2 Kelembagaan Nelayan 6 5 S 3 Pembinaan 3 8 W 4 Ketepatan Kebijakan Pemerintah 5 6 W 5 Motivasi Nelayan 6 5 S 6 Informasi Pasar 7 4 S 7 Keuntungan Usaha 9 2 S 8 Sarana dan Prasarana 4 7 W 9 Jaringan Pemasaran dalam daerah 8 3 S 10 Jaringan Pemasaran luar daerah 3 8 W 11 Modal Usaha 11 W 12 KomoditasHasil Tangkapan 9 2 S 13 Keterampilan Nelayan 3 8 W Keterangan : S = Strength Kekuatan W = Weaknes Kelemahan Lampiran 13 Penentuan peluang dan ancaman faktor strategis eksternal dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Eksternal Jumlah Hasil + - 1 Otonomi Daerah 8 3 O 2 Sumber Daya Ikan 8 3 O 3 Ketersediaan Kredit 7 4 O 4 Harga Jual 6 5 O 5 Harga BBM 1 10 T 6 Potensi Pasar 9 2 O 7 Teknologi Alat Tangkap 7 4 O 8 Tuntutan Produk Ikan Segar 4 7 T 9 Hasil Tangkapan Daerah Lain 2 9 T 10 Infrastruktur Penunjang 4 7 T 11 Kondisi Cuaca 3 8 T 12 Pertumbuhan Ekonomi 8 3 O 13 Pabrik Pengolahan 3 8 T Keterangan : O = Opportunity Peluang T = Threat Ancaman Lampiran 14 Penentuan bobot faktor strategis internal dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Internal Jumlah N  Rata- Nilai 1 2 3 4 Rata Bobot 1 Sumber Daya Manusia 1 3 7 11 39 3,545 0,089 2 Kelembagaan Nelayan 4 5 2 11 31 2,818 0,070 3 Pembinaan 3 7 1 11 31 2,818 0,070 4 Ketepatan Kebijakan Pemerintah 1 6 4 11 36 3,273 0,082 5 Motivasi Nelayan 1 6 4 11 36 3,273 0,082 6 Informasi Pasar 4 6 1 11 30 2,727 0,068 7 Keuntungan Usaha 3 3 5 11 35 3,182 0,080 8 Sarana dan Prasarana 2 5 4 11 35 3,182 0,080 9 Jaringan Pemasaran dalam daerah 1 3 4 3 11 31 2,818 0,070 10 Jaringan Pemasaran luar daerah 1 2 6 2 11 31 2,818 0,070 11 Modal Usaha 1 2 3 5 11 34 3,091 0,077 12 KomoditasHasil Tangkapan 1 2 3 5 11 34 3,091 0,077 13 Keterampilan Nelayan 1 5 5 11 37 3,364 0,084 Jumlah 40,000 1,000 Lampiran 15 Penentuan bobot faktor strategis eksternal dalam pengambangan perikanan gillnet di Kababupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Eksternal Jumlah N  Rata- Nilai 1 2 3 4 Rata Bobot 1 Otonomi Daerah 2 4 3 2 11 27 2,455 0,063 2 Sumber Daya Ikan 3 8 11 41 3,727 0,095 3 Ketersediaan Kredit 2 8 1 11 32 2,909 0,074 4 Harga Jual 1 3 7 11 39 3,545 0,091 5 Harga BBM 1 6 4 11 36 3,273 0,084 6 Potensi Pasar 1 1 4 5 11 35 3,182 0,081 7 Teknologi Alat Tangkap 7 4 11 37 3,364 0,086 8 Tuntutan Produk Ikan Segar 5 4 2 11 30 2,727 0,070 9 Hasil Tangkapan Daerah Lain 2 5 3 1 11 25 2,273 0,058 10 Infrastruktur Penunjang 3 6 2 11 32 2,909 0,074 11 Kondisi Cuaca 1 1 4 5 11 35 3,182 0,081 12 Pertumbuhan Ekonomi 1 3 6 1 11 29 2,636 0,067 13 Pabrik Pengolahan 1 2 5 3 11 32 2,909 0,074 Jumlah 39,091 1,000 Lampiran 16 Hasil perhitungan rating faktor kekuatan dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Internal Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir 1 Kelembagaan Nelayan - - 8 3 11 36 3,27 3 2 Motivasi Nelayan - - 2 9 11 42 3,82 4 3 Informasi Pasar - - 5 4 11 31 2,82 3 4 Keuntungan Usaha - - 2 9 11 42 3,82 4 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah - - 7 4 11 37 3,36 3 6 Komoditas Hasil Tangkapan - - 1 10 11 43 3,91 4 Lampiran 17 Hasil perhitungan rating faktor kelemahan dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Internal Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir 1 Sumber daya manusia 8 3 - - 11 14 1,27 1 2 Pembinaan 5 6 - - 11 17 1,55 2 3 Kebijakan Pemerintah 6 5 - - 11 16 1,45 1 4 Sarana dan Prasarana 9 2 - - 11 13 1,18 1 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 5 6 - - 11 17 1,55 2 6 Modal Usaha 8 3 - - 11 14 1,27 1 7 Keterampilan Nelayan 7 4 - - 11 15 1,36 1 Lampiran 18 Hasil perhitungan rating faktor peluang dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Eksternal Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir 1 Sumber Daya Ikan 4 2 5 11 23 2,09 2 2 Otonomi Daerah 1 4 4 2 11 29 2,64 3 3 Ketersediaan Kredit 1 1 2 7 11 37 3,36 3 4 Harga Jual 1 6 1 3 11 28 2,55 3 5 Potensi Pasar 3 4 4 11 23 2,09 2 6 Pertumbuhan Ekonomi 1 6 3 1 11 26 2,36 2 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 1 2 5 3 11 32 2,91 3 Lampiran 19 Hasil perhitungan rating faktor ancaman dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Eksternal Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir 1 Harga BBM 7 2 2 11 17 1,55 2 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 0 7 2 2 11 28 2,55 3 3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 0 6 4 1 11 28 2,55 3 4 Infrastruktur Penunjang 1 7 3 11 24 2,18 2 5 Kondisi Cuaca 7 3 1 11 16 1,45 1 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 1 5 1 4 11 30 2,73 3 Lampiran 20 Hasil perhitungan faktor internal dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Total Skor

