94 8.500,-kg. Namun harga tersebut saat ini bisa saja berubah naik atau pun turun bila
persedian hasil tanggkap nelayan banyak ataupun sedikit. Dalam pengoperasian jaring udang mudah sekali mengalami kerusakan.
Kerusakan jaring bisa diakibatkan tersangkut di karang atau ada kepiting yang terperangkap dapat memutuskan benang-benang jaring karena dioperasikan di dasar
perairan laut, bisa juga rusak dikarenakan banyaknya benda-benda atau sampah-sampah yang terbuat dari ranting-ranting kayu yang hanyut ke lautan. Dalam kondisi seperti itu
terpaksa nelayan menambal agar jaring kembali layak untuk dipergunakan. Biasanya dalam memperbaiki jaring tersebut para nelayan mengeluarkan biaya yang cukup
banyak tergantung kerusakannya. Semakin parah kerusakan maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar.
C. 1. 7. Nelayan Pancing acar Line Fishing
Alat pancing Acar adalah sejenis pancing yang pada talinya terdapat puluhan mata pancing bahkan bisa sampai ratusan mata pancing kail tergantung pada
kemampuan modal para nelayan. Pancing dengan rupa kail seperti garpu dimasukkan ke dalam laut, kemudian dengan berlahan akan di tarik dengan sentakkan bila ada
kumpulan ikan yang melintas di mata kail jaring ini agar ikan tersebut dapat tersangkut ke mata kail yang berjumblah banyak tadi.
Biasanya mata kail jaring ini tidak di beri umpan namun ada pula beberapa nelayan yang menggunakan umpan sebagai penarik perhatian ikan-ikan. Jika ikan
memakan umpan tersebut maka pancing akan disentak dan ditarik. Umpan yang dipakai adalah umpan mati dan umpan hidup, umpan mati antara lain ikan kecil teri, cumi-cumi
Universitas Sumatera Utara
95 dan lain-lain. Sedangkan umpan hidup biasanya digunakan jenis udang bakau, menurut
pengalaman para nelayan yang menggunakan jaring ini ikan-ikan lebih menyukai memakan umpan yang hidup seperti ikan kakap, gabu, kerapu dan lainnya.
Para nelayan yang menggunakan jaring ini biasanya memilih lokasi penangkapan di kawasan terumbu karang dan lokasi-lokasi bagan pancang yang telah
runtuh dan tidak dipergun akan lagi. Waktu yang mereka pergunakan menangkap ikan biasanyanya pagi hari 06.00-10.00 WIB karena saat itu air laut masih tenang, jernih dan
ikan pun biasanya tidak enggan memakan umpan pancing. Kemudian saat sore hari menjelang malam, diluar waktu tersebut ikan-ikan enggan memakan umpan karena
angin biasanya telah berhembus kencang dan membuat air menjadi keruh.
C. 2. Nelayan Lepas Pantai Dan Laut Lepas
Nelayan Lepas Pantai melakukan aktifitas di perairan wilayah jalur penangkapan ikan III, adalah perairan selebar 5 mil. Semantara nelayan Laut Lepas
memusatkan aktifitas penangkapan ikan di wilayah perairan yang sangat dalam dan bebas di luar kedua kawasan pantai lepas pantai dengan mengaplikasikan teknologi
penangkapan yang sangat moderen dan kemampuannya pun cukup besar untuk mengeksploitasi segala sumberdaya perikanan di perairan laut dalam.
Nelayan Pekan Tanjung Beringin untuk wilayah perairan laut lepas ada sekitar 7 kapal nelayan yang beroperasi di wilayah tersebut, sementara untuk Pantai Cermin
Kanan tidak ada nelayan yang beroperasi di wilayah laut lepas. Rata-rata nelayan yang beroperasi pada wilayah tersebut adalah nelayan yang datang dari luar daerah seperti
Tanjung Balai, Belawan, Sibolga dan lainnya. Nelayan di kedua desa ini tidak banyak
Universitas Sumatera Utara
96 beroperasi diwilayah tersebut dikarenakan rata-rata nelayan di dua desa tersebut adalah
nelayan yang masih memiliki modal yang kecil atau dengan kata lain masih tradisional. Sementara nelayan-nelayan yang beroperasi di wilayah Lepas Pantai dan Laut Lepas
harus memiliki kapal yang besar dan alat tangkap yang canggih. Dan untuk memiliki alat tangkap tersebut para nelayan harus mempunyai uang yang cukup banyak. Dengan
kata lain bila ada yang menggunakan alat tangkap ini maka nelayan tersebut dapat dikatakan adalah nelayan yang kaya.
