siswa seharusnya mencari terlebih dahulu luas permukaan selimut atap yang berbentuk limas tanpa menghitung luas alas atap tersebut.
4. Indikator Menjelaskan Hasil dan Memeriksa Kebenaran Hasil.
Temuan penelitian mengungkapkan bahwa persentase indikator menjelaskan hasil dan memeriksa kebenaran hasil pada siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Treffinger mencapai 50,30 dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional mencapai 27,22. Hal ini
terlihat pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Treffinger sebagian mereka telah mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran hasil
yang telah mereka peroleh, ketika mereka menjawab “yakin” dengan hasil yang diperoleh, mereka memang benar telah memeriksa kembali jawaban
tersebut dan menjelaskan kembali jawaban yang diperoleh ke dalam permasalahan asal atau permasalahan yang ditanyakan. Sedangkan pada siswa
diajar dengan model pembelajaran konvensional dimana kebanyakan siswa masih ada yang tidak menjelaskan kembali hasil ke permasalahan asal dan
memeriksanya sehingga mereka tidak tahu apakah hasil yang diperolehnya sudah sesuai atau tidak dengan apa yang ditanyakan pada soal. Siswa
menganggap jawaban telah selesai apabila sudah mendapatkan nilai. Cuplikan kemampuan menjelaskan hasil dan memeriksa kebenaran hasil dari soal
disajikan pada gambar berikut.
Model pembelajaran Treffinger Model pembelajaran Konvensional
Gambar a dan b merupakan jawaban siswa dalam menjawab soal nomor 3. Gambar a merupakan jawaban siswa yang tepat dalam menjelaskan
dan memeriksa hasil yang diperolehnya. Jawaban yang diprolehnya merupakan jawaban yang benar pada soal nomor 3. Sedangkan pada gambar
b terlihat siswa kurang memahami masalah sehingga salah dalam menjawab. Siswayakin dengan jawaban yang diperolehnya padahal jawaban tersebut
salah. Pada soal ditanyakan “berapa volume air jika kolam diisi air hingga ketinggian setengahnya?”, seharusnya siswa mencari terlebih dahulu tinggi 1
buah balok yang tersusun menjadi tangga pada kolam tersebut. setelah tinggi 1 buah balok diketahui maka siswa selanjutnya mencari volume balok pada
ketinggian setengah kolam renang yang trsusun dari 7 buah balok baris bawah 4 buah dan baris atasnya 3 buah balok. Setelah itu mencari volume air
kolam pada ketinggian setengahnya dan mengurangi dengan 7 buah volume balok tersebut. Pada jawaban diatas siswa mecari volume air seluruhnya baru
kemudian membagi setengahnya dari hasil yang ia peroleh. Hal ini menunjukan siswa kelas kontrol kurang teliti dan menganggap hasil yang
mereka peroleh sudah benar tanpa di periksa terlebih dahulu.
Dari semua uraian diatas, berdasarkan indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Treffinger lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional. Pada
siswa kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Treffinger pada umumnya lebih mengutamakan proses penyelesaian
menggunakan tahapan pemecahan masalah. Sedangkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional cenderung mengerjakan soal dengan
mengutamakan hasil akhir tanpa melalui proses tahapan pemecahan masalah. Ditinjau dari indikator kemampuan pemecahan masalah, tampak bahwa indikator
yang paling rendah dicapai siswa adalah menjelaskan hasil dan memeriksa kebenaran hasil. Siswa tidak terbiasa melakukan hal ini sehingga mereka
seringkali melakukan kesalahan-kesalahan, seperti tidak menuliskan satuan, salah