A. Kekuatan

1 Kelembagaan Nelayan 0,070 3 0,210 2 Motivasi Nelayan 0,082 4 0,328 3 Informasi Pasar 0,068 3 0,204 4 Keuntungan Usaha 0,080 4 0,320 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 0,070 3 0,210 6 Komoditas Hasil Tangkapan 0,077 4 0,308 Jumlah 0,447 1,580

B. Kelemahan

1 Sumber daya manusia 0,089 1 0,089 2 Pembinaan 0,070 2 0,140 3 Kebijakan Pemerintah 0,082 1 0,082 4 Sarana dan Prasarana 0,080 1 0,080 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 0,070 2 0,140 6 Modal Usaha 0,077 1 0,077 7 Keterampilan Nelayan 0,084 1 0,084 Jumlah 0,552 0,692 T O T A L 0,999 2,272 Lampiran 21 Hasil perhitungan faktor eksternal dalam pengambangan perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak dari 11 responden No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Total Skor

A. Peluang

1 Sumber Daya Ikan 0,095 2 0,190 2 Otonomi Daerah 0,063 3 0,189 3 Ketersediaan Kredit 0,074 3 0,222 4 Harga Jual 0,091 3 0,273 5 Potensi Pasar 0,081 2 0,162 6 Pertumbuhan Ekonomi 0,067 2 0,134 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 0,086 3 0,258 Jumlah 0,557 1,428