C.2.1. Bagan Boat Boat Lift Net
Desa Pekan Tanjung Beringin dan Pantai Cermin Kanan tidak ada yang mengoperasikan alat ini. Nelayan yang mengoperasikan alat ini adalah nelayan yang
berasal dari luar wilayah Sergai. Bagan Boat merupakan sarana penangkapan kapal motor berkonstruksi kayu keras dengan panjang buritan sampai 20-30m. Daya mesin
Bagan Boat 150 PK dan 40-60 GT umumnya memakai mesin merek Kubota, Fuso, Hino, Isuzu, Mitsubishi yang khusus didatangkan dari Taiwan dan Thailand, dilengkapi
dengan fasiltas kotak es pendingin, fish fender dan lampu pijar, halogen berkekuatan total 5.000 watt, jumlah 34 lamou holagen setiap lampu memerlukan 1.000 watt.
Alat tangkap ikan utama yang digunakan adalah jaring angkat lift net ukuran mata jaring 2-3 mm dan panjang 25-30 m, lebar 15 m
2
yang ditarik dan dijatuhkan dengan gulungan katrol bertenaga mesin bersamaan dengan kerangka bagan jaring
terbuat dari kayu-kayu kecil memanjang, dibingkai berbentuk segi empat masuk ke dalam laut sedalam 20-40m. Posisi bergandengan cadik kapal berbentuk tangan-tangan
tempat jaring turun naik. Kelengkapan lain yang digunakan radio single band SSB,
Universitas Sumatera Utara
97 peta laut, kompas manual, atau digital merangkap dengan deteksi fish fender yang
menentukan posisi kapal, jarak tempuh, kedalam laut, kecepatan angin, arus laut, posisi ikan. Semuanya mempermudah nelayan dalam mengoperasikan dan untuk
berkomunikasi antar sesama nelayan mengenai situasi dan kondisi perairan, cuaca, lokasi ikan, bergerombol serta menghubungkan nelayan dengan toke, pemasaran, dan
pihak keamanan laut. Inisiatif untuk merubah teknologi yang digunakan dalam penangkapan ikan
tergantung ketersediaan modal yang sangat sulit dirasakan para nelayan kecil untuk menyediakan modal sebesar itu, hanya nelayan-nelayan modal besar dapat menyediakan
dana demi merubah alat tangkap mereka. Keunggulan bagan boat dibanding bagan tradisional terletak pada kemampuan jelajah dan gaya manufer mencakup kawasan
wilayah penangkapan ikan fishing ground. Di samping itu bagan boat lebih mudah dipindah-pindahkan ke lokasi-lokasi tertentu yang dianggap lebih melimpah stok
ikannya dengan bantuan alat deteksi ikan yang mampu memantau lokasi ikan, jumlah, jenis dan kedalaman laut dengan radius 1 mil laut. Jenis-jenis ikan yang tertangkap
adalah ikan-ikan pelagis antara lain ikan teri, ikan jenis gembung, aso-aso, tenggiri, ikan tongkol, bawal, sotong dan jenis cumi-cumi.
Proses penangkapan
merupakan inti kegiatan kru bagan boat dalam
menghasilkan produksi ikan maksimal, keberhasilan dalam proses penangkapan berkaitan dengan persiapan yang dilakukan seperti kelayakan bagan boat beroperasi,
modal kerja, kerjasama kru. Selain itu planing di darat akan teruji melalui proses
Universitas Sumatera Utara
98 penangkapan, yang tergantung pada kerjasama, keterampilan dan etos kerja masing-
masing kru serta peran tekong sebagai pemimpin operasi. Wilayah penangkapan bagan boat menurut aturan baku berada pada jalur III
antara 8-12mil dan perairan bebas, namun pada prakteknya sangat tergantung pada putusan tekong dengan berbagai pertimbangan kecenderungan lokasi kantong ikan.
