69 penting keberadaanya bagi warga dan sama sekali tidak mempengaruhi ekosistem
sumberdaya laut. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Suhairi Pekan Tanjung Beringin: “ Hutan bakau sebenarnya enggak ada pengaruhnya sama bahan-bahan
laut. Karena ikan, udang sama kepiting tetapnya ada walaupun enggak ada bakau. Karena bakau untuk melindungi pantai aja kok fungsinya.”
Hampir senada pula dengan perkataan Bapak Anwar Pantai Cermin Kanan: “Mana mungkin ikan-ikan, udang atau kepiting berkembang biak di
hutan bakau. Buktinya aja sekarang enggak ada lagi hutan bakau, tapi tetap ada kok ikan, udang sama kepiting. Malah kadang-kadang makin
banyak pun” Pelarangan penebangan yang ada saat ini adalah oleh pemerintah. Dengan
kekuasaan yang dimilikinya pemerintah bisa membuat keputusan hutan bakau di daerah mana yang bisa ditebangi dan mana yang tidak. Selama ini peran pemerintah mulai
tampak dalam menjaga kelestarian hutan bakau di dua desa ini, namun tidak jarang pula pembukaan hutan bakau untuk dijadikan tambak udang terlihat dilakukan oleh oknum-
oknum pemerintah itu sendiri. Peraturan untuk menjaga dan melestarikan hutan bakau yang dianjurkan pemerintah melalui aparat-aparatnya sedikit yang masih dipraktekkan.
Dan ada kalanya anjuran tersebut malah tidak dijalankan.
B. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Dan Laut
Trumbu karang di perairan dua wilayah ini, oleh masyarakat nelayan setempat sudah lama dikenal. Mereka mengenal trumbu karang dengan pengertian bahwa trumbu
karang adalah kelompok karang-karang laut yang berada ditengah laut dan yang ditumbuhi berbagai macam rumput laut atau tumbuhan laut lainnya atau biasa disebut
Universitas Sumatera Utara
70 hutan laut, yang merupakan sarang atau rumah bagi berbagai jenis ikan, udang, kerang,
yang ada di dasar laut. Selain hutan laut masyarakat juga menamakan terumbu karang sebagai pondasi
pulau sebab dimana terdapat pulau pasti terdapat juga gugusan trumbu karang, ditambah lagi masyarakat nelayan sering juga menyebut terumbu karang sebagai rumah ikan yang
berada di dasar laut atau dapat juga ke permukaan membentuk pulau karang yang sewaktu-sewaktu sangat rawan bagi pelayaran kapal-kapal, sebab kapal mereka bisa
mengalami kandas di karang tersebut. Gugusan
karang merupakan
lokasi-lokasi ikan-ikan, biota laut untuk mencari makanan, bermain dan berkembang biak berpijah. Hampir seluruh jenis ikan akan
datang mengunjungi kawasan karang, dan cirri khas yang dengan demikian itu makna masyarakat banyak memanfaatkan daerah terumbu karang sebagai lokasi operasional
perburuan jenis-jenis ikan konsumsi, ikan hias, serta memanfaatkan biota-biota yang terdapat di daerah tersebut.
Karang yang berada dilaut terbagi atau dibedakan juga berdasarkan jenisnya yaitu:
1. Sebutan dengan jenis karang Gadung karang gedung karena biasanya karang
ini berbentuk besar dan luas. 2.
Sebutan dengan jenis karang bunga. Disebut demikian karena karang ini terdiri dari berbagai macam tumbuhan atau bunga-bunga laut.
Karang gadung, karang bunga bunga karang dan tumbuhan laut seperti jariamun, akar bahar dan anemone bersosialisasi membentuk terumbu karang yang memiliki asset
keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi bermanfaat bagi nelayan maupun
Universitas Sumatera Utara
71 bagi keseimbangan ekosistem lingkungan laut. Karang gadung sudah banyak digunakan
sebagai bahan-bahan bangunan, pembuatan jalan, kapur dan lainnya. Karang bunga lebih banyak digunakan untuk hiasan rumah tangga, perkantoran dan lainya. Sedangkan
jenis tumbuhan laut juga berguna sebagai bahan obat-obatan yang aktif dan mujarab diramu masyarakat nelayan.
