1. Pengumpul Daun Nipah PENGETAHUAN DAN AKTIFITAS PENGELOLAAN MASYARAKAT

61 8. Sumber rekreasi. Hutan mangrove merupakan tempat rekreasi yang nyaman untuk olah raga pancing, berperahu dan rekreasi burung seperti burung pemakan ikan: Belekok rawa, Pecuk ular, trinil dan lainnya 9. Sumber Pelindung. Hutan mangrove memberikan perlindungan terhadap angina dan gelombang ombang sehingga dibelakangnya terhindar dari erosi pantai. Dahuri: 2000 Menurut masyarakat di kedua wilayah ini, kira-kira tahun 1980-an kondisi hutan Mangrove bakau masih sangat baik, hutan bakau masih sangat lebat dengan berbagai jenis tumbuhan mangrove didalamnya. Namun saat ini hutan tersebut sudah tidak ada lagi, saat ini yang ada hanya tumbuhan jenis nipah, api-api dan tumbuhan yang dapat hidup dalam kondisi air payau. Bakau yang berguna untuk perlindungan terhadap ombak laut sudah hampir habis, keberadaannya hanya tinggal beberapa saja yang masih hidup. Kondisi hutan mangrove di kedua wilayah sekitar tahun 1980-an terkesan begitu asri dan alami. Namun keadaan seperti itu tidak bisa dipertahankan dan pada akhirnya kemunculan tambak, pembangunan perumahan, perkebunan kelapa sawit serta perkembangan pariwisata berakibat penebangan dan penggundulan hutan bakau. Penebangan itu sendiri tidaklah dilakukan secara langsung melainkan tahap demi tahap. Pada mulanya hutan bakau yang ditebangi hanyalah yang berada disekitar wilayah pemukiman penduduk dan kemudian semakin meluas hingga akhirnya habis.