Kemampuan mesin telah mempermudah nelayan bagan boat menjelajahi wilayah penangkapan sampai ke perairan Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu dan Aceh.
Penyusuran lokasi penangkapan dilakukan siang sampai sore hari sembari dikombinasikan dengan metode deteksi fish fender. Lalu ketika malam hari penelusuran
segera dihentikan jatuh sauhjangkar dengan pertimbangan telah ditemukan lokasi yang tepat sebab bila malam tiba bagan boat tidak bisa berpindah-pindah lagi. Menyalakan
lampu rangsangan harus bedasarkan posisi timbul dan kelamnya bulan sebab cahaya bulan dapat mengganggu bahkan mengalahkan intensitas cahaya lampu halogen
sehingga gerombolan ikan tidak mengumpul ke jaring. Tetapi sebelum mati bulan atau masih dalam waktu bulan timbul 3-2 jam sebelum lampu mulai dinyalakan, atau dapat
pula walaupun saat terang bulan namun tidak terang total serta cuaca hujan kondisi gelap cahaya bulan sehingga intensitas cahaya rendah menerangi perairan maka bagan
boat dapat beroperasi jatuh jaring seiring dinyalakannya lampu rangsangan. Setelah diamati dan diperkirakan melalui fish fender bahwa gerombolan ikan
sudah banyak berkumpul disekitar jaring dan layak untuk ditangkap, maka setelah beberapa jam atau ½ jam berikutnya seluruh lampu utama serentak dimatikan kecuali
lampu-lampu pijar pendukung yang dinyalakan terus 100-200 watt yang berfungsi
Universitas Sumatera Utara
99 sebagai stimulan terhadap ikan agar tidak lari menyebar jauh dari dalam jaring dan agar
ikan-ikan yang agak jauh dari jaring semakin mendekat mengumpul. Kira-kira ½ jam berikutnya secara berlahan jaring bagan ditarik katrol ke atas oleh para anggota kru
secara bergantian atau dapat ditarik dengan menggunakan mesin katrol kapal yang telah tersedia sampai ikan-ikan tertangkap. Lalu ikan-ikan disortir menurut jenis, besar untuk
dikategorikan dalam msaing-masing kotak pendingin dan wahana lainnya seperti drum, fiber, kulkaskerangjanggoni atau ember plastik. Bila ikan hasil tangkapan belum
mencapai target, maka proses penangkapan jatuh Jaring tersebut akan terus dilakukan berulang-ulang pada daerah yang sama atau keesokan harinya dengan daerah yang
berbeda operasinya tetap malam hari biasanya dalam satu malam turun angkat jaring dapat dilaksanakan sebanyak 2-3 kali.
Penangkapan akan dihentikan bila hasil tangkapan telah memenuhi target atau dianggap berhasil, penangkapan dihentikan sementara jika lokasi penangkapan dekat
dengan wilayah pangkalan bongkar muat dan hasil penangkapan melimpah, sementara akomodasi masih tersedia maka hasil produksi harus dibongkar lalu langsung kembali
beroperasi sampai persediaan bahan makanan habis. Waktu yang dibutuhkan untuk bagan boat dalam melakukan trip operasi sekitar 4-5 hari, saat musim Barat tiba
terkadang tidak teratur beroperasi namun tetap pergi melaut. Pengeluaran uang belanja operasional dalam satu trip sekitar Rp. 5.000.000-
7.000.000,-. Uang belanja boat tersebut biasany dipegang oleh toke atau dipegang oleh tekong. Uang tersebut mencakup biaya perehaban boat yang difakturkan kepada hutang
para kru bagan boat yang selalu diperhitungkan saat akhir masa operasi wajib bayar
Universitas Sumatera Utara
100 dari penghasilan penjualan ikan hasil tangkapan. Biaya pengeluran sering kali menurut
para awak dimar-ap toke dan tekong sedangkan para anggota tidak diperkenankan mengetahui kalkulasi perbelanjaan tekong yang notabene adalah tangan kanan toke.
