dapat membantu dalam merumuskan suatu rencana penyelesaian masalah. Strategi tersebut antara lain: membuat tabel, membuat gambar, menduga,
mencoba, memperbaiki, mencari pola, menggunakan penalaran, menggunakan variabel, membuat persamaan, menggunakan algoritma,
menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan rumus, menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan informasi baru.
25
Dalam penelitian ini, pemecahan masalah bukanlah sebagai strategi melainkan sebagai tujuan. Kemampuan pemecahan masalah matematik
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan tahapan-
tahapan indikator pemecahan masalah. Indikator yang digunakan diambil dari indikator yang telah dijabarkan oleh Utari Sumarmo dan disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik. Indikator tersebut meliputi : 1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan
2. Membuat model matematika 3. Memilih dan menerapkan strategi
4. Menjelaskan hasil dan memeriksa kebenaran hasil.
5. Model pembelajaran Treffinger a. Pengertian Model Pembelajaran Treffinger
Model Treffinger merupakan salah satu model yang digunakan untuk mendorong belajar kreatif. Menurut Oon-Seng Tan, Treffinger
menggambarkan proses kreatif sebagai rangkaian tahapan dimana masalah yang diselesaikan secara sistematis.
26
Treffinger dalam Pomalato mengemukakan bahwa model belajar kreatif yang dikembangkan olehnya
merupakan model yang bersifat developmental dan lebih mengutamakan segi proses. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam mencapai tahap
pengembangan tertentu adalah perlu dipenuhinya prasyarat pengetahuan
25
Ibid, h. 16
26
Oon-Seng Tan, Problem Based Learning and Creativity, e-book Singapura: Cengange Learning Asia,2009, p.7
dan penguasaan materi.
27
Jadi, seorang siswa dapat mencapai tahap kemampuan tertentu apabila kemampuan prasyarat mereka sudah dikuasai.
Menurut Treffinger, digagasnya model ini adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin
kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu cara agar dapat
menyelesaikan suatu permasalahan dan menghasilkan solusi yang paling tepat. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar kemudian memunculkan berbagai ide atau gagasan dan memilih solusi
yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata.
28
Dengan melibatkan keterampilan kognitif dan afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger menunjukan saling hubungan dan
ketergantungan antara keduanya untuk mendorong belajar kreatif.
29
Disamping proses belajar kreatif digunakan pula proses berpikir divergen proses berpikir bermacam-macam arah dan menghasilkan banyak
alternatif penyelesaian dan proses berpikir konvergen proses berpikir yang mencari jawaban tunggal.
Pembelajaran kreatif model Treffinger ini dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa
dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan potensi-potensi kemampuan
yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki siswa berarti siswa
mampu menggali potensinya dalam berdaya cipta, menemukan gagasan,
27
Sarson Waliyatimas Pomalato Dj, “Pengaruh Penerapan Model Treffinger Pada Pembelajaran Matematika Dalam Mengembangkan Kemampuan Kreatif dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa”. Disertasi Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2005, hal. 19, tidak dipublikasikan.
28
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, h. 318.
29
Utami Munandar, Kreativitas Keberbakatan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1999, h. 246.
serta menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya yang melibatkan proses berpikir.
Treffinger menjelaskan terdapat tiga tingkat yang berbeda dari pembelajaran kreatif yang diungkapkan olehnya. “Treffinger proposed a
practical model for describing three different levels of creative learning, with the consideration of both cognitive and affective dimentions at each
level. the three levels are divergent functions, complex thinking and feeling processes, and involvment in real challenges.”
30
Model Treffinger menggambarkan susunan tiga tingkat yang dimulai dengan unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir
kreatif yang lebih majemuk. Setiap tahap dari model ini mencakup segi pengenalan kognitif dan segi afektif. Siswa terlibat dalam kegiatan
membangun keterampilan pada tahap pertama dan kedua untuk kemudian menangani masalah kehidupan nyata pada tahap ketiga.
Adapun langkah-langkah model Treffinger menurut Utami Munandar adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Basic Tools
Tingkat basic tools meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini
mengembangkan kelancaran dan kelenturan berpikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.
2. Tingkat Practice with Process Pada tingkat ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan
keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dalam situasi praktis. Pada tingkat ini, siswa dituntut aktif dan terlibat dalam
kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut.
30
Donald J. Treffinger, Scott G. Isaksen, and Roger L. Firestien, Theoritical Perspectives on Creative Learning and Its Facilitation: An Overview, Journal of Creative Behavior, vol. 17
Number 1, 1983, p.13
3. Tingkat Working with Real Problems Pada tingkat ini siswa menerapkan keterampilan yang dipelajari
pada tingkat basic tools dan practice with process terhadap tantangan dunia nyata. Siswa tidak hanya belajar keterampilan berpikir kreatif,
tetapi juga bagaimana menggunakan informasi ini dalam kehidupan mereka.
31
Dalam buku Conny Semiawan terdapat tiga tingkatan dalam pembelajaran model Treffinger, yaitu:
1. Tingkat I : Fungsi Divergen
Pada tingkat ini dinamakan fungsi divergen dengan maksud untuk menekankan keterbukaan dan kemungkinan-kemungkinan. Fungsi
divergen meliputi perkembangan dan kelancaran fluency, kelenturan flexibility, keaslian originality, dan keterincian elaboration dalam
berpikir. Tingkat I merupakan landasan atau dasar dimana belajar kreatif berkembang. Dengan demikian, tahap ini mencakup sejumlah
teknik yang dipandang sebagai dasar belajar kreatif. Tujuan dari tahap pengembangan fungsi-fungsi divergen ini adalah mempersiapkan
materi yang akan diajarkan kepada siswa. Teknik-teknik tersebut terdiri atas:
a Tenik pemanasan, yaitu memberikan pertanyaan-pertanyaan
terbuka yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga diperoleh gagasan sebanyak mungkin.
b Teknik pemikiran dan perasaan, yaitu mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang memberikan kesempatan timbulnya berbagai
macam jawaban, yang merupakan ungkapan pikiran atau perasaan.
c Sumbang saran, yaitu keterbukaan dalam memberikan gagasan, menerima dan menghasilkan banyak gagasan.
d Daftar penulisan gagasan, yaitu penulisan gagasan yang dimiliki siswa.
31
Utami Munandar,op.cit.h.246