B. Ancaman

1 Harga BBM 0,084 2 0,168 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 0,070 3 0,21 3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 0,058 3 0,174 4 Infrastruktur Penunjang 0,074 2 0,148 5 Kondisi Cuaca 0,081 1 0,081 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 0,074 3 0,222 Jumlah 0,441 1,003 T O T A L 0,998 2,431 Lampiran 22 Hasil perhitungan nilai daya tarik NDT alternatif strategi 1 memperkuat kelembagaan nelayan dan jaminan kredit lunak dari pemerintah dari 11 responden No Faktor Strategis Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir KEKUATAN  1 Kelembagaan Nelayan 4 6 1 11 30 2,73 3 2 Motivasi Nelayan 1 3 6 1 11 29 2,64 3 3 Informasi Pasar 1 2 4 4 11 33 3,00 3 4 Keuntungan Usaha 2 3 6 11 37 3,36 3 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 1 2 4 4 11 33 3,00 3 6 Komoditas Hasil Tangkapan 3 4 4 11 34 3,09 3 KELEMAHAN 1 Sumber daya manusia 3 1 5 2 11 28 2,55 3 2 Pembinaan 1 2 7 1 11 30 2,73 3 3 Kebijakan Pemerintah 1 3 6 1 11 29 2,64 3 4 Sarana dan Prasarana 1 5 2 3 11 29 2,64 3 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 1 4 3 3 11 30 2,73 3 6 Modal Usaha 2 2 5 2 11 29 2,64 3 7 Keterampilan Nelayan 1 2 5 3 11 32 2,91 3 PELUANG 1 Sumber Daya Ikan 1 7 3 11 34 3,09 3 2 Otonomi Daerah 3 1 7 11 26 2,36 2 3 Ketersediaan Kredit 2 3 3 3 11 29 2,64 3 4 Harga Jual 1 1 5 4 11 34 3,09 3 5 Potensi Pasar 1 2 3 5 11 34 3,09 3 6 Pertumbuhan Ekonomi 1 2 6 2 11 31 2,82 3 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 1 1 7 2 11 32 2,91 3 ANCAMAN 1 Harga BBM 1 1 4 5 11 35 3,18 3 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 4 5 2 11 31 2,82 3 3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 2 4 4 1 11 26 2,36 2 4 Infrastruktur Penunjang 4 6 1 11 30 2,73 3 5 Kondisi Cuaca 2 5 4 11 35 3,18 3 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 3 1 5 2 11 28 2,55 3 Keterangan : 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik. Lampiran 23 Hasil perhitungan nilai daya tarik NDT alternatif strategi 2 pembinaan dan pengembangan keterampilan nelayan serta sarana prasarana alat tangkap dan armada kapal gillnet dari 11 responden No Faktor Strategis Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir KEKUATAN  1 Kelembagaan Nelayan 1 6 4 11 36 3,27 3 2 Motivasi Nelayan 1 6 4 11 36 3,27 3 3 Informasi Pasar 1 4 6 11 37 3,36 3 4 Keuntungan Usaha 1 6 4 11 36 3,27 3 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 1 2 4 4 11 33 3,00 3 6 Komoditas Hasil Tangkapan 3 4 4 11 34 3,09 3 KELEMAHAN 1 Sumber daya manusia 3 3 5 11 35 3,18 3 2 Pembinaan 2 5 4 11 35 3,18 3 3 Kebijakan Pemerintah 2 6 3 11 34 3,09 3 4 Sarana dan Prasarana 3 2 6 11 36 3,27 3 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 2 2 3 4 11 31 2,82 3 6 Modal Usaha 2 1 3 5 11 33 3,00 3 7 Keterampilan Nelayan 1 5 5 11 37 3,36 3 PELUANG 1 Sumber Daya Ikan 7 4 11 37 3,36 3 2 Otonomi Daerah 2 1 5 3 11 31 2,82 3 3 Ketersediaan Kredit 1 4 4 2 11 29 2,64 3 4 Harga Jual 2 4 5 11 36 3,27 3 5 Potensi Pasar 2 4 5 11 36 3,27 3 6 Pertumbuhan Ekonomi 2 1 5 3 11 31 2,82 3 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 1 5 5 11 37 3,36 3 ANCAMAN 1 Harga BBM 1 2 3 5 11 34 3,09 3 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 2 2 5 2 11 29 2,64 3 3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 