Mereka tidak tranparan berkenaan dengan pengeluaran setiap trip operasi, hal tersebut lumrah dikalangan anggota kru bagan boat.
Bila dalam satu operasi penangkapan hasil tangkapan tidak mampu menutupi biaya operasional berbelanjaan karena minimnya pendapatan atau sama sekali tidak
mendapat hasil tangkap maka kru bagan boat akan sangat merugi sebab mereka terhitung terutang kepada toke, maka untuk menutupi hutang tersebut dibebankan
kepada hasil tangkap berikutnya. Dalam hal merugi ini toke sama sekali tidak menanggungjawabi atau kerugian tidak dibebankan kepadanya, semuanya dibebankan
kepada tekong dan kru bagan boat bersangkutan. Bila masa panceklik berkelanjutan dari masa operasi ke operasi selanjutnya maka proses terhutang tersebut akan membengka,
dan toke akan memutuskan hubungan atau kontaro kerja dengan tekong beserta krunya, maka posisi unit bagan boat tersebut dengan gantung artinya tidak dioperasikan menanti
datangnya tekong baru dan kru-kru yang baru. Resesi penangkapan membawa para nelayan bagan boat kepada keterlilitan
hutang yang mengarah kepada jaringan patron-klien, apalagi saat kebutuhan uang mendesak misalnya menghadapi hari-hari besar seperti halnya hari raya Idul Fitri
tekong akan meminta pinjaman kepada toke, kru biasa tidak berurusan kepada toke maka mereka meminjam kepada tekong. Pola patron-klien sudah mengental di kalangan
nelayan baik nelayan besar maupun nelayan tradisional. Nelayan toke sengaja membuat
Universitas Sumatera Utara
101 kondisi seperti demikian agar ketergantungan para nelayan sangat besar kepadanya
mulai dari pinjaman operasi, belanja boat, pembagian hasil serta pinjaman lainya yang semuanya menjurus agar hasil tangkapan pun didistribusikan melalui tangan-tangan
toke. Keadaan paceklik dan hutang yang menumpuk akan membuat para nelayan
bagan boat berusaha untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak. Hal tersebut akan membuat mereka berusaha mengeksploitasi sumberdaya laut secara berlebihan.
Mereka menjadi tidak memandang keadaan ekosistem laut yang akan rusak nantinya. Mereka hanya berfikir bagaimana memperoleh hasil tangkapan yang besar, untuk
membayar hutang mereka kepada para toke. Contohnya perilaku para kru yang melakukan aktifitas memancing untuk menambah penghasilan diluar pembagian kerja
sebagai kru bagan boat. Aktifitas memancing dilaksanakan saat siang hari sewaktu istirahat, sebab malam hari memancing tidak memungkinkan dilakukan karena mereka
akan dituntut aktif menjaring atau mengatrol ikan. Hasil memancing tidak termasuk pedapatan bagan boat namun pendapatan individu awak kapal. Lokasi pemancingan
dicari berdasarkan petunjuk fish fender biasanya tekong selalu mengarahkan kapal kelokasi-lokasi berstok ikan anatar zona terumbu karang yang tampak jelas memiliki
karakter hidup atau mati menurut tampilan layar fish fender.
