2.3.4 Tingkah Laku Ikan Terhadap Gillnet
Banyak pakar dalam bidang penangkapan ikan seperti Ayodhyoa 1972; Brandt 1984; Nomura dan Yamazaki 1977 menggolongkan gillnet menjadi alat
penangkap ikan yang bersifat pasif, walaupun tidak sepenuhnya demikian karena gillnet dapat juga dioperasikan secara semi aktif yaitu dengan menetapkan salah
satu sisinya, sementara sisi lain diperlakukan bergerak melingkar dengan sisi yang ditetapkan tersebut sebagai titik pusatnya Baskoro Effendy 2005.
Menurut Martasuganda 2004, kegiatan usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang pasif umumnya dilakukan pada malam hari, dimana
salah satu alasannya adalah agar indera penglihatan ikan sulit untuk mengetahui keberadaan jaring di dalam air. Salah satu alasan mengapa ikan tertangkap jaring
insang terjerat pada mata jaring atau terpuntal pada jaring insang adalah karena adanya faktor internal ikan yaitu indera penglihatan, indera pencuiman, gurat sisi
dan sebagainya, serta faktor eksternal yaitu kondisi perairan. Beberapa telaahan yang telah dilakukan menunjukkan apabila ikan
berenang dan tiba-tiba berhadapan dengan alat tangkap gillnet, maka umumnya ikan berhenti tepat di dekat jaring tersebut. Bila ternyata saat itu jaring terentang
dengan baik dan mata jaring terbuka lebar pada posisi memotong arah gerak ikan, maka ikan umumnya akan berusaha melanjutkan renang mereka sehingga terjerat
pada jaring. Kemungkinan lain, bila hal demikian terjadi pada perairan yang dangkal, dengan gerak arus dan gelombang mempengaruhi keadaan jaring yang
berayun maju mundur. Apabila ikan berada tepat di depan jaring saat jaring terdorong maju, maka ikan atau kelompok ikan dapat terjerat atau terbelit
manakala jaring terdorong mundur kembali oleh arus Baskoro Effendy 2005. Selanjutnya menurut Martasuganda 2004, diacu dalam Baskoro dan
Effendy 2005, menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan dapat tertangkap oleh gillnet diantaranya :
1 diduga terjeratnya ikan pada gillnet, karena pada saat yang demikian kondisi ikan dalam keadaan “berenang tidur” sehingga ikan tidak mengetahui
kehadiran jaring yang berada di depannya; 2 karena ikan yang ingin mengetahui benda asing yang ada di sekitarnya
termasuk gillnet dengan melihat, mendekat, meraba dan akhirnya terjerat;
3 pada ikan yang selalu bergerombol dan beriringan, maka apabila satu atau lebih ikan telah terjerat, maka ikan lainnya akan ikut-ikutan masuk ke jaring;
4 dalam keadaan panik, ikan yang sudah berada di depan jaring dan sudah sulit untuk menghindar maka akan terjerat pula oleh jaring.
Beberapa uji coba yang dilakukan untuk mengetahui respon ikan terhadap bahan, warna, bentuk, dan ukuran mata jaring alat tangkap gillnet diketahui bahwa
ternyata pada siang hari jelas terlihat bahwa reaksi yang diperlihatkan ikan erat hubungannya dengan indera penglihatan ikan. Tingkat efektifitas dari berbagai
penghadang dicobakan ternyata akan semakin bertambah sejalan dengan semakin mengecilnya intensitas cahaya. Terlihat juga adanya variasi dari jarak di mana
ikan mulai menunjukkan reaksi terhadap adanya benda-benda penghadang tersebut, demikian pula dengan tindakan ikan sehubungan dengan reaksi tersebut.
Bahan jaring yang paling sedikit menunjukkan adanya reaksi ikan adalah bahan yang terbuat dari nylon monofilament. Hal yang sama berlaku untuk penghadang
yang terbuat dari lembaran plastik yang tembus pandang Baskoro Effendy 2005.
2.4 Model Surplus Produksi Schaefer Model
Metode surplus produksi berhubungan dengan seluruh stok, seluruh upaya penangkapan dan total hasil tangkapan yang didapat dari stok, tanpa memasukkan
parameter pertumbuhan dan kematian atau efek ukuran mata jaring pada umur ikan yang tertangkap
dan sebagainya. Model-model surplus produksi diperkenalkan oleh Graham 1935, akan tetapi model-model surplus produksi
sering disebut model Schaefer Sparre Venema 1999. Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan
tingkat upaya optimal, yaitu upaya yang menghasilkan hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa berdampak pada produktivitas stok jangka panjang, yang
disebut sebagai hasil tangkapan maksimum lestari Maximum Sustainable YieldMSY. Gulland 1983, diacu dalam Oemry 1993 menguraikan bahwa
Maximum Sustainable Yield MSY adalah hasil tangkapan berimbang yang dapat dipertahankan sepanjang masa pada suatu intensitas penangkapan tertentu yang
mengakibatkan biomassa sediaan ikan pada akhir suatu periode tertentu sama
dengan sediaan biomassa pada permulaan periode tertentu tersebut. MSY mencakup tiga hal penting, yaitu : memaksimalkan kuantitas beberapa komponen
perikanan, memastikan bahwa kuantitas-kuantitas tersebut dapat dipertahankan dari waktu ke waktu, dan besarnya hasil tangkapan adalah merupakan alat ukur
yang layak untuk menunjukkan keadaan perikanan. Parameter populasi yang disebut produksi merupakan pertambahan
biomassa suatu stok ikan dalam waktu tertentu pada suatu wilayah perairan. Jika kuantitas biomassa yang diambil melalui kegiatan perikanan persis sama dengan
surplus produksi, ini berarti perikanan tersebut berada dalam keadaan equilibrium atau seimbang. Upaya penangkapan harus mengalami perubahan substansial
selama waktu yang dicakup Sparre Venema 1999. Asumsi yang digunakan dalam model produksi surplus adalah :
1 Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur populasinya,
2 penyebaran ikan pada setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata, 3 stok ikan dalam keadaan seimbang steady state,
4 masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama. Metode surplus produksi terdiri dari model Schaefer dan Fox, menurut
Sparre dan Venema 1999 tidak dapat dibuktikan bahwa salah satu model tersebut lebih baik dari model yang lainnya.
Langkah-langkah dalam metode surplus produksi adalah : 1 Membuat tabulasi tangkapan dan effort kemudian dihitung nilai CPUE-nya.
2 Memplotkan nilai effort f terhadap nilai CPUE cf dan menduga nilai intercept a dan slope b dengan regresi linier Y = a+bX.
3 Menghitung pendugaan potensi lestari MSY
2.5 Model Bioekonomi
Pendekatan model ekonomi perikanan pertama kali ditulis oleh Gordon 1954, yang dalam artikelnya menyatakan bahwa sumberdaya perikanan pada
umumnya bersifat akses terbuka open access sehingga siapa saja dapat memanfaatkannya. Dikatakan pula bahwa permasalahan perikanan banyak
terfokus pada maksimisasi hasil tangkapan dengan mengabaikan faktor produksi
dan biaya yang digunakan dalam perikanan. Para ahli biologi memberikan perlakuan pada nelayan sebagai variabel eksogen dalam model analisisnya dan
perilaku nelayan tidak diintegrasikan ke sebuah teori bionomik yang sistematik dan umum.
Keadaan tersebut mendasari Gordon dalam memulai analisisnya berdasarkan konsep produksi biologi kuadratik yang kemudian dikembangkan
oleh Schaefer 1957, selanjutnya konsep dasar bioekonomi yang ditemukan dikenal dengan istilah teori Gordon-Schaefer. Untuk memahami konsep
bioekonomi, maka dalam penjelasannya didasari oleh konsep dasar biologi perikanan konsep Gordon.
Berdasarkan nilai MSY yang diperoleh dari model Schaefer, Gordon menambahkan faktor ekonomi dengan memasukkan faktor harga dan biaya.
Dimisalkan harga persatuan unit ikan sebagai p Rpkg dan biaya per satuan effort, kemudian kita kalikan harga tersebut dengan MSY C, maka akan
diperoleh kurva penerimaan sebagai total revenue TR = pC. Sedangkan kurva biaya kita asumsikan linier terhadap effort, sehingga fungsi biaya menjadi TC =
cE. Diasumsikan harga p ikan dan biaya c dari upaya tangkap konstan, maka diperoleh keuntungan rente bersih suatu industri perikanan
π adalah total revenue TR dikurangi fungsi biaya TC.
Kalau kita gabungkan fungsi penerimaan dan fungsi biaya tersebut dalam satu gambar maka akan diperoleh kurva seperti pada Gambar 5. Gambar 5a
menunjukkan inti dari teori Gordon mengenai keseimbangan bioekonomi. Dalam kondisi open access, suatu perikanan akan mencapai titik keseimbangan pada
tingkat effort E
∞
dimana penerimaan total TR sama dengan biaya total TC. Dalam hal ini, pelaku perikanan hanya menerima rente ekonomi sumberdaya =
nol. Tingkat effort pada posisi ini adalah tingkat effort keseimbangan yang oleh Gordon disebut sebagai “bioeconomic equilibrium of open access fishery”. Pada
setiap tingkat effort di bawah E
∞
misalkan di titik E penerimaan total akan
melebihi biaya total.
Gambar 5 Model statik bioekonomi Gordon-Schaefer Jika dilihat dari sisi penerimaan rata-rata, penerimaan marginal dan biaya
marginal dari penurunan konsep penerimaan total dan biaya total pada Gambar 5b, terlihat bahwa setiap titik di sebelah kiri E
∞
, penerimaan rata-rata per setiap unit effort lebih besar dari biaya rata-rata per unit. Rente yang diterima dari
pengelolaan sumberdaya ikan sebesar abce untuk effort E . Kondisi ini tidak saja
menarik minat pelaku perikanan yang baru, akan tetapi juga memungkinkan pelaku perikanan yang sudah ada untuk menambah daya kompetisinya dengan
cara menambah daya mesin dan membuat kapal lebih besar. Sebaliknya pada titik- titik di sebelah kanan E
∞
biaya rata-rata per satuan upaya lebih besar dari penerimaan rata-rata per unit. Kondisi ini akan memaksa nelayan untuk keluar
c=MC=AC a
b e
c TRTC
d
MR E
AR
Effort,E E
b rent
MEY
E
TRTC
a Effort, E
TC=cE
E TR=p.CE
MSY