2 2 5 2 11 29 2,64 3 4 Infrastruktur Penunjang 1 3 4 3 11 31 2,82 3 5 Kondisi Cuaca 3 4 4 11 34 3,09 3 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 1 2 6 2 11 31 2,82 3 Keterangan : 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik. Lampiran 24 Hasil perhitungan nilai daya tarik NDT alternatif strategi 3 pengembangan jaringan pasar dan sarana prasarana pasca panen termasuk pabrik pengolah dari 11 responden No Faktor Strategis Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir KEKUATAN  1 Kelembagaan Nelayan 3 2 5 1 11 26 2,36 2 2 Motivasi Nelayan 1 3 4 3 11 31 2,82 3 3 Informasi Pasar 1 3 4 3 11 31 2,82 3 4 Keuntungan Usaha 2 5 4 11 35 3,18 3 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 2 6 3 11 34 3,09 3 6 Komoditas Hasil Tangkapan 2 7 2 11 33 3,00 3 KELEMAHAN 1 Sumber daya manusia 1 4 4 2 11 29 2,64 3 2 Pembinaan 1 2 7 1 11 30 2,73 3 3 Kebijakan Pemerintah 4 7 11 29 2,64 3 4 Sarana dan Prasarana 4 6 1 11 30 2,73 3 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 1 1 6 3 11 33 3,00 3 6 Modal Usaha 3 5 3 11 33 3,00 3 7 Keterampilan Nelayan 1 2 7 1 11 30 2,73 3 PELUANG 1 Sumber Daya Ikan 7 4 11 37 3,36 3 2 Otonomi Daerah 1 1 7 2 11 32 2,91 3 3 Ketersediaan Kredit 2 3 4 2 11 28 2,55 3 4 Harga Jual 7 4 11 37 3,36 3 5 Potensi Pasar 2 4 5 11 36 3,27 3 6 Pertumbuhan Ekonomi 1 2 5 3 11 32 2,91 3 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 2 5 4 11 35 3,18 3 ANCAMAN 1 Harga BBM 1 1 3 6 11 36 3,27 3 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 1 4 1 5 11 32 2,91 3 3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 2 6 3 11 34 3,09 3 4 Infrastruktur Penunjang 1 3 5 2 11 30 2,73 3 5 Kondisi Cuaca 1 1 5 4 11 34 3,09 3 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 1 6 4 11 36 3,27 3 Keterangan : 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik. Lampiran 25 Hasil perhitungan nilai daya tarik NDT alternatif strategi 4 penerapan sistem rantai dingin terhadap hasil tangkapan dari 11 responden No Faktor Strategis Jumlah N  Nilai Nilai 1 2 3 4 Akhir KEKUATAN  1 Kelembagaan Nelayan 6 3 1 1 11 19 1,73 2 2 Motivasi Nelayan 2 4 2 3 11 28 2,55 3 3 Informasi Pasar 2 4 2 3 11 28 2,55 3 4 Keuntungan Usaha 2 4 2 3 11 28 2,55 3 5 Jaringan Pemasaran dalam daerah 4 3 3 1 11 23 2,09 2 6 Komoditas Hasil Tangkapan 3 1 5 2 11 28 2,55 3 KELEMAHAN 1 Sumber daya manusia 6 1 2 2 11 22 2,00 2 2 Pembinaan 3 4 2 2 11 25 2,27 2 3 Kebijakan Pemerintah 2 2 3 4 11 31 2,82 3 4 Sarana dan Prasarana 2 2 3 4 11 31 2,82 3 5 Jaringan Pemasaran Luar daerah 1 3 5 2 11 30 2,73 3 6 Modal Usaha 4 2 1 4 11 27 2,45 2 7 Keterampilan Nelayan 1 3 4 3 11 31 2,82 3 PELUANG 1 Sumber Daya Ikan 2 3 4 2 11 28 2,55 3 2 Otonomi Daerah 2 2 5 2 11 29 2,64 3 3 Ketersediaan Kredit 6 1 1 3 11 23 2,09 2 4 Harga Jual 1 3 4 3 11 31 2,82 3 5 Potensi Pasar 4 3 3 1 11 23 2,09 2 6 Pertumbuhan Ekonomi 1 3 2 5 11 33 3,00 3 7 Teknologi Alat Tangkap Armada Kapal 2 4 5 11 36 3,27 3 ANCAMAN 1 Harga BBM 1 1 5 4 11 34 3,09 3 2 Tuntutan Produk Ikan Segar 6 3 1 1 11 19 1,73 2 3 Hasil Tankapan dari Daerah Lain 3 5 3 11 33 3,00 3 4 Infrastruktur Penunjang 1 1 7 2 11 32 2,91 3 5 Kondisi Cuaca 7 2 2 11 19 1,73 2 6 Pabrik Pengolahan Pasca Panen 2 7 2 11 33 3,00 3 Keterangan : 1 = tidak menarik 2 = agak menarik 3 = cukup menarik 4 = sangat menarik