Treffinger lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
D. Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian hipotesis maka diketahui bahwa pada penelitian ini kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Treffinger lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan model konvensional yang diterapkan disekolah
tersebut. Model pembelajaran Treffinger dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahapan pembelajaran yaitu; basic tools, practice with process, dan working with
real problem . Pada proses pembelajarannya siswa diberikan Lembar Kerja Siswa
LKS yang berisi tahapan-tahapan tersebut. Proses pembelajaran di kelas eksperimen siswa dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Pada awal pertemuan respon siswa terhadap pembelajaran Treffinger sangat positif, mereka terlihat tertarik dan
senang, namun banyak siswa yang tidak paham atau agak kesulitan dalam mengerjakan LKS. Hal ini karena siswa belum terbiasa dengan diskusi kelompok
dan pembelajaran yang menuntut siswa menemukan sendiri konsep matematikanya. Pembelajaran siswa sebelumnya hanya berpusat pada guru dan
siswa hanya diberikan latihan-latihan soal yang penyelesaiannya sama seperti contoh yang telah guru berikan. Selain itu banyak siswa yang tidak menguasai
materi prasyarat yaitu materi segiempat yang sebenarnya telah mereka pelajari di kelas VII.Sehingga pada pertemuan awal peneliti memerlukan banyak waktu
untuk membimbing mereka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. Padahal seharusnya siswa secara berkelompok dituntut untuk memahami
dan menemukan konsep matematika dengan sendirinya melalui 3 tahapan dalam pembelajaran model Treffinger, dengan berbekal pengetahuan yang telah mereka
miliki sebelumnya atau dengan melihat lingkungan sekitar dan mencari informasi melalui sumber belajar buku pelajaran matematika yang mereka gunakan.
Banyak siswa yang tidak paham dalam menjawab LKS mereka menjawab seadanya atau mereka tidak menjawab sama sekali. Sehingga di akhir pertemuan
kegiatan mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka untuk dibahas secara bersama-sama kurang berjalan dengan baik. Ketika diminta mengumpulkan hasil
kerja mereka, hanya beberapa kelompok yang mengumpulkan dan sebagian kelompok beralasan belum selesai mengerjakan atau tidak tahu harus mengisi apa
pada lembar kerja siswa LKS tersebut. Begitupula dengan lembar pekerjaan rumah yang diberikan kepada masing-masing siswa untuk dikerjakan secara
individu. Banyak siswa yang tidak mengerjakan dan mengumpulkan pekerjaan rumah pada pertemuan berikutnya. Oleh karena itu pembelajaran model
Treffinger pada pertemuan pertama dan kedua masih terdapat kendala dan belum sesuai harapan.
Pada pertemuan selanjutnya, siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran model Treffinger yang diterapkan. Diskusi kelompok menjadi lebih
aktif dan setiap siswa memberikan kontribusinya dalam menyampaikan ide-ide atau gagasannya dan mencari informasi melalui sumber belajar yang digunakan
untuk menjawab masalah-masalah yang ada pada lembar kerja siswa LKS. Setiap kelompok berdiskusi dan mengerjakan setiap tahapan pada model
pembelajaran Treffinger yang ada dalam LKS.
Tahapan pertama dalam pembelajaran model Treffinger adalah basic tools. Pada tahap ini siswa diberikan masalah terbuka yang berkaitan dengan materi
bangun ruang sisi datar yang memicu gagasan-gagasan siswa dalam menjawab permasalahan tersebut.siswa diberi kebebasan untuk mengungkap ide-idenya
sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri. Setiap siswa pada masing-masing kelompoknya berdiskusidan menuliskan segala idegagasan yang
mereka peroleh pada lembar kerja siswa LKS dan masing-masing kelompok memiliki ide tau gagasan yang berbeda-beda. Tahapan ini melatih siswa untuk
berpikir divergen dan mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Berikut ini contoh pekerjaan siswa pada tahapan basic tools.