Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Siklus Air

126 Berdasarkan kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa didapatkan rerata skor sebesar 3,95. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 pada halaman 71, rerata tersebut masuk dalam kategori sangat baik. Lembar hasil kuesioner tanggapan produk media pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada lampiran 4.6 halaman 223. 4.2 Pembahasan

4.2.1 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Siklus Air

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini dimodifikasi ke dalam lima tahap yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Tahapan pertama pada penelitian ini adalah potensi dan masalah. Pada potensi dan masalah ini, peneliti melakukan identifikasi masalah melalui observasi, wawancara dan analisis kebutuhan guru dan siswa. Peneliti menganalisis kebutuhan guru dan siswa dengan menggunakan kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan permasalahan yaitu siswa mengalami kesulitan memahami materi siklus air. Kesulitan tersebut dikarenakan tahapan siklus air yang rumit sehingga sulit dipahami oleh siswa. Meskipun demikian, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih terbatas. Sekolah belum memiliki media pembelajaran siklus air. Pada saat pembelajaran, guru belum menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi siklus air. Berdasarkan hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, menunjukkan Dav 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 42 3,81 Joa 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9 Gkm 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 43 3,9 Vio 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 Rata- rata 3, 9 3, 8 3, 9 3, 9 4 3, 9 4 3,7 3, 9 4 4 43 3,95 127 hasil bahwa sebanyak 100 guru dan 100 siswa menyetujui bahwa penggunaan media pembelajaran membantu siswa memahami materi pada pembelajaran IPA khususnya materi siklus air. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi siklus air. Paparan pendapat guru dan siswa tersebut, digunakan oleh peneliti sebagai pertimbangan dalam mengembangkan media pembelajaran IPA materi siklus air berbasis metode Montessori. Tahap kedua dalam penelitian ini adalah perencanaan. Pada tahap ini peneliti merancang desain media pembelajaran, desain album pembelajaran, kuesioner validasi produk, soal tes untuk uji empiris dan soal pretest serta postest yang digunakan untuk uji coba terbatas kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Media pembelajaran siklus air terdiri dari empat komponen yaitu papan tiruan isi bumi beserta tutupnya, puzzle tahapan siklus air, kartu tahapan siklus air yang terdiri dari kartu nama tahapan, kartu gambar, kartu penjelasan dan kartu control of error serta komponen yang terakhir adala kotak penyimpanan. Tahap yang ketiga adalah pengembangan bentuk awal produk. Peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan lima ciri metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto- education, auto-correction, dan kontekstual. Peneliti menambahakan ciri yang terakhir kontekstual yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Ciri menarik dapat dilihat tekstur, gambar dan warna yang cerah dan beragam serta penggunaan media pembelajaran yang menarik. Media pembelajaran yang dikembangkan juga dilengkapi dengan puzzle dan kartu 128 tahapan siklus air yan membuat penggunaan media pembelajaran tersebut semakin menarik. Ciri bergradasi dapat dilihat pada pewarnaan media pembelajaran. Pemberian warna yang berbeda-beda pada media pembelajaran seperti pemberian warna lautan dengan warna biru muda, untuk langit biru tua disesuaikan dengan warna isi bumi pada umumnya sehingga menyerupai dengan aslinya. Ciri auto-education dapat dilihat pada kartu tahapan siklus air yang memuat penjelasan pada setiap tahapannya. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk belajar mengenai tahapan siklus air secara mandiri. Selain itu, melalui uji coba terbatas peneliti mengamati bahwa siswa juga mampu belajar secara berkelompok dengan saling menjelaskan tahapan siklus air yang terjadi secara bergantian setelah peneliti menjelaskan tahapan siklus air. Ciri selanjutnya adalah auto-correction. Ciri tersebut ditunjukkan dengan adanya kartu tahapan siklus air pada media pembelajaran siklus air ini. Kartu tahapan memuat gambar tahapan, penjelasan dan nama tahapan pada siklus air. Kartu tahapan siklus air ini sebagai pemeriksa kebenaran ketika siswa menggunakan media pembelajaran siklus air dan kartu tahapan itu sendiri. Ciri kontekstual dilihat dari bahan yang digunakan oleh peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran. Media pembelajaran siklus air dibuat dengan enggunakan bahan-bahan yang ditemui dilingkungan sekitar. Bahan yang digunakan adalah kayu pinus, triplek,s erbuk kayu, kertas ivory 260 dan plastik mika. Media pembelajaran siklus air dibuat secara mandiri. Meskipun demikian peneliti meminta bantuan tukang kayu dalam pemotongan dan pembentukan papan gambar siklus air. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129 Tahap keempat adalah validasi produk. Media pembelajaran yang telah jadi kemudian di validasi oleh para ahli yaitu ahli pembelajaran IPA, ahli metode Montessori, guru dan siswa. Para ahli memberikan penilaian yang sangat baik terhadap media pembelajaran siklus air. Para ahli memberikan saran kepada peneliti untuk menambahkan kartu gambar media siklus air. Kartu ini berfungsi untuk mencocokan hasil pekerjaan siswa dengan urutan tahapan yang benar. Selain media pembelajaran, album media pembelajaran juga di validasi oleh para ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli metode Montessori. Para ahli memberikan nilai penilaian terhadap album media pembelajaran. Para ahli memberikan saran kepada peneliti untuk mecerahkan gambar pada album media pembelajaran. peneliti kemudian melakukan perbaikan gambar pada album media pembelajaran menjadi lebih terang. Tahap kelima adalah uji coba terbatas. Pada tahap ini, peneliti memberikan soal pretest kepada siswa sebelum menggunakan media pembelajaran dan postest setelah menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil pretest dan postest terdapat perbedaan hasil tes. Nilai postest yang diperoleh siswa lebih tinggi daripada nilai pretest. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang digunakan membantu siswa dalam memahami materi siklus air. Peneliti juga memberikan kuesioner tanggapan produk media pembelajaran siklus air kepada siswa. Kuesioner ini diberikan setelah dilakukannya uji coba lapangan terbatas. Siswa memberikan penilaian sangat baik terhadap media pembelajaran siklus air. Hasil pretest dan postest serta hasil penilaian siswa terhadap produk media pembelajaran akan dibahas pada subbab kualitas media pembelajaran siklus air. 130

4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Siklus Air