Kelompok karang bunga tumbuh diatas karang gadung, memerlukan waktu yang sangat lama untuk mewujudkan bentuk pendukungnya. Sekuntum bunga karang
memerlukan waktu setahun untuk tumbuh setinggi 1 cm, dengan bentuk fisik setiap 1 cm
2
bulat melingkar, berlubang-lubang kecil atau pori-pori Spoon Yang menandakan umur bunga karang. Semakin besar kuntum bunga, semakin jelas garis-garis spoonya,
berarti hampai sama dengan lingkaran tahun yang menentukan umur pada pohon-pohon di daratan namun pada karang sangat sulit menentukan umur kumpulan bunga karang,
sampai saat ini belum terjawab secara ilmiah. Proses pengguguran alamiah dari bunga karang dan langsung berganti dengan tunas yang baru tumbuh, begitu seterusnya
pertumbuhan bunga karang. Versi biologi laut terumbu karang dibentuk binatang- binatang karang hermatypik yang hanya hidup pada perairan kaut tropis. Saptarni dkk,
1996.II.10 dalam Syamsuri Sulham, 2000. Terumbu karang senantiasa rentan terhadap kerusakan, kerusakan alamiah lebih
disebabkan oleh faktor-faktor alam seperti terjadinya badai lautan yang menimbulkan gelombang air besar sehingga arus air menerpa bunga-bunga karang, biasanya setelah
badai reda serpihan-serpihan bunga karang akan terlihat terdampar di tepi pantai. Namun karang gadung tahan akan terpaan arus laut sehingga sulit untuk mengalami
kerusakan tanpa disengaja untuk mengusiknya, kemampuan untuk melawan gelombang
Universitas Sumatera Utara
72 arus laut tersebut sangat penting bagi masyarakat pesisir pantai guna melindungi bahaya
abrasi daratan atau laut yanbg sering ditimbulkan gelombang laut. Kerusakan terhadap terumbu karang yang lebih tinggi adalah oleh pencemaran perairan, pertambangan dan
penerapan metode atau alat penangkapan ikan yang bersifat destruktif. Berdasarkan penelitian ilmiah pencemaran perairan penyebabnya adalah limbah
logam-logam hasil endapan pemakaian pupuk pertanian revolusi hijau, limbah pabrik- pabrik yang mengalir dari hulu sungai menuju perairan laut serta endapan erosi lumpur
atau tanah akibat banjir yang dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang. Disamping itu limbah hasil rumah tangga yang langsung menuju laut, limbah industri perikanan
dan akibat kegiatan pariwisata bahari dengan penyelaman bawah laut yang berlebihan seluruhnya unsure-unsur diatas dapat mengganggu kelestarian ekosistem laut khususnya
terumbu karang Syamsuri Sulhan, 2000. Nelayan yang selalu beraktifitas di lokasi karang memiliki kontribusi untuk
merusak kawasan terumbu karang dengan penerapan penangkapan ikan yang menggunakan zat-zat kimia, pemboman, dan pengoperasian pukat harimau trawl yang
selama ini menggunakan alat panel besi jarring yang dapat meratakan haling rintang karang sehingga jaring tidak mengalami kerusakan saat melewati gugusan karang.
Sebaliknya nelayan tradisional dengan penerapan alat tangkap seadanya seperti pancing, perangkap, atau bubulukka setidaknya tidak menggangu kehidupan karang-karang
sehingga dapat membantu kesinambungan pelestrian kawasan terumbu karang sebagai wilayah penangkapan utama mereka.
Universitas Sumatera Utara
73 Saat ini keberadaan trumbu karang di kedua desa ini sudah sangat
menghawatirkan. Di Tanjung Beringin kawasan lokasi trumbu karang yang masih baik ada di Pulau Berhala. Pulau ini memiliki kekayaan alam yang masih alami berupa
keindahan trumbu karang bawah laut dan hutan tropis dengan keanekaragaman hayati yang tinggi serta menjadi habitat berbagai jenis flora dan fauna. Pulau Berhala tersebut
masih alami karena pemerintah daerah Serdang Bedagai secara berkala mengawasi dan melindungi lokasi tersebut guna untuk melindungi sumber daya alam yang ada ditempat
tersebut. Sementara di desa Pantai Cermin Kanan kondisi trumbu karang menurut masyarakat setempat sudah tidak ada lagi.
Rusaknya lokasi-lokasi trumbu karang dimulai sejak 15-tahun terakhir dan dikarenakan oleh banyaknya nelayan luar dan nelayan setempat yang menangkap ikan
dengan menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan zona yang telah ditentukan. Para nelayan tidak segan-segan menerapkan metode penangkapan dengan berbagai alat
tangkap yang menggunakan teknologi canggih. Biasanya nelayan luar yang datang melaut ke wilayah tersebut adalah nelayan yang berasal dari Belawan, Tanjung Balai,
dan dari luar pulau Sumatera. Mereka rata-rata menggunakan kapal yang sangat besar dengan alat tangkap berteknologi tinggi. Mereka melaut di wilayah Serdang Bedagai
dikarenakan kondisi laut di tempat mereka sudah tidak bisa lagi diharapkan untuk memenuhi kebutuhan mereka atau dengan kata lain kondisi laut di wilayah mereka
sudah rusak total, sehingga mereka pergi ketempat lokasi yang masih memiliki kondisi laut yang masih memiliki banyak ikan.
Universitas Sumatera Utara
74
B. 1. Organisasi Dan Aturan Formal Terhadap Trumbu Karang