C.2.2. Nelayan Pukat Ikan PI atau Pukat Harimau
Pengoperasian pukat ikan atau pukat harimau diperairan Sumatera Utara khususnya di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai adalah termasuk wilayah yang
sangat banyak yang mengoperasikansnya. Tetapi pada umumnya tidak ada warga
Universitas Sumatera Utara
102 setempat yang memiliki alat tangkap tersebut, biasanya nelayan yang menggunakannya
adalah nelayan yang berasal dari luar daerah. Legalitas operasional pukat ikan sampai saat ini masih mendapat tantangan keras dari berbagai kalangan nelayan terutama
nelayan tradisional. Mereka menganggap pukat tersebut merusak ekosistem laut terutama terumbu karang, memusnahkan bibit ikan yang akhirnya akan mengancam
lahan mata pencaharian nelayan. Aturan formal KEPPRES. No. 391980 tentang larangan pengoperasian pukat harimau trawl tidak membuat para nelayan yang
menggunakan pukat tersebut takut untuk beroperasi secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Malah untuk saat ini banyak kabar yang masih sulit dipastikan
kebenarannya mengatakan aturan formal pelarangan terhadap pengoperasian pukat harimau dan sejenisnya telah dicabut dan telah diizinkan keberadaannya. Malah ada
beberapa berita yang belum bisa di jelaskan kebenarannya bahwa dibeberapa wilayah di Indonesia seperti pesisir Kalimantan, Sulawesi, dan dibeberapa wilayah jawa
pengoperasian pukat tersebut yang sudah sangat meresahkan ekosistem laut telah diperbolehkan dan ada undang-undang yang baru telah dikeluarkan antara tahun 2004-
2006 bahwa pengoperasian alat tangkap ini sudah dapat dilakukan guna untuk menambah penghasilan dan pendapatan para nelayan di daerah tersebut.
Menurut para nelayan di Pekan Tanjung Beringin dan Pantai Cermin Kanan para penggunan pukat-pukat ini mengubah nama-nama pukat tersebut walaupun secara
hakiki cara kerjanya sama. Mulai dari sengso, pukat trawl, pukat tarik, pukat gerandong, pukat ikan, dan lain sebagainya. Pukat Ikan adalah jenis pukat tarik yang efektif untuk
menangkap ikan pelagis atau pun ikan demersal, dan jenis udang-udangan. Kedalaman
Universitas Sumatera Utara
103 operasi dapat diatur sesuai dengan kelompok ikan yang dituju yaitu lapisan tengah atau
lapisan dasar, menggunakan satu buah kapal berbobot 60-100 GT berkekuatan 1500 PK yang dilengkapi dengan fish fender, besi panel sebagai pembuka mulut jaring dan
pengaman dari rintangan-rintangan karang dan lain-lain saat beroperasi. Pengoperasiannya dapat melibatkan 1-2 kapal. Sesuai dengan tujuannya menangkap
semua jenis ikan tanpa terkecuali karena ukuran mata jaring terkecil 2 mm. fasilitas penghubung lainnya adalah sarana komunikasi, kesturi, fiber, kulkas papan dan lainnya.
Zona operasional pukat ikan sebenarnya adalah di luar 12 mil laut sampai perairan bebas di luar ZEE tetapi selalu saja ada pelanggaran wilayah penangkapan
yang dilakukan para pukat tersebut, sehingga menimbulkan persoalan dengan nelayan tradisional. Daya jelajah pukat ikan yang sangat luas dengan teknologi yang canggih
membuat mereka tanpa keterbatasan dalam beroperasi dimana dan kapan saja. Nelayan Pukat Ikan tidak mengenal musim paceklik setiap kali beroperasi selalu mengantongi
puluhan ataupun ratusan ton hasil dari berbagai jenis ikan, udang, cumi-cumi, dan lainnya yang disortir berdasarkan jenis dan kualitas masing-masing, tidak jarang pukat
ikan mengalami over produksi, ikan-ikan dimasukkan ke dalam goni ikan dengan kualitas yang rendah dibiarkan menjadi busuk yang merupakan bahan baku pabrik
pengolahan pakan ternak yang diolah menjadi tepung-tepung ikan dan sebagian lagi dipasok menjadi ikan asin ke penjemuran warga nelayan. Terkadang nelayan Pukat Ikan
membuang ikan-ikan yang telah membusuk berharga murah di tengah laut sebab harga jualnya yang rendah, satu goni ikan ukuran 50 kg hanya berharga Rp. 3.000-4.000,-
Universitas Sumatera Utara
104 sedangkan ikan kualitas ekspor dipertahankan secara baik dalam kotak-kotak pendingin
seperti ikan Kerapu, ikan kakap, udang, cumi-cumi dan lain-lain. Kedudukan tekong Pukat ikan sangat ekslusif para anggota biasa jarang dan
terlarang memasuki ruang tekong kapal, begitupun di darat sulit terjadi komunikasi antar sesama mereka, hal tersebut dikarenakan unsur kesengajaan agar anggota biasa
tidak mengenal sama sekali siapa pemilik atau toke armada kapal yang mereka tumpangi. Prinsipnya kerja dan diberi gaji, resiko tertangkap pihak-pihak tertentu atau
bila terjadi kecelakaan lainnya menjadi tanggung jawab individu para anggota. Rata-rata para anggota yang dipilih adalah mereka yang masih awam dan sangat buta terhadap
fenomena alam laut namun dengan bantuan teknologi Pukat ikan yang tergolong canggih tanpa kendala mereka meraup keuntungan yang sangat besar dari potensi laut.