A. 1. Pengumpul Daun Nipah

Ada beberapa warga di dua desa ini yang memanfaatkan daun nipah sebagai penambah penghasilan ekonomi mereka. Pekerjaan pengumpul daun nipah Nypa Universitas Sumatera Utara 62 puticans yang tumbuh menyebar, mengelompok di daerah pasang surut dilakukan oleh sebagian warga yang berketrampilan merajuk daun sehingga membentuk atap yang berguna bagi atap rumah, dan tankahan. Ada beberapa warga di desa Pekan Tanjung Beringin malah memiliki kebun pohon nipah yang sengaja ditanami di belakang rumah mereka. Pohon nipah ini ditanam karena menurut mereka pohon tersebut mudah ditanam dan perawatannya tidak begitu sulit. Sekaligus pohon nipah tersebut bisa dijadikan penambah penghasilan bila hasil laut tidak mencukupi. Namun banyak diantara para warga masyarakat di dua desa ini mengambil langsung daun nipah tersebut langsung dari lahan-lahan hutan yang ada didua desa tersebut. Mereka biasanya melaksanakan pengambilan daun ketika siang hari dan ketika air surut. Biasanya yang melakukan pengambilan daun nipah ini adalah para perempuan beserta anak-anaknya dengan peralatan sederhana yaitu parang, tali dan beberapa kain sebagai alas pundak atau kepala ,mereka ketika mengangkat daun nipah tersebut Setelah daun nipah terkumpul dirasa cukup maka periode berikutnya daun nipah dijalin membentuk atap bertulang bambu agar daun tersusun rapi, kemudian dijahit dengan tali pelastik maka terbentuklah sebuah atap yang siap dipasarkan dengan harga perlembar atap Rp. 1000-2500 tergantung kondisi nipah yang telah di bentuk tersebut. Para konsumen yang membeli tidak serta merta tiap hari ada. Mereka biasanya menunggu sampai dihargai atau dibeli oleh para peminat yang datang langsung ke tempat mereka tetapi tidak jarang pula mereka harus memasarkannya ke desa tetangga dengan menggunakan sepeda atau mereka langsung membawanya ke pasar terdekat. Universitas Sumatera Utara 63 A.2. Penebangan dan Pemanfaatan Hutan Bakau Saat ini di Pekan Tanjung Beringin dan Pantai Cermin Kanan tidak ada lagi hutan yang khusus dijadikan wilayah hutan lindung bakau PPA yang tidak boleh di ganggu dan dirusak. Hal tersebut dikarenakan wilayah hutan pada saat ini memang sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya pohon-pohon yang dapat hidup diperairan payau saja seperti pohon nipah, bakau jenis api-api, dan berbagai tumbuhan yang tahan terhadap air payau. Pada awalnya, penebangan hutan bakau adalah untuk dijadikan areal tambak saja namun karena tambak-tambak yang dibangun tersebut lambat laun tidak menghasilkan lagi maka areal tersebut secara berlahan dirubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Pepohonan bakau yang tersisapun tidak lebih dari satu lapis tanaman semata. Selain itu bila semakin menuju kearah daratan, sekarang ini perkebunan- perkebunan juga dapat dijumpai semakin banyak. Hal ini mengakibatkan pemukiman penduduk desa Pekan Tanjung Beringin dan desa Pantai Cermin Kanan dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit, dan khususnya di desa Pantai Cermin Kanan yang saat ini merupakan salah satu tempat yang sedang dikembangkan oleh Kabupaten untuk pengembangan wisata. Menurut masyarakat setempat pembangunan objek wisata di desa Pantai Cermin tersebut juga telah melakukan penebangan hutan bakau yang ada untuk kepentingan pengembangan objek wisata tersebut. Seperti penuturan Ibu Tumini desa Pantai Cermin: “Dulu sebelum kawasan pantai wisata belum dibangun, hutan bakau masih ada disekitar sana, meskipun sedikit tapi masih bisa digunakanlah untuk mengambil kayunya, atau daun nipah sekalian juga bisa untuk melindungi desa ini dari ombak sama angin.” Universitas Sumatera Utara 64 Pemanfaatan hutan bakau bagi masyarakat didua wilayah tersebut bukan hanya sekedar lokasi aktifitas pencaharian biota-biota laut atau ikan semata. Tidak menjadi rahasia lagi bagi para warga, kayu bakau banyak berguna untuk berbagai kebutuhan masyarakat seperti pembuatan pondasi bangunan, arang, kayu bakar dan lainya. Dahulu ketika keberadaan hutan masih sangat lebat dan asri, komersialisme kayu bakau sangat menggiurkan bagi masyarakat hingga saat ini. Sehingga mendorong masyarakat semakin menebangi pohon bakau. Sebatang pohon bakau yang standar saat ini mempunyai harga mencapai Rp 10.000-12.000batang, panjang 5m dan diameter20- an cm. Dengan peralatan kampak atau parang mereka mengadakan penebangan walaupun berbagai resiko yang dihadapi. Untuk kayu arang atau pondasi bangunan biasanya standar yang harus dipunyai pohon bakau tersebut harus lebih bagus lagi. Sebab akan menentukan hasil arang atau ke kokohan pondasi bangunan. Pemasaran kayu bakau tergantung permintaan oleh para penampungnya. Selain kedua jenis penggunaan di atas kayu bakau yang kecil atau ranting yang sudah kering dijadikan untuk kayu bakar, dikumpulkan sampai banyak lalu dijual per ikatnya seharga Rp 1500 kepada para pembeli yang datang langsung atau dibawa ke pasar saat hari onan pasar tiba, bagian kayu yang kecil dan lurus terkadang dibuat pagar pekarangan rumah dan lantaran penjemur ikan. Perambahan hutan bakau saat ini sudah diatur oleh pemerintah dalam Undang- undang No. 5 tahun 1990, tentang pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dimana tercantum pelarangan terhadap pengerusakan hutan bakau. Udang-undang ini diberlakukan karena melihat keberadaan hutan pesisir pantai yang Universitas Sumatera Utara 65 sudah sangat buruk kondisinya dan untuk memelihara dan melindungi hutan yang masih ada saat ini. Masyarkat menyadari akan pelarangan tersebut namun bagi sebagian warga yang masih tergiur akan nilai ekonomisnya dan kurangnya bahan laut saat ini serta kurang tersedia lapangan pekerjaan yang lain bagi mereka, dengan cara apapun tetap melaksanakan penebangan walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi, tetapi saat ini intensitasnya telah menurun sebab telah berkurangnya lahan pohon bakau yang berstandar ekonomis dan juga pihak pemerintah setempat mengontrol dengan ketat lahan-lahan bakau yang tersisa. Seperti penuturan bapak Bahtiar desa Pekan Tanjung Beringin: “Sudah sekitar 5 tahun terakhir pemerintah membuat larangan itu. Hasilnya penebangan lama-lama makin berkurang. Tapi aku rasa sia-sia aja karena hutan bakaunya udah habis duluan baru ada pelarangan. Itukan sama aja dengan bohong” Dilihat dari keberadaan bakau di dua wilayah ini yang sudah sangat kritis, terlihat bahwa masyarakat tidak ambil pusing atas masalah ini. Dan pemerintah sepertinya hampir terambat mengatasinya.

A. 3. Pertambakan Dan Perkebunan Sawit

Dokumen yang terkait

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

1 15 100

Peran Ganda Istri Nelayan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus: Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 5 100

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 12

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 6

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 24

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 3 3

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 11