open access ini menurut Fauzi dan Anna 2004 dapat menimbulkan kondisi economic overfishing.
Dengan penerapan konsep model keseimbangan bio-ekonomi seperti ini, sumber daya ikan dapat terjaga kelestariannya dan di sisi lain pelaku usaha seperti
nelayan dapat terus mendapatkan keuntungan secara finansial dari usahanya. Dari penelitian ini keseimbangan bio-ekonomi dicapai pada kondisi produksi 783
400.52 kg per tahun dengan tingkat upaya 498 trip per tahun dan dengan rente ekonomi sebesar Rp7 250 442 807.00 per tahun.
5.3 Analisis Fungsi Produksi Perikanan Gillnet
Uji F digunakan untuk menilai ketujuh faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas hasil tangkapan gillnet secara bersama-sama.
Hasilnya menunjukkan terdapat pengaruh nyata pada taraf α 0.05 Tabel 3 antara faktor produksi yang diduga dengan produktivitas hasil tangkapan. Hal ini
menunjukkan bahwa input faktor produksi sangat mempengaruhi keberhasilan upaya penangkapan.
Penilaian lanjutan secara parsial tidak menunjukkan hasil yang serupa Tabel 4, dimana hanya faktor kekuatan mesin kapal PK, panjang jaring m,
dan tinggi jaring m yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan pada tingkat α 0.01. Sedangkan faktor ukuran kapal, jumlah BBM, jumlah ABK dan
lama operasi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi karena nilai t
hitung
yang diperoleh lebih kecil dari nilai t
tabel
pada tingkat selang kepercayaan α 0.1. Kekuatan mesin berpengaruh pada daya dorong gerak dari kapal,
semakin baik kekuatan mesin maka semakin baik pula kecepatan dan akselerasi kapal. Kekuatan mesin kapal akan sangat menentukan kecepatan kapal sampai
mencapai fishing ground dan menuju tempat di mana ikan banyak terdapat. Berdasarkan Gambar 24 terlihat bahwa dengan penambahan kekuatan mesin maka
produksi juga akan naik secara linier, sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat kekuatan mesin kapal gillnet yang paling optimal di Kabupaten Pontianak adalah
360 PK dengan merek mesin Fuso. Dengan kapal yang relatif bergerak cepat, maka efisiensi dalam setting alat
tangkap gillnet juga sangat baik. Kekuatan mesin yang besar juga perlu didukung
oleh ukuran kapal dan jumlah pemakaian BBM yang seimbang, dengan kata lain secara tidak langsung ukuran kapal dan konsumsi BBM juga mempengaruhi hasil
tangkapan. Cara operasi kapal gillnet adalah dimana saat setting jaring gillnet mesin dihidupkan dan kapal berjalan mundur, hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk efisiensi waktu setting dan agar jaring gillnet yang terbentang dapat tegak lurus melawan arus. Dari sini terlihat bahwa bila jumlah jaring yang dipakai
semakin banyak panjang maka diperlukan kekuatan mesin yang lebih besar pula untuk mengimbangi cara pengoperasian alat tangkap tersebut.
Panjang jaring gillnet yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Pontianak adalah berkisar antara 3 600-7 200 meter. Panjang jaring optimum
adalah 7 200 meter. Terlihat bahwa hasil tangkapan akan meningkat seiring dengan peningkatan panjang jaring Gambar 25. Panjang jaring berpengaruh
terhadap banyaknya hasil tangkapan, dengan dugaan bahwa semakin panjang jaring maka akan semakin besar pula luasan jaring catch able area yang
terbentang sehingga kemungkinan peluang tertangkapnya ikan semakin besar. Jika dibandingkan dengan ukuran panjang jaring yang lebih kecil, maka luas cakupan
jaring lebih kecil pula, sehingga kemungkinan ikan untuk meloloskan diri juga semakin besar.
Panjang jaring menentukan besar dari indeks fishing power sebuah unit penangkapan. Panjang jaring yang lebih besar serta ukuran yang lebih besar
dengan waktu operasi yang lebih lama diharapkan mempunyai kekuatan untuk menangkap ikan yang lebih optimal.
Tinggi jaring gillnet yang dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Pontianak adalah berkisar antara 16.2-19.8 meter. Tinggi jaring optimum adalah
19.8 meter. Dari Gambar 26 terlihat bahwa semakin tinggi jaring gillnet maka akan semakin banyak pula ikan yang tertangkap. Hal tersebut berkaitan dengan
swimming layer ikan yang menjadi target penangkapan. Ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan pelagis besar dan kecil yang memiliki daya jelajah ruaya pada
kedalaman 10-30 meter, sehingga penambahan tinggi jaring akan menambah peluang ikan untuk tertangkap selain dari luasan jaring yang menjadi bertambah
besar.
Formula fungsi produksi perikanan gillnet di Kabupaten Pontianak berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda adalah dirumuskan sebagai
berikut : Y = 3 300 + 125 GT + 10.8 PK – 5.91 BBM + 0.441 Panjang + 102 lebar
– 921 ABK – 361 Hari Nilai intersept yang diperoleh adalah sebesar 3 300 yang menunjukkan
bahwa titik potong garis regresi terletak pada sumbu Y positif. Ukuran kapal, kekuatan mesin, panjang dan lebar jaring memiliki nilai koefisien yang positif, ini
berarti bahwa penambahan seluruh faktor produksi tersebut akan meningkatkan produksi alat tangkap gillnet, demikian juga sebaliknya.
5.4 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Gillnet