C.2.3. Nelayan Pukat Langgai
Pukat Langgai pada prinsipnya jenis dan sifatnya hampir sama pula dengan pukat Harimau yaitu dengan menggunakan besi ataupun balok kayu pada pukat untuk
mengeruk isi laut dengan dibantu katrol bermesin sebagai penarik pukat. Perbedaannya terletak pada ukuran perahu dan pukat, dimana Langgai ukurannya lebih kecil agar
dapat beroperasi pada perairan laut dangkal. Hasil yang didapat dari pukat ini sangat memuaskan, sebab tidak ada udang,
ataupun ikan-ikan kecil mampu lepas dari alat tangkap ini. Dengan kata lain Langgai dapat menangkap ikan atau udang dengan ukuran yang sangat kecil sekali pun. Hal
inilah menurut masyarakat yang merusak regenerasi bahan laut ikan, udang, dan sebagainya sehingga sumber daya laut menjadi turun secara drastis bagi nelayan
Universitas Sumatera Utara
105 tradisional. Penggunaan papan yang kuat dan keras sebagai pemberat pukat tersebut
agar sampai kedasar laut mengakibatkan rusaknya segala hal yang ada di dasar laut termasuk pula trumbu karang karena terbentur atau tabrakan dengan pemberat tersebut
ketika perahu menarik pukat tersebut. Dengan keberadaan pukat Langgai di desa Pekan Tanjung Beringin dan Pantai
Cermin membuat warga setempat menjadi resah. Hal tersebut dikarenakan para nelayan pukat Langgai tersebut yang lebih mengkonsentrasikan lokasi penangkapannya pada
areal trumbu karang. Sehingga menurut masyarakat akan mengakibatkan trumbu karang tersebut rusak dan kemudian ikan-ikan tidak tidak akan lagi bergerombol pada trumbu
karang tersebut hal hasil ikan-ikan dan lainnya akan berpindah tempat kelokasi yang lebih jauh lagi dan akibatkan akan mengurangi penghasilan mereka sebagai nelayan
tradisional.
C.2.4. Nelayan Pukat CincinPukat Tongkol
Untuk alat tangkap ini ada sekitar 7 orang nelayan yang mengoperasikannya yaitu di desa Pekan Tanjung Beringin, sementara untuk desa Pantai Cermin Kanan tidak
ada yang menggunakan alat tangkap ini. Namun untuk perairan laut lepas di wilayah tersebut yang terbanyak menggunakannya adalah nelayan yang berasal dari Tanjung
Balai, Belawan ataupun yang berasal dari Sibolga. Karena menurut nelayan Tanjung Beringin nelayan di daerah-daerah tersebut rata-rata adalah nelayan besar. Mereka jauh
lebih memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan rata- rata para toke atau pemilik kapal adalah warga keturunan Cina yang memiliki modal
besar.
