80 Karena sumber daya laut bersifat universal dan terbuka dalam penerapan zona-
zona penangkapan terdapat juga nelayan yang mengoperasikan jenis alat tangkap lain seperti nelayan pancing kakap, nelayan pukat gerandong pukat Tarik, nelayan pukat
ikan atau pukat harimau PITrawlKatrol, dan nelayan-nelayan penyelam biota-biota laut, meskipun alat tangkap tersebut tidak dipakai masyarakat setempat.
C. 1. Nelayan Kawasan Hutan Mangrove Dan Pantai
Komunitas nelayan
hutan bakau mangrove dan kawasan pantai merupakan mayoritas kelompok nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan tradisional
terbatas kemampuan daya jelajahnya dan aktif beroperasi hanya disekitar kawasan bakau dan pantai disebut juga perikanan rakyat.
C. 1. 1. Nelayan Pencari Biota-biota Bakau
Saat ini penduduk desa Pekan Tanjung Beringin dan desa Pantai Cermin Kanan yang melakukan aktifitas penangkapan biota laut yang ada di lokasi hutan bakau sudah
hampir tidak ada lagi. Hal tersebut dikarenakan lokasi hutan bakau di dua wilayah ini hampir tidak ada lagi yang kondisinya masih baik. Keberadaan nelayan ini hanya
beberapa orang saja yang tetap aktif melakukan penangkapan biota-biota laut di pinggiran bakau tersebut.
Hewan yang banyak menghuni bakau diantaranya: dari jenis kerang-kerangan, hewan melata, ketpiting, siput, kepah dan lainnya. Kerang-kerangan yang hidup di
bakau selalu berkelompok, untuk menandakan tempat mereka tidak terlalu sulit, biasanya mereka hidup berkoloni didalam lumpur bakau atau pasir lunak. Sementara
untuk kepiting dan siput biasanya mereka berada di sekita akar-akar bakau yang
Universitas Sumatera Utara
81 berlumpur dan beriaran. Para nelayan cukup menggunakan jaring yang khusus dapat
menangkap kepiting. Biasanya mereka akan menebar jaring mereka di sekitar akar-akar bakau ketika air laut sedang pasang, dan setelah surut maka mereka akan datang
kembali kelokasi dan mengambil jaring kepiting tersebut. Biasanya mereka selalu mendapatkan 5-10 ekor sekali menebar jaring setiap harinya.
Pencarian biota-biota
dilakukan biasanya pada saat air sedang surut di pagi hari, siang atau sore sehingga untuk berjalan di lumpur hutan bakau tersebut tidak akan sulit.
Pekerjaan pencari biota-biota ini biasanya didominasi kaum wanita dewasa dan anak laki-lakinya, namun laki-laki dewasa dapat melakukan aktifitas ini meskipun jumlahnya
lebih sedikit. Biasanya mereka akan mengumpulkan hasil pencarian mereka kedalam wadah
masing-masing berupa ember, lalu bila ember mereka penuh maka akan dimasukkan kedalam satu wadah yang terbuat dari goni plastik yang berada didalam satu ember
pastik atau baskom, lalu kemudian mereka akan menggotongnya secara bersama-sama. Pekerjaan ini bukanlah mata pencaharian pokok masyarakat nelayan, namun untuk
sekedar menambah penghasilan atau untuk dikonsumsi sendiri oleh keluarga mereka. Hasil pencarian nelayan ini sekembalinya dari lokasi akan langsung dibersihkan
dan kemudian di jual kepada pedagang pengumpul yang menjadi langganan mereka. Biota-biota ini saat ini dijual dengan harga Rp.700-800,- per kilo, sementara pedagang
pengumpul akan menjualnya dipasaran dengan harga Rp. 1100-1400,- per kilo.
Universitas Sumatera Utara
82
C. 1. 2. Nelayan Penangkap Ketam dan Kepiting