86 Selain metode ceramah dalam menjelaskan, guru juga melakukan tanya jawab
dengan siswa secara lisan. Pada saat melakukan tanya jawab suasana pembelajarn terlihat lengang,
semua siswa diam seolah-olah takut mendapat giliran menjawab soal. Siswa terlihat kurang bersemangat dalam belajar, mereka terlihat lesu dengan
meletakkan kepala meraka diatas meja dan melakukan hal lain yang mengganggu proses pembelajaran seperti asyik bermain dengan kertas, mengganggu teman
pada saat guru sedang menjelaskan atau sedang bertanya. Ketika guru memberi pertanyaan kepada siswa banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan
menjawab pertanyaan dengan kurang tepat. Uraian mengenai karakteristik siswa tersebut digunakan oleh peneliti sebagai pertimbangan dalam membuat kuesioner
analisis kebutuhan.
b. Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Montessori
Karakteristik media pembelajaran Montessori dianalisis berdasarkan empat ciri media pmebelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik,
bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Peneliti juga menambahkan satu ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori dalam pengembangan media
pembelajaran tersebut yaitu kontekstual. Ciri kontekstual ditambahkan oleh peneliti karena dalam pembuatan media pembelajaran peneliti menggunakan
benda-benda di sekitar lingkungan dan memanfaatkan potensi lokal. Selanjutnya, peneliti menggunakan kelima ciri tersebut sebagai acuan dalam pembuatan
pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
b. Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan
Instrumen yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah kuesioner. Penyusunan kuesioner berdasarkan pada analisis kebutuhan karakteristik siswa
dan lima ciri media pembelajaran Montessori. Selanjutnya, kuesioner kemudian dikembangkan menjadi 10 pertanyaan pada analisis kebutuhan siswa dan 10
pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan guru. Sebelum digunakan, kuesioner terlebih dahulu divalidasi oleh para ahli
yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Validasi dilakukan agar instrumen kuesioner layak untuk digunakan.
Validasi yang digunakan pada instrumen kuesioner analisis kebutuhan baik untuk guru maupun siswa menggunakan validasi konstruk. Berikut adalah hasil validasi
analisis kebutuhan guru oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4. 9 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Ahli I 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 40
4,0 Ahli II
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
40 4,0
Rerata 80
4,0
Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru oleh ahli maka diperoleh skor rerata 4.0. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman
71, skor rerata hasil validasi memiliki skor lebih tinggi dari 2,50. Sehingga instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru masuk dalam kategori sangat
tinggi. Lembar validasi instrumen kuesioner analsisi kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 163. Selain kuesioner analisis kebutuhan guru yang
divalidasi, peneliti juga melakukan validasi terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. Instrumen tersebut divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan
88 media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi kuesioner analisis
kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada table 4.10. Tabel 4. 10 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Ahli pembelajar
an IPA 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 40
4,0 Montessori
4 4
4 4
4 4
4 3
4 4
40 4,0
rerata 40
4,0
Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa oleh ahli, diperoleh skor rerata yaitu 4,0. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman
70, skor rerata hasil validasi memiliki skor lebih tinggi dari 2,50. Sehingga instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa masuk dalam kategori sangat
tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kuesioner analisis kebutuhan siswa telah valid dan layak untuk digunakan. Lembar validasi instrumen kuesioner analisis
kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 2.2 halaman 170. Selain melakukan validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa,
peneliti juga melakukan uji keterbacaan analisis kebutuhan siswa kepada siswa SD setara. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap
kalimat yang digunakan dalam kuesioner tersebut. Uji keterbacaan dilakukan terhadap lima siswa SD Pangudi Luhur 2 Yogyakarta.
Berikut ini merupakan hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan siswa oleh siswa SD setara yang dapat dilihat pada tabel 4.11.
89 Tabel 4. 11 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
Siswa No. Item
Total Rerata
1 2
3 4
5 6
7 8
9 1
1 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 40
4,0 2
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
40 4,0
3 4
4 3
4 4
4 4
4 4
4 39
3,9 4
4 4
3 3
4 4
4 4
4 4
38 3,8
5 4
4 4
4 4
4 4
4 3
4 39
3,9 Rerata
39,2 3,92
Berdasarkan uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan siswa SD setara diperoleh skor rerata 3, 92. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman 71, skor
rerata hasil validasi memiliki skor lebih tinggi dari 2, 50. Hal menunjukkan bahwa instrumen telah layak untuk digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji
keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan dapat dilihat pada lampiran 2.3 halaman 178
c. Data Analisis Kebutuhan