Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat
belajar mempunyai hubungan yang erat dalam kegiatan belajar mengajar. “Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha atau kegiatan
seseorang. Motivasi berkaitan dengan tujuan atau maksud. Motivasi mempengeruhi adanya suatu kegiatan dalam suatu pembelajaran”.
3
Maka motivasi sangatlah besar peranannya terhadap prestasi belajar, karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar. Bagi
siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga boleh jadi siswa yang
memiliki intelegansi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan akan optimal bila terdapat motivasi
yang tepat . karenanya, bila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukannlah semata-mata karena kesalahan siswa tetapi mungkin saja guru
tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siwa. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Begitu juga selama ini banyak berbagai kritik terhadap pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah, bahwa PAI di
sekolah lebih bersifat verbalistik dan formalis atau merupakan tempelan saja. Metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga
sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi
3
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta : Kizi Brother’s, 2008, hlm. 42
konteks sosial budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.
Seperti halnya metode pembelajaran agama Islam yang selama ini lebih ditekankan pada hafalan padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus
dipraktekkan dalam perilaku keseharian, akibatnya siswa kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI yang
menyebabkan tidak adanya motivasi siswa untuk belajar materi PAI. Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan agama
Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan teknik- teknik mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran
yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Melihat kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita
tampaknya lebih banyak menghambat untuk memotivasi potensi otak. Sebagai contoh, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak
yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan yang lebih parah lagi adalah fakta
bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang
mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat siswa tidak mampu
mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada
orang lain. Untuk memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan
keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat memotivasi
serta memberikan kepuasan bagi anak didiknya seperti hasil atau prestasi belajar siswa yang semakin meningkat.
Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang
cenderung rekreatif sehingga memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah
dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak-
anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui-nya. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dalam menumbuhkan motivasi
belajar siswa pada materi PAI yaitu dengan penerapan teknik Learning Community. Teknik Learning Community adalah salah satu dari tujuh
komponen yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual. Teknik Learning Community merupakan suatu teknik belajar dengan bekerja sama
dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibanding dengan belajar sendiri.
Maka dengan penggunaan teknik Learning Community ini diharapkan agar materi pelajaran PAI dapat mudah dipahami dan dapat meningkatkan
motivasi serta prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang menyatakan bahwa salah satu cara
menggerakkan motivasi belajar adalah dengan pelaksanaan kelompok belajar. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa,
“pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL merupakan konsep belajar yang
tepat untuk membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
”.
4
4
Sudirman A,M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: C.V. Rajawali, 2011, Cet. Ke-19, hlm. 222
Oleh karena itu, sudah saatnya paradigma pendidikan yang selama ini ada untuk diubah sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran yang
dapat dijadikan jalan keluar agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI yaitu adanya internalisasi
pada diri siswa tentang nilai-nilai ajaran Islam yang diajarkan secara mudah serta adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga siswa tidak merasa jenuh, menjadikan belajar lebih bermakna dan mampu mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan pendekatan CTL proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti
apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari
berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran pokok dari sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik serta memiliki akhlak mulia dalam kehidupannya sehari-hari.
Sejauh ini para guru berpandangan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang harus dihafal, sehingga pelajaran pendidikan agama Islam cukup
disampaikan dengan ceramah sehingga pembelajaran di kelas selalu berpusat pada guru.
Dengan pendekatan kontekstual diharapkan siswa bukan sekedar objek akan tetapi mampu berperan sebagai subjek, dengan dorongan dari
guru mereka diharapkan mampu mengkonstruksi pelajaran dalam benak mereka sendiri. Jadi, siswa tidak hanya sekedar menghafalkan fakta-fakta,
akan tetapi mereka dituntut untuk mengalami dan akhirnya menjadi tertarik untuk menerapkannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul : “Penerapan Metode Pembelajaran
Kontekstual Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PAI Siswa SD Negeri Ciherang 01
”. B.
Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Sebagaimana yang terurai pada latar belakang, bahwa dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang teridentifikasi dan dapat dijadikan masalah,
antara lain : 1.
Guru kurang menguasai metode pengajaran dalam proses belajar mengajar.
2. Belum adanya usaha guru untuk menggunakan metode pengajaran dalam
proses pembelajaran. 3.
Masih rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Kurangnya motivasi siswa dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam.