tanggapan tentang jawaban siswa lain meningkat dari 21,74 menjadi 52,17, 3 kemampuan siswa membuat kesimpulan meningkat dari
13,04 menjadi 43,48, 4 kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan atau keyakinan meningkat dari 26,09 menjadi 65,22, 5 kemampuan
siswa dalam mengajukan pertanyaan meningkat dari 21,74 menjadi 56,52, 6 kemampuan siswa dalam kerjasama atau berbagi pengetahuan
meningkat dari 30,43 menjadi 78,26.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Tia Agnesa 2011 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended”. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan pembelajaran berbasis masalah open-ended lebih baik daripada
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan pembelajaran konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal atau masalah menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya dengan tahapan-tahapan atau cara yang rasional agar siswa memperoleh jawaban dan yakin dengan jawaban yang telah diperolehnya.
Model Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Model Treffinger menggambarkan susunan
tiga tahap yang dimulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir yang lebih majemuk.
Tahap pertama Basic Tools, tahap ini meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Siswa dihadapkan pada suatu masalah terbuka
yang melatih siswa untuk berpikir divergen proses berpikir bermacam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian. Ketika dihadapkan pada
suatu permasalahan, siswa mulai mencari jawaban dari masalah tersebut dan berpikir bagaimana memperoleh penyelesaian yang sesuai. Tujuan dari tahap ini
adalah mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Tahap kedua
Practice with Process, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan
keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dalam situasi praktis. Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan melalui diskusi kelompok. Tahap ketiga Working with
Real Problems, siswa diberikan soal yang lebih kompleks yang berhubungan
dengan masalah sehari-hari agar siswa dapat menerapkan solusi yang telah ia peroleh pada tahap sebelumnya. Tujuan dari tahap ini adalah menerapkan konsep
tentang materi yang telah diajarkan. Karakteristik yang paling dominan dari model pembelajran Treffinger ini adalah upaya dalam mengintegrasikan dimensi
kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuh siswa untuk memecahkan permasalahan. Dengan demikian,
pembelajaran dengan menggunakan model Treffinger diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas siswa sehingga akhirnya mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, mengarahkan siswa untuk berpikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi dalam
permasalahan yang diberikan serta menghargai keragaman berpikir yang timbul selama proses pemecahan masalah berlangsung.
Dari tahapan pembelajaran model Treffinger yang telah diuraikan di atas, terlihat bahwa pembelajaran ini memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematiknya. Dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan model Treffinger dalam
pembelajaran matematika diduga dapat berpengaruh tehadap kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Treffinger lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional”.