Kondisi Perikanan Laut di Kabupaten Pontianak
Sedangkan menurut Baskoro dan Effendy 2005, gillnet dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : 2 Berdasarkan areal atau lapisan kedalaman air tempat dioperasikannya
dibedakan menjadi : a. Jaring insang permukaan surface gillnet;
b. Jaring insang hanyut drift gillnet; c. Jaring insang dasar bottom gillnet.
3 Berdasarkan lapisan jaring yang membentuk dinding jaring, maka dibagi menjadi :
1 Jaring insang satu lapis; 2 Jaring insang dua lapis;
3 Jaring insang tiga lapis. 4 Berdasarkan metode pengoperasiannya, maka dibedakan menjadi :
1 Jaring insang menetap fixed gillnet atau set gillnet; 2 Jaring insang hanyut drift gillnet;
3 Jaring inasng lingkar encircling gillnet; 4 Jaring insang giring drive gillnet atau frightening gillnet;
5 Jaring insang sapu towed gillnet. Ikan yang tertangkap dengan gillnet dapat terjadi dengan empat cara yaitu
: 1 terjerat pada tutup insang gilled, 2 terjerat pada bagian badan wedged yang disebabkan karena keliling kepala ikan berukuran lebih kecil dari mata
jaring, 3 terhadang snagged disebabkan karena keliling kepala ikan berukuran lebih besar dari mata jaring dan ikan tidak dapat menerobos mata jaring tetapi
terjerat pada bagian gigi, maxilla atau operculumnya, 4 terpuntal entangled yaitu dimana ikan terbelit tanpa harus menerobos mata jaring karena bagian tubuh
yang menonjol gigi, rahang dan sirip Baskoro Effendy 2005. Ayodhyoa 1981 mengatakan bahwa pada lembaran-lembaran jaring
bagian atas dilekatkan pelampung float dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat sinker. Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu
bouyancy dan float yang bergerak menuju ke atas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak menuju bawah, maka
jaring akan terentang. Perimbangan dua gaya inilah yang akan menentukan baik
buruknya rentangan suatu gillnet dalam air dan berhubungan dengan gaya dari angin, arus dan gerak gelombang.
Metode pengoperasian dari jaring insang biasanya dilakukan secara pasif meskipun ada juga yang dilakukan secara semi aktif. Untuk yang pasif biasanya
dioperasikan pada malam hari baik itu dioperasikan dengan memakai alat bantu cahaya light fishing atau tanpa memakai alat bantu cahaya. Pemasangan jaring
insang gillnet ini biasanya dilakukan di daerah penangkapan yang diperkirakan akan dilewati oleh biota perairan yang menjadi target penangkapan, kemudian
dibiarkan beberapa lama supaya biota perairan mau memasuki atau terpuntal pada jaring. Lamanya perendaman jaring insang akan berbeda menurut target
tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Untuk jaring insang yang dioperasikan secara semi aktif atau aktif biasanya dilakukan
pada siang hari Martasuganda 2004. Hasil tangkapan dari jaring insang ini bermacam-macam, namun alat ini lebih banyak menangkap ikan-ikan pelagis,
diantaranya ikan lemuru Sardinella spp, udang udang barong, lobster, kembung Rastrelligger spp, tembang Clupea sp, layang Decapterus ruselli,
belanak Mugil sp, tongkol Auxis sp, dan cakalang Euthynnus sp.