Universitas Sumatera Utara
106 Pukat Cincin Purse Seine dari segi jaring adalah jaring yang umumnya
berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan ikan Pelagis. Cara operasionalnya adalah dengan cara
melingkarkan jaring sehingga mengurung gerombolan ikan, setelah ikan terkurung maka bagian bawah jaring ditutup dengan menarik tali yang dipasang sepanjang bagian
bawah jaring melalui cincin. Sama halnya dengan Bagan Boat, Pukat Cincin juga dilengkapi seperangkat lampu yang berfungsi sebagai perangsang terhadap ikan-ikan
yang berada dilokasi tangkap. Armada Pukat Cincin berbobot 60-120 GT, berkekuatan 600-1.000 PK berfasilitas Fish Fender, kesturi, dan radio komunikasi dengan jumlah
anggota maksimal 30 orang. Kapasitas tersebut menandakan bahwa Pukat Cincin rata- rata lebih besar daya jelajahnya, badan boat panjang 30-45 m, lebar 7-9 m dan diameter
panjang dan kedalaman jaring 30-200 m
2
serta waktu melaut 5-7 hari dibandingkan dengan Bagan Boat. Maka biaya operasionalnya pun jauh lebih besar untuk memenuhi
kebutuhan para kru yang tergolong banyak jumlahnya. Pengoperasian mencakup malam dan siang hari, saat malam nelayan
menggunakan lampu rangsangan sedangkan pada siang hari nelayan selalu memantau gerombolan ikan yang kadang-kadang timbul ke permukaan baik dengan cara manual
ataupun dengan cara deteksi bantuan alat fish fender. Mekanisme penangkapan siang dan malam hari sangat berbeda, dimana saat malam nelayan mengadakan rangsangan
lampu kapal dan lampu bantuan diatas perahu yang menjadi lampu utama saat menggantikan lampu halogen, lampu neon pengganti khusus dijaga beberapa orang
nelayan yang dinamai tukang lampu, setelah ikan bergerombolan menuju lampu perahu
Universitas Sumatera Utara
107 maka nelayan melilitkan jaring. Dalam satu malam nelayan dapat melakukan dua kali
penjatuhan jaring, sedangkan siang hari nelayan aktif menjelajahi segenap wilayah perairan dalam rangka mencari atau memburu gerombolan-gerombolan ikan.
Wilayah operasional pukat ini tergolong sangat jauh sampai zona perairan bebas wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan lain-lain. Namun bila
timbul ikan di zona pantai nelayan Pukat Cincin tersebut tidak segan-segan menjatuhkan jaringnya. Hasil tangkapan Pukat Cincin adalah kelompok ikan pelagis
besar dan kecil seperti ikan tongkol, tuna sisik, aso-aso, gembung dan lain-lain. Sedangkan ikan pelagis kecil seperti teri dan lainnya tidak akan tertangkap sebab mata
jaring berukuran 1-2 cm. Dilihat dari hasil tangkapannya Pukat Cincin biasa disebut oleh nelayan pada umumnya adalah pukat Tongkol.
C.2.5. Budidaya
Selain perikanan tangkap, dua desa ini memiliki budidaya perikanan air tawar dan payau. Hal tersebut dikarenakan adanya sejumlah warga yang memiliki cukup
modal untuk membuat budidaya tersebut. Rata-rata budidaya tersebut adalah milik para nelayan setempat dengan modal sendiri, adan juga pemilik dari budidaya tersebut
adalah warga yang berasal dari luar desa. Untuk budidaya air payau desa Pantai Cermin memiliki jenis budidaya udang dan di desa Pekan Tanjung Beringin tidak memiliki
budidaya jenis air payau. Desa Pekan Tanjung Beringin hanya memiliki budiday air tawar saja yang berjenis kolam air tenang yang berisi lele dumbo ataupun ikan nila.
Secara singkatnya dapat dilihat dalam tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
108
Tabel 7: Data Sarana Budidaya, Produksi dan Pemasaran No
Kriteria Pekan Tanjung Beringin
Pantai Cermin Kanan
1. Jenis Budidaya Lele Dumbo nila
kolam air tenang Udang
air payau 2. Luas
Potensi ha
3 25
3. Produktif ha 1 0,2
10 4. Tidak Produktif ha
- 15
5. Produksi Tahun 2006 ton 15.000 400
14 6. Harga rata-rata kg Rp
10.000,- 12.000,- 45.000,-
7. Nilai produksi xRp.1.000,- 150.000 4.800
630.000 8. Pemasaran dalam daerah Kg
500 50 200
9. Pemasaran luar daerah Kg 14.500 350
13.800
Sumber: Data Base Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai 2007
D. Pemasaran Dan Pengelolaan Hasil Tangkap